Atas prestasinya di bidang kelautan dan perikanan, Susi diganjar gelar doktor honoris causa oleh Universitas Diponegoro (Undip) pada 3 Desember 2016 lalu.
Sebelum dianugerahi doktor honoris causa dari Undip, kemampuan akademik Susi sudah diakui setara dengan doktor oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengenai pendidikan perempuan, mengapa Ibu Susi dulu memutuskan berhenti sekolah saat SMA?
Kalau saya berhenti sekolah sih tidak ada kaitannya dengan sistem pendidikan atau apa lah. Saya melihat, saya tidak terlalu suitable untuk sistem yang ada. Saya pikir, saya akan bisa bergerak lebih baik bila saya tidak terkungkung oleh waktu saya sekolah, jadi enggak ada kaitannya.
Saya tidak bisa berpandangan bahwa sistem yang tidak cocok, justru memang cara-cara saya sendiri yang tidak sesuai dan saya lebih baik have my way out untuk memulai sesuatu yang baru, yang berbeda.
Bisa diceritakan soal gelar doktor honoris causa yang didapat Ibu Susi?
Kalau itu sebenarnya yang menawarkan sudah ada beberapa, saya pikir-pikir, terus saya tanya. Ada enggak penguji yang bisa memberikan satu justifikasi bahwa gelar yang saya terima itu memang pantas saya sandang dengan kapabilitas saya.
Terus kemudian ada yang bicara dari dosen itu, ada sertifikasi kompetensi. Jadi saya ikut tes, diverifikasi oleh 5 profesor doktor datang ke rumah untuk men-justify apakah kompetensi saya itu pantas mendapatkan gelar doktor. Ternyata saya lulus dengan nilai 9, katanya nilai 9 itu level doktor.
Kedua, saya juga ingin memberikan apresiasi kepada Pak Presiden Joko Widodo yang telah memilih saya dengan semua kontroversi dan protes dari masyarakat karena memilih menteri yang pendidikannya cuma SMP.
Saya ingin mengapresiasi dan menghormati keputusan beliau. Kalau saya dapat gelar doktor, lulus ujian kompetensi level doktor, berarti paling tidak memberikan apresiasi bahwa pilihan Pak Jokowi tidak terlalu salah.
Dan Ibu jadi semakin berani dengan gelar doktor itu?
Gelar tidak akan mengubah saya. Saya hidup 52 tahun juga tanpa gelar.
Apa saran anda terhadap wanita-wanita di Indonesia, supaya bisa sukses seperti anda?
Kita stop mempermasalahkan gender. Kerja, bergerak, berkarir, berprestasi tanpa mikir 'saya perempuan', 'saya tidak boleh ini', 'saya tidak boleh itu', 'saya harus diistimewakan'. Stop itu. Jangan pikir gender itu handicap, persoalan. (mca/ang)