Mana Prioritas Pemerintah Tangani Corona: Ekonomi atau Kesehatan?

Wawancara Khusus Ketua Satgas PEN

Mana Prioritas Pemerintah Tangani Corona: Ekonomi atau Kesehatan?

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Senin, 12 Okt 2020 10:00 WIB
Dirut Inalum Budi Gunadi Sadikin
Ketua Satgas PEN Budi Gunadi Sadikin/ Foto:Rachman Haryanto/detik.com
Jakarta -

Pemerintah memiliki program pemulihan ekonomi nasional (PEN) untuk menekan dampak ekonomi akibat pandemi COVID-19.

Program ini diharapkan bisa membantu Indonesia agar ekonomi Indonesia terlalu buruk dan terperosok ke jurang resesi. Stimulus yang diberikan mulai dari bantuan sosial hingga bantuan untuk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang disebut menjadi penopang perekonomian nasional.

Selain itu satgas PEN ini juga menyebut jika vaksin diharapkan bisa menjadi 'penolong' ekonomi nasional. Karena itu saat ini selama vaksin sedang melalui proses pengujian, perusahaan BUMN juga sudah menyiapkan alat kesehatan berupa jarum suntik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut kutipan Blak-blakan ketua satgas Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Budi Gunadi Sadikin.

Sejak Juli sampai September program apa saja yang sudah dikerjakan atau dijalankan?

ADVERTISEMENT

Jadi saya kasih latar belakang sedikit untuk pemirsa detikcom. Kebetulan saya itu umurnya udah cukup tua sehingga mengalami krisis udah 4 kali nih. Jadi krisis yang paling berat itu 1998, krisis keuangan di Asia. Lalu krisis global 2008 paling besar. Cuma buat Indonesia terasa mungkin karena baru mengalami krisis di tahun 1998 sehingga sistem keuangan kita sudah jauh lebih sehat pada saat krisis global 2008 itu hit di seluruh dunia. Kemudian kejadian lagi di tahun 2013.

Nah ketiga krisis ekonomi ini atau kesulitan ekonomi ini terjadi disebabkan awalnya oleh krisis keuangan. Jadi tahun 1998 kalau ingat itu terjadi karena negara-negara asia pinjaman luar negerinya besar sekali dibandingkan pendapatan devisa mereka artinya seimbang antara input sama outputnya.

Dimulai dari Thailand ya ketika itu, begitu itu dibuka keliatan jual belinya Dollar-Rupiah, Dollar-Bath ini lari kursnya, begitu kursnya lari udah jatuh semua. Jadi Penyebabnya itu krisis keuangan karena kondisi keuangannya kurang baiklah perbankan sama swasta di Indonesia.

Tahun 2008, ada krisis ekonomi penyebabnya krisis keuangan lagi. Cuman krisis keuangannya bukan di Indonesia, bukan di Asia. Krisis keuangannya ada di Amerika. Ada mortgage back paket derivatif, jadi orang investasi yang jelek diputar-putar itu akhirnya mereka ngtidak bisa bayar. Jadi collapse sistem ekonomi Amerika sehingga bank sentral Amerika itu itu memberikan stimulus yang sangat besar, digrojokin uang.

Berbeda dengan krisis Asia itu advance nya apa itu tarik uang sebanyak-banyaknya supaya inflasinya tidak naik. Malah jadi miskin semua kan. Dan Asia itu butuh waktu 5 sampai 6 tahun tuh GDP Indonesia untuk balik ke level sebelumnya.

lanjut ke halaman berikutnya

2008 digelontorin recover dari krisis, 2013 karena kebanyakan dolar di market, ditarik lagi tuh sama the Fed dan terjadi lagi krisis. Penyebabnya 2013 karena ada liquidity dollar yang terlalu besar.

Dari tiga kejadian besar di ekonomi ini, kesulitan ekonomi dunia disebabkan oleh kesulitan keuangan atau krisis keuangan atau masalah keuangan. Dan saya sebagai orang keuangan ada di tengah-tengah, sehingga tau bagaimana policy responsnya, bereaksinya seperti apa pemerintah, cycle nya seperti apa menghadapinya.

Nah sekarang terjadi lagi 2020, kesulitan ekonomi, cuma yang kali ini beda penyebabnya. Bukan kesulitan keuangan, penyebabnya adalah masalah kesehatan. Apa hubungannya masalah kesehatan dengan masalah ekonomi gitu?

Masalah kesehatan ini unfortunately langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan lockdown. Begitu lockdown, orang tidak bisa keluar, tidak bisa melakukan kontak fisik. Indonesia itu roda ekonominya banyak digerakkan oleh kontak fisik ya jadi tidak jalan. Contoh pasar, pasar basah diganti dengan pasar virtual sehebat apapun pasar virtual bisa mengganti pasar basah dari segi omset.

Pendidikan deh, yang namanya pendidikan virtual sehebat apapun belum bisa menggantikan pendidikan fisik. Makan-makan deh di restoran, beli makanan sehebat apapun antar jemput makanan gitu belum bisa menggantikan orang makan di pinggir jalan di warteg-warteg atau pun di restoran-restoran.

Jadi akibatnya, karena masalah kesehatan ini menyebabkan orang boleh melakukan kontak fisik, sehingga berputar roda ekonominya nah jadilah masalah ekonomi. Akibatnya apa? karena penyebabnya beda, obatnya beda, resepnya beda, policy nya beda. Itu sebabnya presiden bilang "Ini harus diselesaikan bersama-sama" Malah pak presiden jelas bilangnya kesehatan duluan. Prioritasnya di kesehatan.

Sehebat apapun apa yang kita lakukan di sektor ekonomi, kalau sektor kesehatannya tidak beres, nggak bakalan selesai masalahnya di perekonomian.

Nah fungsi kita hanya ganjel nih. Selama roda ekonomi belum berputar normal, untuk rakyat-rakyat yang incomenya kecil kita bantu, untuk UMKM-UMKM yang paling banyak menyerap tenaga kerja dan paling besar perannya di ekonomi nasional kita bantu. Karena UMKM itu kalau dia kan sekitar 56 sampai 58% dari total GDP, kalau diliat dari penyerapan tenaga kerja 90% lebih penyerapan tenaga kerja indonesia di sektor UMKM.

Itu sebabnya 2 sektor ini oleh pak presiden di perhatikan donk. Tapi pak presiden jelas fokusnya di kesehatan. Selama kesehatannya belum selesai, orang golongan menengah yang menguasai 60% spendingnya negara ini belum bisa memiliki rasa aman, masih takut-takut mereka, tidak bisa keluar melakukan kontak fisik maka ekonomi tidak akan jalan.

Oleh karena itu, policy responses nya, kebijakannya tidak berbeda, harus berbeda. Dan prioritasnya tetap harus di kesehatan, bagaimana kita bisa menyelesaikan masalah kesehatan ini. Selama masih susah nih roda ekonomi belum berputar normal, kita ganjel terutama masyarakat yang pendapatnya paling rendah, golongan masyarakat yang pendapatannya paling rendah dan UMKM-UMKM yang memang menyerap tenaga kerja yang banyak dan berkontribusi ke ekonomi besar

Apa aja tuh pak program-programnya, mengingat jumlahnya yang begitu banyak hingga 56%, dan dia mengambil berapa lokasi dari Rp 600 sekian triliun ya pak anggaran penanganan covid yang disiapkan oleh pemerintah?

Memang ini programnya kan dibagi menjadi 6 program utama, sudah dibikin sejak awal krisis ini. Dari 6 program utama itu, kira-kira Rp 695 to triliun pagunya ya. Yang dibagi menjadi program kesehatan, program insentif usaha itu lebih banyak dalam bentuk pajak, kemudian program perlindungan sosial, ini yang menjadi perhatian kami, program UMKM, program-program terkait sektoral kementerian lembaga dan pemda dan program pembiayaan korporasi.

Dari Rp 695 triliun pagu anggaran yang sudah disiapkan oleh menteri keuangan, dua yang pertama yaitu program kesehatan dan program insentif usaha itu bukan untuk porsinya satgas ekonomi. Karena kesehatan itu dipegang Pak Doni, kalau insentif usaha kan ini banyak pengurangan pajak. Jadi bukan biaya. itu langsung dipegang oleh Kementerian Keuangan.

Yang dipegang kita adalah program rakyat dan perlindungan sosial, program yang terkait dengan UMKM, program yang terkait dengan sektoral K/L dan Pemda, serta program pembiayaan korporasi. keempat program ini yang oleh bapak Presiden diminta dipercepat, spendingnya kenapa? karena kan kuartal kedua kita udah negatif minus 5,2%. Itu mau dikejar lagi. Bagaimana ini caranya kuartal ketiga kita bisa lebih baik kondisinya. Syukur-syukur nggak negatif. Nah gimana cara menterjemahkan itu? saya coba itung-itungan kasar ya jadi supaya lebih mudah dicerna oleh masyarakat yang awam.

Total ekonomi kita GDP kita kan US$ triliun. Jadi kalau US$ 1 triliun dikali Rp 14.500 artinya Rp 14.500 triliun lah kira-kira. Jadi kalau dibagi 4 sekitar Rp 3.625 triliun selama 4 kuartal, 3 bulan kalau rata. US$ 1 triliun, jadi total ekonomi Indonesia 1 tahun itu Rp 14.500 triliun dibagi 4.. Asumsi tiap kota sama Rp 3.625. Kemarin kan minusnya 5,2% kan, jadi ini kalau di kali 0,052 kira-kira Rp 188 triliun.

Jadi artinya apa? dibandingkan kuartal 3 tahun lalu, GDP Indonesia yang sekarang kuartal 2 tahun ini turun Rp 188 triliun. Kira-kira turun minus 5,2% dari Rp 3.625 triliun itu adalah angka kasar, kalau 1 tahun GDP Indonesia Rp 14.500 triliun bagi 4 lah.

Kalau Insya Allah nih pertumbuhannya tidak jatuh lebih dalam lagi. Kita bisa naikin Rp 188 triliun lumayan jadi bemper. Karena GDP itu kan ada dari consumer spending, ada yang dari goverment spending, selisih ekspor dan impor, sama capital investor. Kita kan hanya salah satu yang goverment spending. Kalau kita bisa kontribusi Rp 200 triliun aja udah oke.

Oh jadi kalau ngejar Rp 200 triliun tadi kan, kita perlu spend Rp 100 trillun 3 bulan. Sehingga dari 4 program yang tadi, program perlindungan sosial, UMKM, sektoral lembaga dan pemda serta pembiayaan korporasi. Nah apakah itu akan membuat kuartal ke 3 GDPnya jadi 0%, minus atau plus kita tidak tau. Karena ada dinamika lain di luar itu, tapi setidaknya dari sisi kita sudah berusaha semaksimal mungkin, dari kita menyalurkan percepatan anggaran secepat-cepatnya. Supaya bisa membaik.

Bisa didetailkan pak program-programnya?

Dari perlindungan sosial yang pagunya Rp 200 triliun kita berhasil merealisasikan Rp 157 triliun. UMKM dari pagunya Rp 123 triliun sampai September Rp 84 triliun. Bisa dilihat nih programnya banyak. Jadi pas pertama saya masuk, kita pilih yang banyak berdampak ke rakyat banyak. Nah yang besar-besar program keluarga harapan. Ini diberikan ke 10 juta keluarga termiskin. Rata-rata di Indonesia keluarga itu 4 anggotanya, jadi 40 juta rakyat Indonesia termiskin dibantu dengan PKH yang realisasinya sudah 96% dan ini sudah lama programnya.

Yang kedua kartu sembako ini diberikan kepada 20 juta keluarga termiskin. Overlapse dengan PKH? overlap penerimaannya tapi orang miskin dikasih dobel tidak apa-apa atau sekitar 80 juta orang termiskin atau pendapatannya paling rendah. Yang lain-lainnya bansos tunai sembako Sejabodetabek atau pangan sembako sama kartu prakerja.

Saya balik lagi ini ada program baru yang baru diluncurkan di bulan Agustus dan cukup spektakular namanya subsidi gaji, diberikan kepada orang-orang yang iuran di BPJS dengan gaji di bawah Rp 5 juta, kenapa ini dikasih? Karena ini sudah diberikan ke 29 juta tapi ternyata ada orang yang dulu gajinya oke tapi kemudian idle berhenti kerja atau setengah diberhentikan.

Yang juga menarik selain program sosial diberikan ke rakyat-rakyat termiskin. Yang mungkin menarik akan mau share biar waktunya bisa buat diskusi. Ada UMKM. Kenapa Presiden berkali-kali menyebut UMKM? UMKM ini menyerap tenaga kerja di atas 90%, kontribusi ekonomi Indonesia di atas 56%. Pada krisis Asia tahun 98 ini yang bikin Indonesia selamat. Karena mereka daya tahannya tinggi, harus dibantu, nah ini dibantu dengan adanya pinjaman dan juga hibah, hibah ini lumayan lancar namanya bantuan presiden produktif usaha mikro. Ini juga baru diluncurkan Agustus pencairannya ke 12 juta orang apa pengusaha UMKM sekarang dalam progres dan insya Allah bulan November ini bisa selesai.

Nah kalau untuk bantuan-bantuan UMKM tersebut. Ini datanya siapa yang punya? Perbankan atau Kementerian Koperasi atau gimana? Kalau yang bansos-bansos kan Kemensos sudah ada data yang dari tahun-tahun.

Kalau yang ini, kalau yang subsidi bunga itu diambil dari nasabah perbankan. Perbankan kan datanya paling rapih. Yang masuk ke Banpres produktif adalah yang diluar KUR, di luar perbankan, atau nasabah perbankan yang belum dapat kredit. Yang dicari siapa nih banpres kredit pengusaha-pengusaha UMKM.

Evaluasinya sampai saat ini seperti apa pak? Apakah mereka lumayan terbantu banget bisa bertahan dan mengembangkan diri?

Sekarang kita ngomong dari perspektif dari masyarakatnya. Saya sudah berdiskusi dengan teman-teman UMKM, mereka sudah mulai mengumpulkan dan mengecek ke grassroot dan sudah dapat, kita sudah mulai share salah satu misalnya pedagang jamu, biasanya dia gendong jalan kaki capek gara-gara dia dapat banpres Rp 2,4 juta dia akhirnya pakai sepeda.

Ketika pak Budi sedang sibuk, giat-giatnya membantu ekonomi dari kalangan UMKM. Ini ada kabar yang mengenakan mereka yang mencoba berwirausaha karena terkena PHK, dengan membuka bisnis kuliner kecil-kecilan lewat daring sistem online, ada kabar Badan POM membuat aturan mereka harus mengurus izin edar. Muncul di sebuah diskusi daring gitu. Pak Budi sudah dengar belum isu ini?.

Belum baru dengar terus terang. Tapi saya rasa masukan itu bagus karena ini kan yang pertama saya akan melakukan verifikasi segera karena kebetulan kepala badan POM itu ibu Penni sangat sportif, saya banyak urusan dengan beliau tapi urusan obat karena pegang BUMN farmasi dan BUMN rumah sakit. Jadi saya juga baru diingetin BPOM itu Badan Pengawasan Obat Makan dan Minuman, tapi nanti saya cek ke bu Peni apakah berita ini benar atau?

Ya berarti badan POM bagus dong ingin melindungi konsumen gitu kan? Jadi imagenya kok kaya mau mempersulit gitu, kok kaya gk ada koordinasi gitu di satu sisi berusaha membangkitkan jiwa wirausaha tapi di sisi lain kok ini jadi birokratis. Masukan itu saya akan segera tindak lanjuti karena mumpung sebagai ketua satgas pemulihan ekonomi bisa akses ke mana-mana nanti saya cek dan verifikasi ke ibu Peni kepala Badan POM dan nanti saya akan sampaikan masukan teman-teman.

Ada satu pak yang lain, yang muncul di hari ini dari PHRI hari ini khususnya Jakarta hari ini ya. Dengan kebijakan PSBB yang dilakukan pertengahan atau akhir September kemarin ya pak. Sebanyak 30-40% pengusaha restoran itu di bulan depan akan selesai tidak akan bisa buka. Karena kan hanya boleh take away boleh makan di tempat?

Gimana saya melihatnya. memang balik lagi masalah ekonomi ini timbul karena masalah kesehatan. Kita harus bisa segera menyelesaikan masalah kesehatan ini. Saya nggak ahli, artinya juga bukan bidangnya saya. Tapi kalau saya diskusi dengan banyak orang yang bersama-sama bisa kita lakukan adalah 3M tadi mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak. Kalau 3M ini kita jalankan dengan disiplin saja.

Kalau saya ngobrol dengan teman-teman di sektor kesehatan itu akan bisa jauh mengurangi tekanan terhadap penyebaran virus ini. Jadi kalau saya ditanya, saya akan menghimbau teman-teman yuk kita disiplin deh dalam 3M ini. Ini disiplin harus 2 sisi, emang di satu sisi kita ada hukumannya ada ininya tapi disiplin ini akan lebih baik kalau keluar dari hati kita sendiri. Saya gimana mau ini, istri saya aja setiap kali keluar tidak pakai masker dimarahin, ini kan mekanisme yang bagus kan, jadi self control.

Nah aku rasa kalau kita bisa menjalankan disiplin mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak. Insya allah nanti semua aktivitas ekonomi bisa gradually kembali ke normal. Tapi kalau langsung di grojokin masuk ekonomi ini nanti masalahnya kan ini masalah humanity masalah nyawa, kan teman-teman saya banyak yang kena, udah berapa yang meninggal, BUMN ada gitu kan keluarga-keluarga kita. Karena itu saya pikir emang harus dimulai dari sektro kesehatan. Sosialisasi kepada masyarakat bahwa 3M ini penting itu harus bisa di jalankan. Kalau kita disiplin menjalankan itu secara bertahap harusnya bisa kita lakukan kontak fisik, orang merasa nyaman keluar, dan roda ekonomi ini bisa berputar.

Pak kalo terkait kesehatan ini. Kita kan sejak akhir Agustus lagi ada uji vaksin. Laporan perkembangan di lapangan seperti apa pak? Karena ditempat lain kan katanya termasuk vaksin jenis lain itu menimbulkan semacam gangguan kesehatan lain. Ini kalau vaksin produksi dari China yang sedang di uji coba ini seperti apa pak? Apakah ada laporan ke bapak masuk? mulus-mulus aja atau gimana?

Untuk yang vaksin ya kita liat lah kenyataannya vaksin ini rata-rata 7 tahun, paling cepat 4 tahun dan karena ini pandemi semua jadi cepat melakukan. dan sekarang yang sudah uji ke klinis 3, jadi yang paling maju. Jadi kalau liat daftar WHO kan dari China kan ada Sinovac. Setahu saya ada 7 atau 8 yang sudah masuk ke uji klinis tahap 3 dengan metode yang berbeda-beda.

Jadi kalau Sinovac itu adalah vaksinasi virus yang dilemahkan, misalnya si Astrazeneca itu memakai adino virus, memakai vector virus lain yang disisipkan, vaksin merah putih itu pakai teknologi ke empat yang berdasarkan unit protein. Jadi ada perbedaan-perbedaan juga dari sisi teknologi pembuatan vaksinnya. Nah 7 yang sudah maju ini, Indonesia sudah bekerjasama hanya dengan Sinovac.

Saya rasa untuk progresnya saya bukan ahlinya jadi jawabnya susah tapi saya ada yang namanya Prof. Koesnadi di sana sebagai kepala uji klinis ini, Beliau adalah orang yang kompeten untuk di cek sehingga jawabannya benar. Tapi di seluruh dunia juga jalan, kalau saya lihat insya allah sampai akhir tahun beberapa akan selesai uji klinis 3 sehingga awal tahun depan harusnya approval-approval dari FDE nya China, FDE nya Inggris, FDE nya Amerika, BPOM harusnya insya allah bisa keluar biar kita bisa mulai program vaksinasinya. Early next year.

Awal tahun depan ya pak Insya allah?

Insya allah? ini kita apakah pasti ya nggak juga, jadi ya itu tadi ya supaya ekspektasinya faktanya kita masih buka ke masyarakat. Vaksin itu rata-rata 7 tahun. Paling cepat 4 tahun. Tapi karena ini pandemi seluruh dunia kasih resourcenya penelitiannya, usahanya, waktunya fokusnya kesitu. Ya insya allah secepat mungkin.

Ini mungkin banyak ada di lembaganya pak Doni ya?

Untuk vaksinasi di tempatnya pak Terawan. Jadi di Kementerian Kesehatan sudah diputuskan oleh Bapak Presiden nanti akan di lakukan uji kesehatan, dan Kementerian Kesehatan lakukan udah miliyaran loh, setiap tahun, termasuk vaksinasi kan. Kan mereka buat anak-anak seperti BCG, ada difteri, hepatitis dan itu kan ada banyak vaksinasi yang sudah dilakukan oleh kementerian kesehatan, jadi mereka sudah punya pengalaman yang cukup panjang untuk program vaksinasi di Indonesia yang geografisnya memang challenging, ada banyak pulau, pelosok-pelosok seperti itu. Teman-teman di kementerian kesehatan memiliki pengalaman dan kemampuan yang sangat baik. Selain ekonomi kan ini masalahnya ini masalah kesehatan. Aku rasa ini teman-teman di kesehatan perlu diberikan untuk berbicara lebih banyak.

Saya cuman hanya bisa menyampaikan kepada teman-teman bahwa virus itu masih ada. Mari kita ubah perilaku, memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak, sampai semuanya di vaksin sehingga insya allah kita bisa kembali. Yuk kita fokus ke energi dan waktu kita ke kesehatan.

Pak Budi terkait vaksin ini nanti kita modelnya di tetes atau di suntik pak? Karena beberapa waktu lalu kan di Amerika itu Trump sempat kelabakan juga ternyata dia fokus bikin vaksin, nyari vaksin, terus untuk memvaksinasinya gimana? Kalau mereka pakai jarum suntik. Ternyata stok atau ketersediaan jarum suntik mereka terbatas. Nah kalau di kita? Andaikan itu juga harus di suntik? Apakah stok kita jarum suntik itu memadai?

Jadi kita juga belajar dari Amerika ceritanya seperti itu, jadi kita ngecek juga, saya dapat informasi dari Biofarma, Indonesia mampulah kalau 100 juta vaksinasi setahun, tapi ini kan hitung-hitungannya ya 60-70% dari populasi ya sekitar 160 juta orang yang harus di vaksin karena vaksinnya nyuntiknya kan harus 2x mesti ada boosternya selama 2 minggu lalu dia suntik lagi kaya hepatitis b. Itu kan jadi 320 juta, padahal kita seharusnya 160 juta. Ya jadi gimana cara pengadaan jarum suntik 160 juta? Ya itu alhamdulillah kita sudah cukup antisipasi, jadi sekarang stok yang ada, ada sekitar 150 juta dan kita punya kapasitas produksi di groupnya Indofarma itu setahun 350 juta dan di groupnya RNI ada Mitra Rajawali Banjaran itu setahun 120 juta untuk produksi jarum suntik yang kecil yang 1/2 ml.

Ini amanlah ya pak untuk jarum suntik stoknya?

Jadi sampai sekarang sudah mulai di produksi sama kita karena 350 juta. Tapi kalau kita mau suntik tiba-tiba dalam 3 bulan mau 100 juta maka kita harus stok dari sekarang. Itu sebabnya kita sekarang sudah mulai produksi sekarang untuk bisa melengkapi kebutuhannya gitu.

Ini belajar dari awal pandemi ya? Kita punya pabrik banyak, pabrik masker, pabrik APD. Giliran kita butuhkan tidak ada stoknya berkurang. Dan kita pikir kita bisa beli dari luar. Padahal semua orang juga butuh. Sama ini kan penduduk ini 7 miliar. Kalau mau di suntik 60% kan 4,2 miliar yang butuh kan. Tiba-tiba semua negara butuh 4,2 miliar jarum suntik dan orang mau vaksin secepat-cepatnya, begitu jadi kan dia pengen cepet donk disuntik, gimana nih 1 bulan 4,2 miliar? atau even 1 tahun deh 4,2 miliar ada tidak pabrik yang produksinya cukup, itu kan angka gede 4,2 miliar. Nah itu untung karena kita sudah tau sejak awal kita sudah nyetok dulu lah, sudah produksi dulu. Itu tadi 350 juta selama setahun kapasitasnya di Indofarma sudah mulai kita stok, kemudian di Mitra Rajawali Banjaran ini anak perusahaannya RNI 120 juta setahun kita sudah mulai bikin, dan sekarang kita sudah punya stok 150 juta. Jadi cukup untuk 75 juta orang pertama yang kita suntik.

Kalau lebih kita juga bisa jual kan? Kita ekspor?

Iya kita mikir jangan kaya masker sama APD gitu, nah kita sadar, begitu kita butuh, kita pikir semua itu ada ternyata seluruh dunia juga berebutan, jadi kita gk kebagian pada kejadian awal-awal. Kali ini kita lebih antisipatif ini dari 4,2 miliar kebutuhan jarum suntik seluruh dunia kan kita cetak duluan. kalau berlebih kita ke negara-negara kaya Papua Nugini, atau kaya Laos mudah-mudahan kita bisa ekspor ke mereka.

Oke. Kalau dari sisi obat pak? Kan bapak tanggung jawab juga pengadaan obat itu?

Obat-obat yang diberikan itu di awalnya dibagi menjadi 3 kategori yaitu obat antivirus, karena virusnya dikurangi. Sebenarnya sudah ada produksi dari grup farmasi itu namanya oseltamivir atau brandnya tamiflu, itu adalah obat antivirus yang di produksi dari dalam negeri dan walaupun bahan bakunya masih impor juga tapi kita sudah bisa produksi jutaan tablet, itu ada.

Tapi itu kasarnya paling paten lah, di atas itu ada faviviravir atau merk dagangnya avigan itu dibikin dari Jepang dan kita pernah impor dari yang pertama berapa ratus ribu tablet tapi sekarang alhamdulillah sudah bisa bikin di dalam negeri faviviravir. Kemarin bulan Agustus sudah 200 ribu dan sekarang kita lagi bikin 1 juta tablet ya supaya bisa dipakai. dan yang ke 3 ada yang dipakai Trumph juga namanya remdesivir ini suntik. ini kita masih belum produksi, kita masih bawa China dan India karena memang ampuh, ini memang ampuh terutama pada fase-fase lanjut. Nah ini sekarang kita lagi coba memporduksi juga bekerja sama dengan China dan India.

Jadi itu obat-obat antivirus di luar yang normal, jadi vitamin-vitamin, vitamin C, vitamin D, sama Zinc kita sudah bisa produksi di dalam negeri. Obat-obatan yang anti inflamasi seperti dexamethasone, sudah bisa produksi di dalam negeri. Sedangkan yang kita belum bisa produksi adalah Remdesivir sekarang kita coba, nah yang terakhir obat-obat imunomodular yang terkenal adalah toxilizumac merk dagangnya arctemra atau sarulumac merk dagangnya kemzhar. Ini dua masih kita impor. Dan ini life saving, benar-benar menyelamatkan hidup manusia pada saat-saat kritis.


Hide Ads