Mantan Dirut Bulog Sebut Dua Jurus Agar RI Bisa Setop Impor Beras

Blak-blakan Sutarto Alimoeso

Mantan Dirut Bulog Sebut Dua Jurus Agar RI Bisa Setop Impor Beras

Deden Gunawan - detikFinance
Senin, 29 Mar 2021 07:00 WIB
Jakarta -

Mantan Dirut Perum Bulog Sutarto Alimoeso mengungkapkan ada dua hal yang perlu dibenahi agar Indonesia berhenti mengimpor beras dari luar negeri. Pertama meningkatkan kapasitas dan menjamin kualitas dengan cara memudahkan akses para petani kecil terhadap pasokan pupuk, benih, dan modal.

"Ini jadi isu klasik bagi para petani kecil kita. Pupuk telat atau harganya tinggi, benih gak pernah diganti, juga kesulitan modal," kata Sutarto Alimoeso kepada tim Blak-blakan detik.com, Jumat (26/3/2021).

Di sisi lain, para petani perlu didorong untuk lebih banyak memanfaatkan alat-alat panen modern (combine). Sebab hal itu bisa mengurangi potensi gabah yang hilang dan proses panen bisa lebih cepat. Padi, kata mantan Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian itu, kalau terlalu cepat atau lambat dipanen kualitas gabah yang dihasilkan akan jelek. Apalagi bila saat masuk musim panen turun hujan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Selain memanfaatkan combine, penggunaan mesin pengering juga perlu dilakukan khususnya di pabrik-pabrik penggilingan gabah kecil di desa-desa. Pengeringan dengan mesin juga akan menghasilkan kualitas gabah yang kadar airnya sedikit secara merata.

"Mesin-mesin pengering ini seharusnya diberikan ke penggilingan-penggilingan padi yang sudah ada, bukan membangun yang baru lagi gitu lo," kata Sutarto yang saat ini menjabat Ketua Umum Perpadi (Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras).

Jumlah penggilingan padi kita saat ini, dia melanjutkan, mencapai sekitar 182 ribu unit. Dari jumlah itu penggilingan ukuran besar yang dilengkapi sistem pengeringan cuma 2000, sedang (8.000), selebihnya kecil-kecil dan sudah tua. Akibat jumlah yang berlebih itu menjadi tidak efisien karena kemampuan teknis menggiling tiga kali lipat dari kemampuan produksi gabahnya.

"Kalau kita bisa meningkatkan rendemen 5-10 persen saja, mengurangi loses, kita pasti sudah surplus dan tak perlu impor beras lagi, gitu lo. Selama ini kan kita produksi 30 juta, kalau dengan perbaikan itu bisa tambah jadi 34 juta. Kita sudah surplus sekitar 5 juta, bisa ekspor malahan bukan impor. Secara harga jual pun kita akan lebih bersaing karena lebih efisien," papar Sutarto.



Bagaimana saran Perpadi untuk membenahi hal itu? Seperti apa sebetulnya peta jalan pangan Indonesia menuju swasembada? Kenapa hal itu tak kunjung terwujud? Simak selengkapnya dalam Blak-blakan Sutarto Alimoeso, "Beras Surplus, Kok Mau Impor" di detikcom, Senin (29/3/2021).

(jat/zlf)

Hide Ads