Bisa digambarkan bagaimana perubahan aktivitas di pelabuhan dari sebelum masuknya COVID-19 ke Indonesia hingga diterapkannya PSBB?
Kalau di ASDP itu ada pelabuhan sebanyak 35, orang gak menyangka kita memiliki pelabuhan sebanyak itu. Kompleksnya ASDP kami mengelola pelabuhan dan kapal, kebanyakan hanya pelabuhan atau kapal saja, tapi dua-duanya.
Selama 2019 traffic passenger-nya mencapai 49 juta orang. Itu 60% ada di lintasan Merak-Bakauheni dan Ketapang-Gilimanuk.
Sebenarnya dengan beberapa program digital yang kita mulai Agustus 2019 itu dengan cashless. Karena pada waktu masa Lebaran itu uang yang beredar di loket bisa mencapai Rp 8 miliar per hari. Kalau di bank mungkin uang segitu biasa saja, tapi kalau di pelabuhan uang sebanyak itu mengerikan. Karena banyak orang lalu-lalang. Jadi mulai dengan cashless.
Kemudian kami lihat di situ prosesnya termasuk bisa baca e-KTP, itu prosesnya hanya 16 detik dari kasih KTP sampai bayar cashless pakai mesin. Kami pikir itu sudah cepat. Karena dalam sejarahnya ASDP pernah menghadapi antrian terparah mencapai 26 km.
Biasanya kan kalau musim Lebaran, saat arus mudik sangat besar dari Merak ke Bakauheni, kemudian untuk arus baliknya dari Bakauheni ke Merak. Tapi di 2019 itu dari kedua arus sama-sama besar pada saat yang sama. Jadi pelayanan 16 detik itu ternyata ketika peak season masih ada antrian dan lumayan panjang.
Kalau saya pribadi lebaran pertama di ASDP saya serem sendiri, saya itu nggak tidur karena jagain posko pelabuhan. Saya pikir itu gila juga ya, nggak sehat banget seperti itu. Karena memang di pelabuhan nggak ada yang pasti, kita nggak pernah tahu hari ini berapa kendaraan yang datang, kita hanya tahu trennya.
Ternyata ketika ada tol dari Palembangan ke Bakauheni yang tadinya ditempuh 12 jam jadi 5 jam, ternyata arus kenaikannya sampai 40%. Terutama di akhir minggu, libur panjang, itu tinggi sekali. Kalau seperti itu forecast pasti selalu salah.
Sementara Pak Jokowi menargetkan tahun 2024 Banda Aceh hingga Banyuwangi tersambung tolnya. Nah ini baru nyambung Palembang-Bakauheni aja sudah segitu, kalau sudah full serem banget. Kita tidak bisa memprediksi dan mengatur kapasitas pelabuhan sesuai dengan demand.
Lantas apa yang dilakukan perusahaan?
Karena itu kami mulai 1 Maret mulai memberlakukan reservasi online. Ini reservasi ini bisa dipesan 60 hari sebelum hari H sampai 6 jam sebelum keberangkatan. Bisa di website, di ferizy.com, bisa di aplikasi android, bisa di Alfamart. Ini kita dahulukan di Merak-Bakauheni dan KEtapang-Gilimanuk karena 60% dari total penumpang yang kita layani ada di dua jalur tersebut.
Jadi dengan digitalisasi dan cashless itu kita menjadi lebih akuntabel dan yang paling penting bisa mengatur antrian dengan waktu yang lebih terukur. Jadi orang bisa mengatur kira-kira mau sampai pelabuhan jam berapa itu bisa diatur, bukan datang nunggu berjam-jam.
Target dari digitalisasi itu seperti apa?
Kalau adopsinya sudah penuh, orang dari dari loket sampai naik kapal kira-kira hanya 1,5 jam, itu kalau kondisi lagi antri banget. Beberapa tahun lalu itu bisa sampai 6 jam. Itu kalau dalam keadaan peak, misalnya dalam peak itu penumpang bisa sampai 100 ribu, motor 25 ribu, mobil 20 ribu itu dalam 1 hari.
Sebenarnya di reguler setiap 12 menit ada kapal, cuma karena antriannya banyak sekali, masuknya susah. Tapi dengan waktu yang dia bisa memilih ya pasti dia tidak akan lama menunggunya.
Kita beda sama tol, kalau tol kan ada gerbangnya, abis bayar lancar. Kalau kapal kan batching, 1 batch baru jalan. Terus kenapa si kapal gak bisa 10 menit sekali, ya gak bisa, kan kapal besar sekali, harus cari tempat dengan manuver. Jadi bisa 1-1,5 jam dalam keadaan peak, tapi kalau dalam keadaan bisa lebih cepat.
Kapal juga kan ketika masuk, dia bersandar, terus dia harus keluarkan mobil dan truk, itu butuh waktu setengah jam, penumpang keluar, kemudian masukin lagi kendaraan, itu bisa 1 jam. Jadi karean loading dan unloadingnya yang perlu waktu.
Menurut Anda apa yang paling penting untuk dibenahi di pelabuhan?
Salah satu masalah yang besar dan langsung dirasakan pelanggan adalah antrian, jadi secara operasional memang ada yang harus diselesaikan secara serius. Kemudian yang lain lagi adalah pelayanan. Karena sudah lama ASDP merasa karena didirikan oleh pemerintah, kemudian kita punya armada, jadi seperti kita merasa posisi kita lebih tinggi dari konsumen. Karena saya punya armada, ya anda ikut saya. Tapi nggak bisa lagi, kita harus melayani. Mungkin dulu KPI-nya menyeberang dengan selamat itu sudah bagus, sekarang kita ingin orang menyeberang dengan selamat dan keluar dengan tersenyum. Nah itu kita harus masih belajar lebih, karena harus konsisten.
Bagaimana ASDP bisa bertahan selama masa PSBB?
Menangis. Jadi sebenarnya pada awal tahun itu kita sudah bisa memetik buah dari digitalisasi, jadi pada Januari dan Februari itu kami sudah mencapai 25% dari target laba 2020, bayangkan baru 2 bulan. Tapi ternyata Maret terjadilah ini. Turunnya bisa sampai 80-90% dalam semua kategori. Kalau secara agregat semua lintasan 50%. Tapi untuk logistik turunnya hanya 26%, karena logistik masih jalan. Kita beruntung yang menyelamatkan kita adalah logistik. Walaupun turun juga karena banyak pabrik yang tutup dan konsumsi turun juga.
Tapi nomer satu yang menyelamatkan kita adalah karena kita punya tabungan. Kas kita cukup banyak. Tapi kan tabungan tidak sustainable. Kami buat stress test, kita prediksi kalau kita nggak dapat uang sampai akhir tahun sama sekali, maka kita bisa bertahan hidup sampai pertengahan Juni 2021. Itu dari uang sendiri. Tapi itu nggak sehat juga kan, untungnya masih ada pemasukan dari logistik.
Lalu bagaimana dengan target laba tahun ini?
Kan Januari, Februari, Maret masih bagus, tapi Mei kita sudah rugi, Juni kita rugi Rp 40 miliar. Juni kita untung Rp 320 juta. Untuk target kita induk saja Rp 35 miliar, itu revisi target. Sudah bagus masih bisa untung.
Di masa berat ini apa ASDP sudah melakukan pengurangan karyawan?
Alhamdulillah sampai saat ini belum ada PHK. Bahkan untuk bonus tetap kita bayarkan, nggak ada yang kita kurangi. Selain THR kita juga ada tunjangan pendidikan setiap tahun ajaran baru. Ya mendingan kita efisiensi yang lain sampai hal yang terkecil seperti tidak lagi langganan koran, makanan kita sederhanakan, tapi yang penting pendidikan anak-anak karyawan terjaga.
Selama masa New Normal, bagaimana pelayanan ASDP?
Sekarang pada kapasitas 50%, dengan dilengkapi alat-alat pelindung. Kemudian ada perilaku yang kita awasi lebih ketat untuk protokol kesehatan. Tapi ada hikmahnya juga, kami kan menyiapkan tiket online 1 tahun belakangan, ternyata dengan adanya COVID-19 semakin relevan karena mengurangi interaksi antar manusia. Jadi dengan adanya COVID-19 ini terjadi akselerasi di digitalisasi ticketing.
Bagaimana strategi jangka panjang ASDP untuk pemulihan?
Sampai 2022 kita targetkan 35 pelabuhan harus sudah digitalisasi. Selama ini kan tiket puter, jadi tiketnya digunakan ulang terus sampai jelek.
Tapi dari segi bisnis ada 3, pertama kami akan memperbesar feri manajemen service. Sekarang kan ASDP punya kapal 102, kita mengelola kapal orang lain 52 unit. Sekarang kita ada pembicaraan lagi dengan pemilik kapal lain, non BUMN, itu kira-kira hampir 30 kapal lagi. Bagi ASDP tidak hanya efisien, karena fix cost kita bisa dibagi, tapi yang lainnya harapannya ke depan kalau kita mengelola kapal orang lain, standar pelayanannya juga kita bisa seragamkan. Jadi orang nggak tahu itu kapal ASDP atau enggak, yang penting pelayanannya sama.
Kedua, kita sedang menghitung, kita punya wilayah di Bakauheni hampir 80 ha, dan pemandangannya sangat indah. Kita akan kerjasama dengan Pemprov Lampung yang juga punya tanah, kita juga sedang bicara dengan HK. Ini masih awal sekali, tapi kami melihat kawasan di Lampung selatan ini memiliki potensi menjadi destinasi wisata baru.
Ketiga, dengan pengembangan bermacam-macam itu, kami ingin mencari partner dana yang efisien, maka kita sedang menuju IPO. Tapi itu kami masih hitung dulu. Kalau pemegang saham si dialognya dinamis, melihat bagaimana potensinya, dan pemegang saham punya harapan yang sama ke sana, Karena kita kan perlu, nggak mungkin kita ambil pendanaan hanya dari loan. Kapannya masih belum.
Ferizy itu bisa memberikan efisiensi seberapa besar?
Saya merasa perlu waktu untuk kita bisa memperkirakan itu. Tapi kalau kita melihat pengalaman dari negara lain, kalau di negara berkembang transportasi umum yang kemudian didigitalkan pendapatannya bisa naik 30%. Tapi itu sebenarnya bukan naik, tapi menutup yang bocor. Januari dan Februari kemarin itu sebenarnya penumpangnya tidak naik besar tapi kita bisa mengantongi 25% dari target laba 2020.
Anda pernah berkarir lama di GAP, bagaimana bisa bertahan di perusahaan pelabuhan yang jauh berbeda?
Saya senang masuk ASDP ketika perusahaan ini mulai berbenah di pelayanan. Jadi, karena saya lama di ritel, dimana ritel itu erat kaitannya dengan customer intimacy. Pelayanan itu kan customer intimacy, kita memahami apa yang diharapkan oleh konsumen kita, intimacy kan memahami betul konsumen. Jadi saya merasa di waktu yang tepat ketika kesadaran untuk meningkatkan customer intimacy-nya.
Kalau di ASDP itu sebenarnya kelihatannya sederhana, tapi tidak mudah. Misalnya toiletnya harus baik, nggak bau, itu kan customer intimacy. Kemudian kita bikin terminal yang bagus, bahkan kata vlogger itu world class. Jadi intinya mengerti apa yang diinginkan pelanggan.
Lebih enak mana kerja di bidang fashion dengan pelabuhan?
Ya sangat berbeda. Tapi saya percaya setiap pekerjaan itu dalam petik memperkaya kita. Memperkaya wawasan kita, membuat kita berkembang. Sebenarnya bedanya bukan di industrinya, karena leadership relatif dimana pun bisa diterapkan. Saya memang banyak belajar perpindahan dari swasta ke BUMN, karena hubungan dengan pemangku kepentingannya banyak sekali di ASDP ini. Lalu kecepatan bergerak, karena di swasta itu lebih sederhana. Saya paham karena akuntabilitas karena perusahaan ini punya negara. Tapi ya awal-awal saya merasa kaget. Tapi ya ini sudah BUMN yang ketiga jadi ya lebih baik lah.
Bagaimana kunci sukses Anda mengejar kesuksesan?
Saya belajar dari seorang kawan, sukses itu tidak bisa dibilang orang yang mobilnya Lamborghini lebih sukses dari yang punya mobil Innova. Sukses itu adalah kemampuan merespon tantangan dengan tepat. Jadi kalau pelajar apa tantangannya ya ujian, kalau jadi staf baru tantangannya bisa mengerjakan dengan baik tugas yang diberikan manajernya. Jadi kalau kita perjalanannya panjang, kita makin terampil, makin mengumpulkan banyak kesuksesan terhadap tantangan secara tepat.