RI Resesi Gegara Orang-orang Tajir Ngerem Belanja

Wawancara Khusus Raden Pardede

RI Resesi Gegara Orang-orang Tajir Ngerem Belanja

Soraya Novika - detikFinance
Senin, 09 Nov 2020 09:30 WIB
Sekretaris Eksekutif Satgas PEN
Foto: Edi Wahyono

RI bisa tidak meniru langkah Turki yang tengah gencar sekali mempromosikan wisatanya. Apakah pemerintah telah menyiapkan semacam pilot project-nya agar menarik turis mancanegara ke Bali atau ke Lombok lagi?
Sebetulnya kita sudah punya gagasan yang cukup lama mengenai itu ingat bahwa sebetulnya paling terdampak ini adalah travelling kan. Jadi kalaupun kita lihat data-data yang dikeluarkan oleh BPS kemarin yang paling masih terkontraksi itu adalah hotel, kemudian restoran, travelling, transportasi. Nah itu sudah terdampak sebetulnya dari bulan Januari tahun ini. Turis asing itu langsung drop bulan Februari, Maret dan seterusnya.

Kalau kita ke Bali itu banyak hotel-hotel yang tutup dan juga restoran yang tutup dan dampaknya itu sangat signifikan. Bali mengalami kontraksi yang sangat besar sekali mulai kuartal II dan juga kuartal III ini. Sangat-sangat menyedihkan. Kalau kita lihat situasi. Nah waktu itu sebetulnya sudah digagas seperti itu, bagaimana memberikan semacam insentif kepada 2 hal ini kepada si customernya atau calon pelancong ini dan juga yang kedua adalah kepada si para pengelolanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Itu jelas adalah subsidi pemerintah kalau yang dilakukan di Turki itu. Nah kita juga sebetulnya sediakan sekitar Rp 3,7 atau Rp 3,3 triliun untuk itu. Nah ini harapan kita nanti, ini harus digabung menurut kami dengan vaksinasi. Jadi nanti vaksinasi ini kita juga akan berikan kepada mereka yang melakukan travelling ini. Mungkin bisa saja dilakukan 1 paket kalau mereka bepergian keluar negeri dan mau melakukan vaksinasi silahkan. Mereka tetap bayar. Jadi berbayar mereka tapi kan lebih yakin orang mungkin kalau sudah divaksinasi kemudian mereka travelling. Itu paket itu yang mungkin sekarang lagi digodok gitu.

Terkait vaksinasi ini kan sempat berubah-ubah jadwalnya, sebetulnya barangnya sendiri sudah ada belum?
Ini harus kita pahami, vaksin untuk COVID-19 ini kan sebetulnya, kalau mengembangkan vaksin itu biasanya waktunya sangat lama sekali, bisa 5 tahunan. Kali ini kan memang karena ekstraordinary ini, mereka sudah ditagih-tagih. Kita lihat saja bukan hanya kita seluruh negara kita lihat saja, Trump dia selalu cerita mengenai vaksin-vaksin terus, semuanya memang melihat bahwa vaksin ini adalah game changer yang akan merubah semuanya. Begitu kita dapat vaksinasi kita lebih yakin untuk beraktivitas, bertraveling seperti yang kita katakan tadi.

ADVERTISEMENT

Jadi memang vaksin ini memang sudah di artinya, apakah barangnya belum ada, sudah diuji, tapi barangnya itu benar-benar belum siap untuk dipakai. Itu loh. Jadi bukan seperti kita membeli apa namanya ini membeli tas, tas itu sudah ada baru kita beli. Jadi tas itu sudah kita lihat baru kita beli kan. Ini belum masih tahap pengujian vaksin ini kita sudah harus beli di depan. Satu karena rebutan yang kedua karena memang diperlukan biaya untuk melakukan pengembangan ini sendiri. Jadi sebetulnya ini berbeda dengan kita membeli barang yang sudah ada. Ini barang belum ada tapi kita bersama-sama calon pemakainya ini bersama-sama membiayai ini lho. Itu bedanya ini. Supaya masyarakat luas paham akan ini. Kita bukan membeli barang yang sudah ada. Tapi kita membeli barang yang belum ada yang kita kembangkan bersama-sama, jadi kadang kala di situ harga atau biaya untuk mengembangkan melalui vaksin misalkan vaksin A dengan vaksin B itu berbeda-beda.

Karena cara kita mengembangkannya mungkin dengan jalur yang berbeda-beda. Nah ini juga harus dipahami bahwa kita melihat nanti ada vaksin Sinovac nanti dll yang mungkin sekali harganya berbeda-beda. Jangan curiga dulu, karena tadi yang saya katakan itu, itu mereka mengembangkan itu dengan mungkin strategi yang berbeda-beda. Strategi dalam arti kemampuan mereka melakukan kemudian jalurnya apakah dia, saya bukan ahli kesehatan, apakah dia lewat vaksin yang dimatikan atau itu pengujiannya berbeda-beda. Itu menjadi biaya cost nya mereka itu menjadi berbeda-beda pula. Sehingga harganya nanti akan berbeda.

Jadi yang saya mau mengatakan di sini, apakah vaksinnya sudah ada, belum ada yang sudah jadi, tapi sudah diuji yang diperkirakan itu hasil pengujiannya itu nanti uji klinis ketiga itu akan selesai di bulan November ini. Tapi sesudah bulan November ini selesai diuji kan harus ada lagi emergency use jadi intinya kita harus dapat license lah dari BPOM kita. Nah itu butuh waktu lagi. Jadi kalau saya itu amannya mengatakan pokoknya kita akan melakukan vaksinasi tahun depan. Kalau soal minggu ketiga keempat itu bonus aja, kalau bisa kita lakukan lebih cepat lebih baik.

Tapi intinya kira harus melihat vaksinasi ini baru efektif menurut kami adalah tahun depan lah Ini pun sebetulnya vaksin ini yang kami katakan dikembangkan selama 10 bulan ini sudah percepatan, makanya dilakukan pengujian di mana-mana di kita di Bandung dilakukan, di Brazil di banyak tempat di Turki. Di Uni Emirat Arab, di China, dilakukan pengujian di mana-mana, dengan harapan vaksin yang diuji di mana-mana itu akan bisa efektif terhadap manusia secara keseluruhan.

Jadi supaya efektif kita harus pastikan bahwa diuji dimana-mana diuji klinis vaksin ini ujungnya bisa efektif nanti untuk meningkatkan imunisasi kita.

Taruhlah kita jadi memakai izin penggunaan darurat dulu, apakah pemerintah sudah membahas terkait hal tersebut, kira-kira berapa banyak targetnya? Berapa juta jiwa dulu dan kalangan mana saja?
Oh iya sudah dibahas, kalau untuk yang itu sudah cukup matang. Jadi memang akan ada vaksin yang awal itu dari Sinovac yang sudah jadi. Begitu sampai di sini nanti itu kemudian dapat clearance yang tadi saya katakan dari BPOM itu bisa disuntikkan. Dan sekarang sudah dikumpulkan nama-namanya. Jadi memang tenaga nakes dulu, tenaga medis dulu karena mereka yang di frontliner. Kalau mereka tidak di depan bagaimana mereka menyuntikkan, mereka tidak akan berani. Jadi langkah awalnya itu yang tersedia itu untuk 750 ribu.

Jadi nakes ini karena jumlahnya banyak dan bahkan mungkin keluarganya harus ikut nantinya, berikutnya, kalau hanya mereka yang disuntik keluarganya tidak ikut terus di rumah mereka terkena kan sama juga. Jadi memang itu sudah dibuat namanya addressnya di mana saja di seluruh Indonesia itu sudah dipetakan. Sudah ada mapingnya sesudah itu nanti tentu yang di depan misalkan para polisi, militer, satpol, yang begitu-begitu karena merekalah yang juga nanti mengawal nakes ini pada saat vaksinasi kan.

Jangan pula mereka kena dan tidak yakin dengan bantu si nakes ini. Maka mereka didahulukan. Itu sudah ada, nanti detailnya itu akan diumumkan oleh Menteri Kesesatan. Karena merekalah yang bertanggung jawab mengenai detailnya itu. Kami tidak mau mencampuri detail kalau sudah masalah kesehatan. Tapi strategi besarnya seperti yang kami katakan tadi di PEN itu kita tau.

Upaya sosialisasi apa yang akan dilakukan pemerintah terkait vaksinasi tersebut?
Untuk sosialisasi tanggung jawab kita bersama. Artinya intinya kan kalau boleh sebetulnya kita semua itu harus cukup banyak yang harus divaksinasi supaya dapat imunitas yang cukup besar. Kalau yang divaksinasi nanti hanya 10% ya tetap yang kita bicarakan dari tadi itu ada kelompok yang tidak percaya untuk pergi jalan-jalan, tidak percaya beli untuk belanja, maka ekonominya tidak akan pulih lho. Jadi harapan kita tentu harus sesudah habis pengujian nanti ini perlahan ini makin lama kelihatan misalnya nakes disuntik tentu mereka itu lebih sudah mengerti mengenai vaksin ini karena mereka sudah biasa untuk memvaksinasi orang.

Tapi sesudah itu kemudian polisi, dilihat beberapa minggu beberapa hari kemudian ternyata mereka tidak ada masalah. Ini keyakinan itu yang saya lihat akan timbul terakumulasi. Jadi kalau tidak banyak yang divaksin, katakanlah hanya 10% ya tetap juga susah kita. Jadi jangan kita berdua tidak ada yang divaksin.

Nah tadi mengenai sosialisasi terutama ini mungkin untuk kelompok agama. Tolonglah kita sama-sama melihat ini, saya bukan ahli agama, tapi kita harus melihat bahwa niatnya ini adalah niat baik semuanya. Artinya persoalan apa namanya mengenai halal tidak halal silahkan didiskusikan itu dengan kesehatan. Orang kesehatan jauh lebih paham kalau sudah soal itu dan juga dengan ahli-ahlinya di sana.

Terkait pilpres AS kaitannya dengan kondisi krisis kita dan kemungkinan masa depan perekonomian kita, seperti apa? Kalau Trump bertahan ada sisi plus buat kita, kalau Biden yang menang itu bagaimana?
Begini saya melihatnya antara si Trump dengan Biden itu sebetulnya bedanya di mana. Kalau saya lihat satu sebetulnya yang utama dampak daripada AS ini sekarang yang secara tidak langsung dampaknya sangat besar dengan kita sebetulnya adalah bagaimana hubungan mereka dengan China. Karena apapun dampaknya itu, itu secara tidak langsung kalau China terpengaruh, kita akan terpengaruh juga. Kalau kita lihat bagaimana volume perdagangan kita ini sudah saling satu dengan lainnya.

Nah saya melihat dari sisi republik maupun demokrat itu tidak ada bedanya melihat China. Bedanya adalah kalau Biden itu tentu dia lebih diplomatis, lebih lembut. Itu yang lebih utama perbedaannya. Jadi tadi rewel, kita sudah direwelin dari tahun ke tahun oleh dunia internasional misalkan masalah lingkungan yang paling sering. Tapi so far kita bisa tanggapi dan perbaiki dengan baik, jadi kalau dalam hal ini, saya tidak melihat akan signifikan dampaknya itu. Tapi memang di dalam hal diplomasi mereka itu ya berbeda, ya lebih lembut, lebih diplomatis, satunya lagi lebih kasar dan apa adanya bahkan sering menekan. Nah yang paling sebetulnya kita harus pahami apapun, siapapun nanti presidennya dari Demokrat atau dari Republik, hubungan antara AS dengan China ini itu akan terus menjadi rival.

Ini yang kami sebut dengan seperti pesaing. Ini seperti Thucydides Trap, jadi Thucydides Trap ini adalah cerita zaman di Yunani dulu, di zaman Yunani itu ada kerajaan Athena dan ada kerajaan satu lagi. Tapi intinya ada persaingan di mana ada negara baru yang muncul yang dulu lu siapa lho nggak ada apa-apanya, kira-kira begitu. Ibarat seorang kita di sekolahlah, kita sudah cukup lama, senior dan mungkin agak pinter pula di situ, jadi kita dihormati di situ. Tiba-tiba ada anak baru yang baru masuk sekolah itu, dan dia ternyata hebat juga, nah rivalry itu akan terus menjadi. Dan Amerika itu tidak bisa memahami bagaimana orang yang dulunya sangat di bawah sana kok tiba-tiba sangat melampaui saya.

Nah di sini bedanya, China itu, dia tidak mem-build militernya seperti halnya terjadi perang dingin antara AS dan Rusia. Rusia waktu itu pada saat terjadi mereka rivalry juga, yang terjadi Rusia itu salah, dia itu tidak membangun ekonominya tapi membangun persenjataan. Yang akhirnya habis uang dia untuk senjata itu. Dan dia akhirnya jatuh miskin gara-gara itu. Nah China tidak melakukan itu. Dia pokoknya dagang aja. Sehingga resources dia itu dimasukkan untuk hal-hal yang produktif, sedangkan AS dipakai untuk senjata.

Nah yang saya mau katakan di sini, kita harus di tengah antara dua negara ini, itu aja. Jangan kita terlampau pro AS atau sebaliknya. Kita harus menjaga hubunganlah.

Menurut saya, bahwa the future market kita bukan AS tapi China. Jadi kita harus menggunakan China itu, ingat China dengan 1,3 billion penduduknya dengan income yang naik luar biasanya, sekarang ini, sekarang mereka sudah 12-14 ribu dolar per kapita itu. Dengan sebesar itu, itu sudah lebih besar dari penduduk AS. Yang mungkin produk-produk kita lebih cocok jual ke mereka ketimbang AS. Jadi intinya kalau ditanya tadi itu, lebih senang mana, buat saya itu apakah Biden atau Trump itu tetap kita lebih suka Biden. Lebih manusiawi lah. Lebih diplomatik. Dan kita masih bisa diskusi dengan mereka.


Terkait UU Cipta Kerja yang baru disahkan seperti apa?
Saya melihat UU Cipta Kerja ini bukan sesuatu yang instan yang dampaknya itu langsung besok. Ini adalah UU Cipta Kerja, menurut saya adalah bagian daripada usaha transformasi ekonomi kita yang berdampak cukup lama, jadi dampaknya ini akan long lasting, artinya bisa 10-20 tahun ke depan. Karena kalau kita lihat, spiritnya ini, roh nya UU ini adalah memudahkan, dimudahkan semuanya, dipercepat semuanya, disederhanakan, kan itu intinya sebetulnya.

Termasuk untuk misalkan UMKM kalau dia bikin PT bisa sendiri sekarang bikin PT tidak perlu notaris. Kan begitu. Tidak perlu biaya. Dulu bikin PT selalu disebutkan modal minimumnya berapa? Rp 50 juta, pakai notaris berapa, kenapa begitu mahal. Jadi mereka akhirnya semuanya tidak formal. Akhirnya mereka itu tidak punya status, itu loh. Nah kita buat sekarang ini, kita mudahkan semuanya, dengan status sehingga nanti dengan punya status seperti itu dia tercatat. Kalau dia tercatat saja, kalau misalkan, eh tidak semua, jangan kita pandang enteng terhadap UMKM. Ada juga UMKM ini yang benar-benar sebetulnya bisa menghasilkan uang.

Tapi karena status mereka, mereka tidak punya akses ke bank. Karena mereka tidak tercatat. Nah dengan mencatatkan ini, ya, warung-warung pun sebetulnya kalau kita lihat cash flow-nya, saya sudah pernah bicara dengan pemilik warung itu kita lihat cashflownya, ini sebetulnya cukup bagus, kenapa nggak kalian punya akses ke bank? Statusnya nggak ada. Nah itu adalah contoh yang bisa kita lihat untuk yang paling sederhana kenapa UU Cipta Kerja akan menolong UMKM. Itu yang pertama.

Yang kedua, kalau kita lihat akibat daripada pandemi ini sekarang, begitu banyak orang yang tidak bekerja, pada saat yang sama, pandemi ini sebetulnya kita lihat justru terjadi percepatan adopsi teknologi. Tadi yang sudah dikatakan itu orang ujung ya beli itu nggak ke pasar lagi, istri saya semuanya mau belanja apapun sudah selalu online dan sampai dirumah. Mau beli sayur pun yang fresh bisa sampai di rumah.

Nah jadi terjadi perubahan kan, perubahan-perubahan ini dengan model Cipta Kerja itu memudahkan dia membuat usaha seperti itu, tetapi tentunya yang mungkin kita harus lakukan, bukan mungkin tapi diamanatkan sebetulnya dalam UU cipta kerja itu bahwa kita harus menambah keterampilan daripada tadi itu. Yang UMK itu harus ditambah keterampilannya. Misalkan minimum tadi itu kalau bisa bukan hanya kring-kring lewat telpon tapi mungkin bisa bikin aplikasi yang sangat sederhana.

Kemudian juga dia bisa mungkin mem-packaging-nya lebih bagus, supaya packagingnya kalau misalkan kita beli fresh food, artinya makanan yang masih segar begitu, terus asal-asalan dia mempaketkannya. Kan kita tidak mau kan. Takut juga.

Hal-hal seperti itu yang kelihatan sederhana tapi karena terjadi perubahan yang sangat signifikan akibat daripada COVID-19 ini, ini yang harus disadari. Termasuk sebetulnya menurut saya kartu pra kerja itu nantinya yang sekarang masih online akan menjadi offline juga nantinya.

Dan kita harapkan itu akan lebih banyak lagi dilakukan di tahun-tahun depan ini. Nah inilah yang saya lihat yang membuat nanti UKM ini maju. Yang berikutnya, kita itu jangan selalu berfikir kita mau menjadi pekerja. Kita menunggu pekerjaan. Masih begitu banyak lulusan universitas, tolong cari pekerjaan dong saya, sekarang sebetulnya bagaimana kita menjadi pencipta kerja.

Sebetulnya yang kita sebutkan tadi, ibu-ibu sekarang di rumah tangga ada saudara saya, yang sekarang dia jadi aktif menjual kue, makanan dari rumah. Dia kan pakai online aja. Gituloh. Bisa juga ternyata. Itu mulia juga dan menghasilkan uang juga, dan sekarang dia bisa rekrut dua orang yang membantu dia. Itu kan menambah pekerjaan. Jangan kita anggap enteng dengan 1 atau 2 orang. Kalau kalikan berapa rumah tangga yang melakukan itu kan banyak juga. Jadi kita harus berpikiran sekarang itu bahwa dunia sudah berbeda. Dan kita tidak bisa lagi model yang tradisional, konvensional itu.

Harapan kita tentu adalah UU Cipta Kerja ini khusus klaster UMKM itu akan meng-create yang seperti itu. Itu akan menyebabkan makin banyak orang yang mau melakukan seperti itu. Dan kelompok milenial ini juga begitu semuanya. Bahkan mereka itu tidak mau diatur-atur lagi bekerjanya. Jadi perubahan ini kita tidak boleh tahan. Bahkan kita harus lebih cepat menyongsong mereka itu, menyiapkan diri. Nah apalagi dengan COVID-19 ini saya lihat terjadi percepatan perubahan.

Apa yang kita lakukan sekarang ini Video Conference, Zoom Seminar, apakah nanti masih harus ada seminar-seminar besar di masa yang akan datang. Mungkin nggak akan ada lagi. Berarti tidak perlu lagi ruangan yang besar, makan, nginap dll. Kalau kayak gini bisa kok murah kok. Jadi kita harus meng-embrace menyongsong perubahan itu tidak bisa kita tahan itu. Kita ikutin bahkan harus lebih cepat di situ. Nah itulah mungkin himbauan kita kepada masyarakat kita semua. Kita harus ikut dengan perubahan ini semua harus cepat kalau nggak ya kita tertinggal, kita bisa masuk ke middle income trap yang disebut-sebutkan itu.


(zlf/zlf)

Hide Ads