Kejamnya bagaimana?
Ya saya justru mengalami satu hal, kita utang kita minta turun bunga nggak dikasih, kita mau lunasin juga nggak dikasih, aneh, lucu tapi nyata. Jadi akhirnya bank konvensional saya ceritakan itu ada kasus bulan Maret itu bank syariah yang saya nggak usah sebutkan namanya, tahun ini dan urusannya sekarang saya polisikan dia ya karena uang yang saya masukkan Rp 800 miliar untuk bayar utang uangnya nggak diterima. Tapi begitu ini saya nggak boleh ngelunasin terus tiap bulan bunga saya diambil dari sana. Sangat tidak fair saya buat laporan polisi dan ini proses berlanjut. Uangnya akhirnya saya bilang 'kalau begitu pulangin dong uang saya kan ada bunganya, ada argonya' dia pulangin ternyata Rp 800 miliar dia nggak pulangin semua, dia pulangin Rp 690 miliar, Rp 110 miliar dia tahan buat pembayaran bunga atau apa lah. Saya bilang kan saya mau lunasin. Nah ini bank syariah yang menurut saya zalim, kejam dan kemaruk. Jadi orang bilang ini lintah darat gitu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Itu oknum saja mungkin?
No, no, ini sindikasi bank syariah kurang lebih ada 10 sindikasi dan ini luar biasa. Jadi saya nggak bisa sebutkan dulu.
Ini kasus yang kayaknya baru terungkap, cuma Pak Jusuf yang berani ungkap?
Sekelas saya saja dikerjain, bagaimana saudara-saudara kita yang di bawah ini dan saya akan buktikan bahwa ini zalim dan saya tadinya mau diperas Rp 20 miliar katanya harus bayar denda ganti rugi atau apa. Saya bilang nalarnya di mana? lagi susah orang-orang dagangan sepi, ada nasabah mau bayar utang, lunas, semua sekarang pada macet di restrukturisasi. Kita mau bayar lunas tapi dikerjain. Tapi biarlah urusan polisi berjalan dan saya pikir saya nggak akan mundur setapak pun juga.
Pak Jusuf kan bukan cuma seorang pengusaha, staf khusus Menko gitu. Nggak percaya juga menghadapi sindikasi semacam itu mafia itu?
Wah itu mafia Pak, itu bukan sindikasi, tapi sindikasi sindikat benar-benar sindikat, berusaha memeras dengan Rp 20 miliar, Rp 20,4 miliar apa Rp 20,6 miliar ganti rugi. Saya nggak rela saya bilang. Its not the matter of money tapi the matter of ethic. Kalau orang sekelas saya saja dikerjain bagaimana saudara-saudara kita yang percaya kepada satu bank syariah. Ini kan luar biasa. Jadi kasus bergulir secara hukum, biarkan saja kita lihat.
Dilaporkan ke Polda atau Kabareskrim?
Mau tahu saja. Ntar meledak lagi kasusnya.
Sebetulnya saya tanya ke bisnis ini pengin kepastian di perusahaan-perusahaan Pak Jusuf terjadi pemutusan hubungan kerja nggak?
Kita Alhamdulillah waktu tahun kemarin kita bukan pemutusan hubungan kerja. Jadi semua serba kebenaran, saya dulu semua karyawan saya di-cover asuransi Jiwasraya, semacam uang iurannya lah, dana pensiun. Jadi saya tawarkan waktu itu bulan 4 bulan 5 pas pandemi pertama 'kalian mau pensiun dini nggak semuanya?' mereka ngambil semua. Ada yang bawa pulang Rp 600 juta, Rp 1 miliar, Rp 2 miliar. Terus kita seleksi alam semuanya, mereka jadi PHK sendiri. Kemudian kita makin ramping. Jadi kurang lebih 30% mereka yang mendapat pensiun dini, jadi pedagang, buka katering atau apa. Untung mereka ambil pensiun dini, kalau nggak sekarang direstrukturisasi kagak bisa ngambil duitnya dana pensiunnya di Jiwasraya. Makanya rejeki anak sholeh lagi. Akhirnya kita ramping.
Total pegawai berapa?
1.200 tadinya. Jadi kurang lebih 800-an lah sekarang. Lebih ramping, lebih efisien dan juga karena sistem kita dulu 3 shift untuk di penjaga tol, waktu masih pakai cash. Sekarang kan cashless, kita minta 2 long shift. Mereka bilang 'argumentasinya apa?' lu pekerja toko di Ramayana masuk jam 8 pulang jam 8, 12 jam. Lu pake berdiri lagi jaga situ. Kalau di sini jadi petugas di dalam tol lu di gerbang duduk aja diem, mencetin golongan, pakai AC, pakai radio, ada TV. Jadi akhirnya mereka 12 jam kerja di sana dan kita kasih lemburnya lumpsum, bulanan kita tambahin lemburnya.
Pak Jusuf katanya pernah bercita-cita bangun 1.000 masjid. Tapi di luar cita-cita bangun masjid ini belakangan saya dapat info Pak Jusuf juga pengin punya ternak domba ini. Ini bagaimana dari jalan tol lari-larinya kok ke ternak domba, latar belakangnya bagaimana?
Gini sebenarnya domba itu nggak kepikir mau ternak domba. Kemarin ini ada saudara kita, saya dikirimin sama tetangga saudara kita di Jawa Barat di Cimahi kalau nggak salah bahwa dia istrinya hamil terus rumahnya itu kasihan, benar-benar dari seng-seng bekas, tripleks-tripleks bekas, terus nggak ada kerjaan di tanah orang. Nah singkat cerita laporan itu saya follow up, saya minta tim saya berangkat ke sana karena kantor perwakilan Bandung, saya bilang tolong dicek kebenarannya. Eh ternyata benar dan hidupnya kasihan sekali, istrinya kena penyakit gondokan lehernya. Terus suaminya kerjaan cuma nyari belut buat hidup. Itu pun kasihan sekali. Terus saya bilang saya panggil anak-anak saya, coba kalian lihat, saya bilang 'saya nangis lihatnya' kenapa? coba kita masih bisa hidup layak, mereka apa? kalau ini badai keangkat semua atapnya. Mereka nggak punya tempat tinggal lagi yang layak. Terus saya singkat cerita kirim tim ke sana, tanyakan mereka boleh nggak saya bedah rumahnya, mereka bilang nggak boleh, tanah orang nanti orangnya dipikir permanen orangnya marah.
Oke, terus saya tanya keperluannya apa? itu orang keluarganya miskin nggak mau yang aneh-aneh, 'kasih kami domba saja sepasang biar kami bisa ternak, ternaknya nanti beranak-pinak, toh makannya rumput' katanya. Jadi saya langsung terenyuh, Alhamdulillah orang miskin tapi jiwanya nggak miskin. Dia tahu apa aja yang manfaat. Kalau orang kita ditawarin gitu mau apa? mau jam tangan, mau emas, gelang, pasti begitu kan. Ini luar biasa domba. Akhirnya saya berpikir ternyata rakyat kecil itu permintaannya nggak aneh-aneh kok. Saudara-saudara kita yang di bawah itu realistis kok, yang penting bisa nyambung hidup. Dia cuma butuh domba.
Ya udah lah saya kan banyak tanah kosong yang tadinya di Krukut situ, tadinya saya mau bikin perkampungan Babah Alun yang buat manasik haji, itu kan. Saya beli dari Megapolitan kurang lebih 20 hektare. Saya pikir coba deh ternak domba aja di situ. Nanti kalau orang perlu kasihin domba gitu aja kan, lebih bermanfaat gitu. Dia ternak kita kasih dua, kalau besok beranak atau apa nanti kita kasih sapi kalau perlu. Saya sih berpikirnya simple aja. Itu lah kenapa yang 1.000 domba itu, ya kita melihat dari saudari kita yang di Cimahi.
(das/das)