Irfan Setiaputra resmi menjadi Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) pada Januari lalu. Ia diminta oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir untuk beres-beres di maskapai yang sebelumnya memiliki kasus Brompton dan isu gundik.
Erick Thohir memberikan banyak PR untuk Irfan agar mampu membenahi dan membawa Garuda sebagai maskapai kebanggaan masyarakat Indonesia.
Sama seperti maskapai lain, Garuda tahun ini juga menghadapi cobaan yang berat. Yakni Corona yang membuat perekonomian bergejolak dan menghantam bisnis penerbangan. Di tengah badai corona, Garuda juga harus membenahi masalah keuangan, anak cucu usaha, isu gundik hingga permintaan pembukaan rute penerbangan langsung ke sejumlah kota di negara-negara lain.
Berikut kutipan lengkap detikcom dengan Dirut Garuda,Irfan Setiaputra.
Kita tahu Garuda sebelum pak Irfan masuk hadapi persoalan manajemen. Tapi belum lama ini semua maskapai penerbangan di dunia hadapi badai wabah corona, khusus Garuda langkah untuk selamatkan perusahaan seperti apa?
Jadi ini memang tak terduga, jadi hampir semua airlines kena impactnya cuma mesti dipahami tipe perusahaan airlines yang bergerak di seluruh dunia ini basicly sebenarnya kalau disimplifikasikan ada dua tipe.
Pertama itu arilines berbasis hub mode. Jadi kalau anda tahu misalnya Singapore Airlines, Cathay, Emirates, Etihad dan Qatar itu memang membasiskan bisnisnya berbasis hub. Jadi dia menerbangkan semua orang ke semua tempat berkumpul atau lewat kotanya airlines nya dia.
Biasanya perusahaan tersebut sangat didukung oleh pemerintahnya. Dan mendapatkan banyak previige dan subsidi dan pelabuhan di mana dia berbasis perusahaannya kayak Qatar di Doha.
Tipe kedua adalah seperti kayak Garuda, kita punya domestik market sangat kuat. Perusahaan nasional berbasis hub ini sayangnya tidak punya domestik market sehingga situasi seperti corona ini membuat negara sangat terpukul. Sementara kita Garuda ini diuntungkan karena kita punya domestik market yang kuat, waktu awal corona muncul, sentimen tidak ingin berpergian tidak ada.
Sempat juga pemerintah melakukan insentif untuk mendorong masyarakat Indonesia bepergian terutama ke daerah wisata yang terkena impact dengan adanya corona ini.
Kalau sekarang dengan adanya social distancing atau kebijakan semacam itu, apakah mulai ada dampaknya?
Nah sebenarnya corona di Indonesia memang agak perlahan impactnya ke kita gitu ya. Beberapa hari lalu memang mulai terasa sih kalau ada penurunan yang cukup signifikan terhadap perjalanan domestik karena orang mulai menghindari juga perjalanan domestik ini.
Namun demikian kami juga cukup kaget juga ketika diumumkan misalnya Singapura akan mengenakan siapapun yang masuk per tanggal tertentu waktu itu kalau nggak salah hari Selasa masuk akan kena isolasi 14 hari sampai sebelumnya tiba-tiba full pesawat kita malah kita tambah kalau dengan permintaan untuk terbang ke Singapura lewat pakai Garuda tinggi sekali hari itu.
Saya nggak katakan dapat berkah, tapi memang jadi pertanyaan signifikan kok bisa banyak yang ke Singapura. Jangan jangan banyak masyarakat Indonesia yang memutuskan berdiam di Singapura atas alasan apapun.
Tapi itu juga didukung oleh keputusan untuk tutup sekolah dan perusahaan termasuk pemerintah untuk mendorong orang kerja di rumah. Di hari yang sama cukup menarik juga penerbangan ke Denpasar penuh juga, saya mungkin menengarai mungkin karena belajar dari rumah, bekerja dari rumah sebagian keluarga memutuskan rumahnya di Denpasar.
Atau belajar sambil berlibur?
Mungkin, saya tidak mau katakan ini. Tapi cukup menarik menyaksikan model masyarakat Indonesia bepergian.
Kedua, over weekend itu tetap ramai gitu. Banyak alasan ya acara perkawinan tidak ditunda. Kita juga banyak kebiasaan over weekend kunjungi keluarga atau liburan singkat. Jadi itu, saya ingin katakan bahwa mulai terjadi penurunan signifikan di domestik.
Pada waktu corona muncul pertama kali dan kita tutup dengan China. Sebenarnya Garuda dalam posisi itu confidence dan selalu dengan sedikit lead. Tapi memang buat kami itu pukulan ini cukup terasa sekali ketika umroh ditutup.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dan perjalanan ke Singapura yang cukup frekuensinya banyak itu menurun drastis. Jadi seperti Singapura dari 9-10 sehari hanya jadi 3. Kemudian Arab ini umroh ini kita seminggu bisa 24 penerbangan, pesawat besar itu otomatis langsung stop.
Dan kita sempat melakukan selama kalau tidak salah 10-11 hari perjalanan ke Arab Saudi itu kita tetap lakukan karena kita harus menjalankan kewajiban kita membawa orang yang membeli tiket. Jadi jemaah umroh yang sudah waktunya pulang ya kita harus layani. Kita sempat berapa hari hampir seminggu lebih kita berangkat kosong. Pulang isi penuh.
Berarti kalau dari paparan bapak ternyata masyarakat kita tetap lakukan perjalanan di weekend juga demikian, dengan adanya kebijakan bekerja dari rumah. Garuda tidak sampai menerapkan itu juga? Karena harus melayani penumpang?
Ya, kalau Garuda dari sisi pelayanan kita harus pertahankan memang beberapa frekuensi ke kota tertentu alami penurunan. Tapi kita pastikan sampai hari ini tidak ada kota yang tidak kita layani. Sesuai dengan pelanggan. Memang yang tadinya 10 jadi 8 atau jadi 7 atau jadi 5 atau jadi 1. Tapi kita pastikan tetap ada, sampai diminta oleh pemerintah untuk menghentikan.
Jadi walaupun isinya sedikit, kita akan tetap upayakan. Kita bawa penumpang ke lokasi yang dia sudah putuskan sebelumnya.
Harga minyak dunia jatuh, tapi di sisi lain rupiah kita juga melemah ini sejauh mana dampaknya pada Garuda?
Ya tentu saja dari sisi costing cukup punya impact, di satu sisi positif dan negatif. Saya belum hitung detail memang banyak yang tanya implikasinya bagaimana dengan rupiah melemah, harga avtur menurun. Saya cuma mau menyampaikan aja dinamika ini dari hari ke hari cukup menarik.
Di atas kertas kita bisa katakan bahwa ini mungkin akan turun terus, tapi faktanya nggak gitu juga, di hari tertentu dan tujuan tertentu jadi asumsikan sesuatu ke depan ini saya mau coba hindari dulu lah. Tapi betul baiknya beban kita basisnya dolar AS dengan menguatnya dolar AS tentu ada peningkatan beban.
Benar juga mayoritas cost kita di avtur dengan penurunan ini kita bisa menikmati. Tapi sayangnya jumlah produksi atau jumlah flight kita sedang tidak seperti normal. Mestinya kondisi normal dan harga avtur turun mestinya menikmati.
Selama 2 bulan memimpin Garuda ini kan kita tahu manajemen lama mewariskan utang yang cukup besar begitu ya, langkah dari Anda ini untuk atasi itu solusinya gimana?
Saya tidak ingin mengatakan itu warisan. Saya katakan ini a given condition yang harus dihadapi. Karena mengeluh atau menyalahkan nggak ada gunanya juga. To still dare, sebuah perusahaan kita harus memastikan bahwa kita komitmen dalam kondisi susah atau apapun.
Hari ini dengan pendapatan kita yang menurun kita tentu dalam posisi yang mungkin tidak terlalu nyaman lah atau enak berhadapan dengan kita berutang. Kita lagi dalam diskusi dengan mereka, sangat diuntungkan kasus ini tidak spesifik Garuda, tapi seluruh airlines.
Kita lagi pikirkan refinancing, sayangnya memang. Appetite terhadap dunia industri penerbangan ini lagi jatuh. Tapi saya pikir semua industri ya perbankan, financial company juga semuanya lagi wait and see melihat perkembangan corona ini parah. Karena tidak semua airlines kena, semuanya kena. Jadi kalau ditanya apa tindakan yang akan kita lakukan. Ya kita bicara bertemu, negosiasi terus mencoba mengambil pendanaan lain baru untuk refinancing dan hal-hal yang sejenisnya.
Dari pihak kreditor sendiri ada sinyal positif?
Positif intinya mereka willing to talk. Kita juga mesti memahami mereka juga punya keterbatasan. Tapi ini memang diskusi saya dengan mereka. Saya selalu katakan dalam kondisi buruk inilah waktu di mana kita saling mengetes partnership kita itu tepat atau tidak.
Kalau yang ngotot tentu saja ada gitu kan, tapi banyak sekali saya lihat willingness kan kita akhirnya terms-nya ketemu gimana, penurunannya seperti apa, mau seperti apa, itu semua pembicaraan kita selalu mencoba bersepakat berapa lama berimplikasi.
Isu lain Menteri BUMN Erick Thohir sempat bilang ada sekitar 5 anak usaha Garuda yang perlu ditutup. Ini seperti apa evaluasinya?
Begini kita terus menerus evaluasi, kita tunggu persetujuan dari Kementerian BUMN untuk eksekusinya. Tapi kami sudah sampaikan ke manajemen perusahaan tersebut out intention seperti ini jadi tolong siap.
Yang kedua, kita sudah mulai melakukan inventarisasi issues issues apa yang akan kita ambil. Saya cuma minta ke teman-teman direksi untuk memastikan pertama bahwa tidak ada satupun karyawan kita yang diabaikan dari proses itu. Bukan salah mereka ini.
Yang selanjutnya, pastikan punya solusi bisnis. Lalu kerja sama yang sudah dibentuk itu will still continue dengan model lain.
Lebih tepatnya ini 5 cucu usaha. Kita mau fokus ke cucu dulu kemudian nanti pelan-pelan memang mandat dari pak Erick untuk saya dan direksi untuk melihat satu mana sih yang pantas kita pertahankan. Mana yang pantas kita leburkan, bukan dimasukkan ke bisnis yang lain. Mana yang pantas kita tutup.
Bidang apa aja?
Sayangnya macam-macam, dari mulai diversifikasi jadi ada yang diverisikasikan tadinya bagian dari unit kita lalu kita keluarkan jadi PT sendiri. Ada yang masuk domainnya supplier. Dan ada yang new business seperti semua orang tahu soal Tauberes ya.
Nah kita lagi coba cari cara agar paling akan dilakukan disepakati tinggal finalisasi itu kita leburkan langsung ke Garuda. Tauberes itu aplikasi yang dia bangun itu ternyata sangat bagus, kalau kita bisa implementasi di dalam bisnisnya garuda sendiri, jadi kita sudah sepakat bahwa itu akan kita masukkan ke dalam organisasi Garuda langsung, bukan anak usaha. Naik tingkat 2 kali.
Anda punya kredibilitasnya untuk itu, karena basic lama di telekomunikasi?
Iya mudah-mudahan, selain bisa bantu bisnis proses kita tapi juga penting kolaborasi knowledge dengan experience teman bisa bantu di bidang kita. Untuk optimalisasi proses kita maupun coba tingkatkan pelayanan maupun ujungnya ke demand baru kita.
Ada dua isu lain terkait manajemen baru. Ketika Anda terpilih dari PHRI itu langsung teriak tolong praktik kartel yang dilakukan Garuda dengan menekan biro perjalanan tertentu untuk harga ini dibenahi? Kedua, soal terhadap pegawai perempuan, pembenahannya seperti apa?
Ya memang, menarik ya di industri travel ini itu karena Garuda satu bagian dari the whole industry, travel agent, airlines, hotel, entertainment dll. Tapi dari hari pertama terlepas apakah PHRI memberi semacam pertanyaan atau apapun saya dari dulu dalam mengelola perusahaan ada satu hal yang saya akan selalu jadi pegangan buat saya.
Kerja sama dengan orang lain, berpartner yang nomor satu paling penting satu-satunya penting adalah fairness. Jadi kita mesti berlaku adil ke siapapun. Begitu sekali tidak adil kepercayaan seluruh partnership dengan banyak teman-teman ini akan rusak.
Oleh sebab itu, saya memang langsung yang pertama ini saya ketemu dengan pimpinan travel agent dan saya pastikan bahwa kita akan melakukan. Jadi ketika online mendapatkan perlakuan khusus misalnya itu akan dihilangkan.
Dari kajian Anda setelah masuk tuduhan itu terjadi?
Begini, saya ini dirut bukan investigator. Buat saya mendengar informasi begini-begini buat saya simpulkan saja dengan cepat bahwa banyak orang merasa diperlakukan tidak adil. Merasa, apakah perlakukan tidak adil itu nggak bisa jadi itu iya atau nggak.
Kemudian saya melihat terms perjanjian pengaturan kerja tiket dan segala macam ini ada ketidakadilan. Ya sudah contohnya travel agent termasuk online tidak mendapatkan perlakuan khusus dari penjualan subclass. Jadi nggak boleh ada satu yang dapat dia yang boleh saja, lainnya tidak boleh.
Saya juga bertemu dengan travel umroh ya, karena memang pada waktu itu dengan alasan yang menurut saya masuk akal waktu itu diputuskan untuk wholesale. Penjualan tiket umroh ini. Di situ banyak feedback merasa banyak puluhan tahun nggak boleh langsung jadi harus lewat seseorang atau perusahaan.
Ya kita putuskan itu tidak akan terjadi lagi, sehingga semua orang travel agent tanpa perlu lewat orang lain. Yang commited lebih besar akan dapat perlakuan khusus. Tapi model seperti itu ya kita hubungkan. Misal beli 10 harga 100 perak, beli 1000 ya harganya 98 perak, kalau anda beli sejuta ya harganya 90 perak. Hal-hal seperti itu kita buka aja gitu.
Jadi, fairness itu buat saya dan manajemen baru kita itu sangat penting tapi kita juga tau ada policy yang punya kecenderungan tidak fair. Ini yang kita beresin tapi ada juga mungkin tindakan-tindakan individu yang menciptakan unfairness.
Oleh sebab itu saya sampaikan ke teman-teman ini nomor handphone saya bisa dihubungi, ini nomor direksi, kalau anda melihat anggota tim saya melakukan tindakan unfair tolong saya diinfokan. Tapi kalau anda lihat bos saya sebagai dirut lakukan unfair mohon hubungi komut dan menteri BUMN. Nggak usah dibikin susah kan.
Terkait pegawai perempuan?
Ya kami berterima kasih bahwa kemudian Kementerian tunjuk Bu Yenni Wahid sebagai komisaris. Kita juga banyak lakukan interaksi dengan pimpinan serikat dan juga manajemen. Dan memang kami menemukan ada beberapa informasi. Balik lagi saya ini bukan investigator. Informasi-informasi. Kita kasih statement very clear ke teman-teman.
Ke manajemen ke komisaris kita tidak mau perlakuan-perlakuan yang sifatnya tidak fair. Pelecehan itu terjadi lagi tidak mau. Kita buat set up untuk laporan. Tapi balik lagi, kalau anda merasa diperlakukan tidak fair anda silakan hubungi saya langsung. Kalau saya tidak bisa ini lho ada bu Yenni juga.
Sempat ketemu dengan awak kabin perempuan dan kasih statement jelas tidak ada lagi ke depan kit akan perlakukan sekelompok orang secara khusus. Tidak akan ada lagi. Kita tidak lagi lihat hubungan kedekatan tapi kita semata-mata lihat performance. Kita juga ubah organisasinya, taruh orang-orangnya untuk memastikan ini bisa dijalankan dengan baik.
Jadi, itu sudah komitmen kita. Kita bicara dengan serikat untuk membantu memastikan ini tidak terjadi. Kadang begini, policy di company tidak itu. Tapi mungkin ada banyak kekhilafan yang terjadi sebagai bentuk pelecehan. Bias-bias seperti itu. Kita pastikan anda boleh laporkan langsung.
Lanjut ke halaman berikutnya