Direktur Utama Pelindo II, Elvyn G Masassya menargetkan, dalam 5 tahun ke depan, seluruh pelabuhan yang dikelola oleh Pelindo II dapat memenuhi standar internasional, dengan penerapan sistem pelabuhan yang terotomatisasi oleh komputer dan terintegrasi, serta pemenuhan standar pelayanan yang lebih baik dari saat ini.
Seperti apa proyek strategis yang disiapkan dalam roadmap Pelindo tersebut?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti apa roadmap yang disiapkan Pelindo II?
Kami sekarang ini memiliki corporate roadmap baru, ini dimulai tahun 2016 sampai 2020 nanti. Di 2016 ini, secara korporasi Pelindo II masuk pada fase yang saya sebut quick win infrastructure. Itu kita harus menyiapkan secara komprehensif aspek korporasinya. Misalnya bagaimana sistem, prosedur, governance, kita siapkan semua di 2016.
Di 2017, Pelindo II akan masuk pada fase enhancement. Enhancement itu mulai membangun proyek-proyek strategis, mulai melakukan peremajaan untuk alat-alat yang ada sekarang supaya lebih sesuai dengan standar internasional. Kemudian, kami mulai mengembangkan bisnis-bisnis baru, termasuk di bidang perkapalan, di bidang supporting interland, dan terkait properti.
Kemudian di 2018, kami sudah masuk pada fase establishment. Jadi perusahaan sudah bertumbuh secara sustain. Dan di 2019, akan berada pada fase sustainable superior performance. Jadi performance sudah baik dan sudah bisa disetarakan dengan beberapa pelabuhan yang satu kategori. Dan di 2020, mudah-mudahan jika semuanya lancar, Pelindo II sudah masuk pada fase world class. Itu artinya kaidah-kaidah dan standar internasional sudah diterapkan secara utuh dan penuh.
Apa saja proyek strategis yang disiapkan Pelindo II?
Kita sudah siapkan dana. Untuk Kalibaru sekitar Rp 12 triliun. Di luar itu juga kita menyiapkan dana untuk proyek strategis. Salah satunya yang tadi disebutkan adalah kanal atau waterways. Itu kita siapkan dana sekitar Rp 4 triliun. Di luar ini kita juga memiliki pipeline untuk membangun pelabuhan di Kalimantan Barat, namanya Pelabuhan Kijing.
Ini adalah salah satu komplek pelabuhan modern yang kita bangun bertujuan sebagai pelabuhan internasional, di mana di situ akan ada terminal peti kemas, terminal curah liquid dan kering, dan lokasinya agak ke tengah laut yang akan mempermudah akses dari kapal-kapal untuk datang ke Indonesia bagian tengah dan timur.
Kita menyiapkan di situ untuk tahap pertama, pada kapasitas 1 juta TEUs. Dan berikutnya akan kembangkan sampai 2,5 juta TEUs. Ini salah satu proyek strategis yang sudah ada di pipeline-nya Pelindo II. Total dana investasinya sekitar Rp 5 triliun. Di luar itu juga, kita membangun pelabuhan di Papua, New Sorong. Ini juga suatu proyek nasional.
Bagaimana progres New Sorong saat ini?
Tentu untuk membangun suatu pelabuhan banyak sekali persyaratan yang harus dipenuhi. Yang pertama adalah rencana induk pelabuhan. Rencana induk pelabuhan itu semacam gambaran, pelabuhan ini nanti mau seperti apa, areanya di mana. Itu harus mendapatkan izin dari Kementerian Perhubungan.
Di luar itu tentu kita harus melakukan berbagai studi. Feasibility study, Amdal, kemudian berbagai persyaratan-persyaratan administrasi.
Selain itu, kita juga harus membebaskan lahan. Lahan itu sekarang dimiliki oleh pihak lain, tentu kita harus bebaskan. Ini semua ada fase-fasenya. Saat ini sedang dalam tahap penyelesaian kelengkapan administrasi.
Kapan berbagai proyek strategis mulai digarap?
Kita berharap, proyek Sorong ini bisa kita mulai pembangunannya di 2017. Sama seperti Kijing, kita rencanakan akan dimulai 2017. Sama seperti kanal tadi juga, kita akan mulai 2017. Untuk proyek strategis ini kita berharap mendapatkan penugasan dari pemerintah, agar prosesnya menjadi lebih mudah. (drk/drk)











































