Bangun Jalan 4.325 Km, Pemerintah Buka Daerah Pedalaman Papua

Wawancara Menteri PUPR

Bangun Jalan 4.325 Km, Pemerintah Buka Daerah Pedalaman Papua

Dana Aditiasari - detikFinance
Selasa, 05 Jan 2016 16:36 WIB
Jakarta -

Pemerintah gencar membangun infrastrukur di luar Pulau Jawa, salah satunya adalah jalan Trans Papua sepanjang 4.325 kilometer (km). Jalan ini akan menghubungkan daerah-daerah pedalaman di Provinsi Papua, seperti di Wamena dan Puncak Jaya.

Proyek ini ditargetkan rampung pada 2018 dengan alokasi anggaran Rp 40 triliun. Bagaimana perkembangan proyek jalan Trans Papua ini, berikut petikan wawancara detikFinance dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono di ruang kantor Kementerian PUPR, Senin (4/12/2015).

β€ŽProyek jalan Trans Papua sudah sejauh mana perkembangannya?
Jalan Trans Papua panjangnya 4.325 km. Sebagian besar yang belum tersambung adalah yang menuju Papua pedalaman yang masih tertutup hutan. Tahun 2014 ada 827 km, sekarang (akhir 2015) sudah kami kurangi (169 km) jadi tinggal 658 km.

Mengapa yang menuju daerah pedalaman belum tersambung?
Yang pedalaman itu yang sedikit, sedikit tapi medannya berat makanya belum tersambung.β€Ž Tapi kita optimistis bisa tersambung semua di 2018 seperti arahan Pak Presiden (Presiden Joko Widodo). Kerana kan Jalan Trans Papua dari yang akan dibangun itu panjangnya 4.325 km. Sekarang ini belum tersambung 658 km. Itu yang sekarang jadi tugas kami dan pesan Pak Presiden 2018 sudah harus tersambung.

Kapan 658 km yang belum tersambung itu dikerjakan?
Akhir 2015 yang sudah kita kerjakan tinggal 658 km belum tersambung. Sepanjang 2016 mau kita kurangi lagi jadi tinggal 450 km. Sehingga akhir 2018 sudah terbuka semua, sudah tersambung semua.

Dari 658 km, wilayah mana saja yang akan jadi prioritas di 2016?
Wamena kita akan coba tembus, paling dekat kita ambil dari Mumugu, Kenyam, Wamena (Data Kementerian PUPR: ruas yang belum tersambung adalah Habema-Kenyam sepanjang 191 km, Kenyam-Batas Batu sepanjang 25 km dan Batas Batu-Mumugu sepanjang 25 km). Itu akan kami tembus di 2016. Tahun depan (2017) sudah ada jalannya. Terus, ada Ilaga di Puncak Jaya. Nantinya akan nyambung dengan jalan yang dari Wamena-Mulia-Ilaga-Enarotali sepanjang 466 km (data Kementerian PUPR: dari 466 km, 229 km jalan belum tersambung). Di sini akan dibuka bertahap, target 2018 bisa terbuka semuanya.

β€ŽKenapa pembukaan jalan diprioritaskan di pedalaman?
Kalau di pinggir-pinggir (kawasan pesisir dekat pantai), kemahalannya masih biasa. Tapi kalau sudah ke pedalaman itu sudah nggak masuk akal karena barang-barang ke sana harus lewat pesawat. Kalau ada jalan kan angkut barang bisa lewat darat, lebih murah meskipun ke tengah, ke gunung-gunung. Waktu saya ke sana dapat laporan harga Semen bisa Rp 1 juta per sak karena nggak ada jalur darat. Mereka angkut pakai Pesawat, jadinya mahal.

Kenapa harga semen bisa semahal itu?
Sekarang kan biaya angkutan barang pakai pesawat ke Wamena sekitar Rp 10.000-15.000/kg. Jadi untuk angkut satu sak semen 50 kg saja sudah Rp 750 ribu sendiri. Itu baru angkut dengan pesawatnya, belum termasuk ongkos angkut dari bandara ke pelosok-pelosok yang lebih pelosok yang jauh dari bandara. jadi wajar saja kalau harganya bisa tembus Rp 1 juta per sak. Kalau cuacanya nggak bagus, pasokannya terganggu, harganya bisa lebih mahal lagi. Di Wamena, semen bisa sampai Rp 2 juta per sak.
Β 
Berapa anggaran yang disiapkan untuk pembangunan jalan Trans Papua?
Dari tahun 2014-2019, anggarannya dialokasikan Rp 40,063 triliun untuk membangun Jalan Trans Papua 4.325 km. Itu sudah semua dari mulai pengaspalan ruas-ruas jalan yang sudah tersambung, tapi yang masih tanah-tanah. Termasuk, Rp 12,5 triliun untuk membangun dan menyambungkan jalan yang masih terputus. Nanti bukan hanya membelah hutan, tapi ada juga pembangunan jembatan-jembatan agar semuanya terhubung sempurna.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa tantangan terberat dalam pembangunan Jalan Trans Papua?
Kesulitan pembangunan Papua, satu, adalah medannya. Bentang alamnya terjal. Contohnya seperti di daerah antara Kenyam ke Wamena ada beberapa segmen yang sekarang sudah tembus 24 km tapi masih harus diturunkan supaya lebih landai. Kedua, itu ya karena ketutup hutan. Karena di tengah hutan itu kan kita nggak tahu ada ancaman apa saja. Kalau kontraktor kita lepas begitu saja, akan sulit buat mereka bekerja.

Apa solusi untuk mengatasi kesulitan tersebut?
Memang bangun Trans Papua itu nggak gampang. Tapi, sulit bukan berarti tidak mungkin. Makanya kami melakukan berbagai terobosan seperti bekerjasama dengan Zeni tempur Angkatan Darat (TNI AD). Nanti mereka nggak cuma membuka hutan saja. Tetapi juga membuat badan jalan. Kerjanya paralel, kontraktor kami di belakangnya langsung melakukan pengerasan jalan dan pengaspalan. Jadi 2018 target kami bisa tercapai.

(hns/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads