Orang-orang yang Menginspirasi Susi, dari Sang Ibu Sampai Kartini

Wawancara Menteri Kelautan dan Perikanan

Orang-orang yang Menginspirasi Susi, dari Sang Ibu Sampai Kartini

Michael Agustinus - detikFinance
Jumat, 21 Apr 2017 10:28 WIB
Foto: Wahyu Daniel/detikFinance
Jakarta - Susi Pudjiastuti adalah idola baru di negeri ini. Perempuan pertama yang menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan ini menyedot perhatian publik karena berbagai gebrakan, keberanian, keberpihakannya pada nelayan, dan penampilannya yang eksentrik.

Meski hanya lulusan SMP, paling rendah di antara menteri-menteri lainnya, kinerja Susi tak kalah kinclong, bahkan salah satu yang terbaik di Kabinet Kerja. Jenis kelamin juga tak jadi hambatan, memimpin bidang yang didominasi laki-laki bukan masalah buat Susi.

Susi yang menginspirasikan banyak orang juga punya tokoh idola, yang menginspirasi dirinya hingga seperti sekarang. Kepada detikFinance, Susi mengaku mengagumi sang ibu, Mother Teresa, hingga Raden Ajeng (RA) Kartini. Berikut petikan wawancaranya:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ibu Susi menginspirasi banyak perempuan. Kalau tokoh perempuan yang menginspirasi Ibu Susi siapa?
Kalau misalnya dibilang saya menginspirasi, saya tentu sangat tersanjung, sangat gembira. Saya harap masyarakat tidak kecewa, mereka sudah berharap banyak dengan menganggap saya tokoh inspiring. Di satu sisi saya takut tidak bisa meng-encouraging masyarakat Indonesia. Tapi kalau itu yang dirasakan masyarakat, tentu menjadi pemicu bagi saya untuk bekerja lebih baik lagi.

Siapa tokoh yang menginspirasi saya? Ibu saya seorang pekerja keras, sangat berani, juga lugas. Untuk usia beliau saat itu berani kabur dari keluarga karena enggak mau dikawinkan umur 12 tahun, kabur dari Pangandaran ke Sukabumi, ikut numpang di kesusteran, hidup selama 2 tahun sebelum jadi relawan Palang Merah Indonesia (PMI). Itu adalah suatu tanda keberanian seorang wanita. Di zaman itu, 1930-an saya pikir itu hal yang luar biasa.

Kemudian Mother Teresa yang mencintai manusia lain seperti dirinya sendiri, keluarganya sendiri, saya pikir itu luar biasa. Banyak juga tokoh wanita lainnya. Saya selalu fascinating untuk membaca, mengetahui wanita di dunia itu banyak yang sangat luar biasa.

Kartini, kalau kita baca-baca suratnya itu memperlihatkan bagaimana kecerdasan beliau dan common sense untuk zamannya, saya rasa masih up to date apa yang dia bicarakan dalam surat-suratnya. Pemikiran yang jauh, masuk akal, dan sangat realistis.

Tapi juga dia tidak menghilangkan passion-nya akan kemerdekaan, kemandirian. Saya pikir kalau baca surat-surat beliau sangat fascinating, sangat menyentuh. Kita akhirnya mensyukuri kita hidup di zaman yang things so easy.

Dibanding zaman Kartini, semestinya kita berhenti mengeluh. Orang seperti Kartini terkungkung di zamannya seperti itu. Kita dengan segala kemudahan, apresiasi masyarakat terhadap wanita sudah jauh lebih baik, saya pikir stop mempermasalahkan gender perempuan harus begini begitu. Stop demanding keistimewaan atau kekhususan karena anda wanita. Buktikan anda sama. Saya pikir seperti itu.

Anda berada di dunia yang mayoritas dikerjakan oleh kaum laki-laki. Sebagai perempuan, bagaimana anda memimpin orang di Kementerian dan kalangan pengusaha yang mayoritas laki-laki?
Saya kalau kerja enggak pikir laki-laki atau perempuan. Saya enggak pernah merasa sendirian karena banyaknya laki-laki, enggak ada. Sama saja. Kalau orang lain bisa, ya bisa. Saya tidak pernah merasa keperempuanan saya itu handicap atau obstacle, biasa saja.

Tidak pernah merasa terhalang atau tidak mampu karena perempuan?
Tidak pernah. Tadi saya bilang, keperempuanan saya tidak pernah terasa oleh saya oleh saya sebagai sesuatu yang handicap, obstacle, 'oh itu tidak bisa karena perempuan'. Harus dikerjakan, ya dikerjakan. Simple.

Bisa diceritakan bagaimana pandangan Ibu Susi terhadap peran perempuan di sektor perekonomian Indonesia saat ini?
Saya rasa in the background peran wanita itu sangat penting. Kalau kita lihat di Yogya misalnya, kalau lihat pasar-pasar di Jawa, rata-rata yang dagang, yang menggerakkan ekonomi itu wanita. Bukan laki-laki yang berdagang di pasar. Jadi saya pikir peran wanita dalam ekonomi di Indonesia sangat signifikan.

Tipikal karakter budaya kerja orang-orang Indonesia suku apapun, saya lihat perempuan itu menggerakkan ekonomi. Kalau tidak di depan sebagai planner atau organizer, paling tidak doing thing. Saya lihat sangat penting.

Apa saran anda terhadap wanita-wanita di Indonesia, supaya bisa sukses seperti anda?
Kita stop mempermasalahkan gender. Kerja, bergerak, berkarir, berprestasi tanpa mikir 'saya perempuan', 'saya tidak boleh ini', 'saya tidak boleh itu', 'saya harus diistimewakan'. Stop itu. Jangan pikir gender itu handicap, persoalan. (mca/ang)

Hide Ads