Sudah sekitar satu setengah tahun Indonesia dilanda pandemi COVID-19. Dampaknya pun sangat terasa, khususnya pada aktivitas ekonomi.
Banyak bisnis usaha yang kinerjanya terpukul, bahkan gulung tikar. Tak heran, banyak pekerja yang kehilangan mata pencaharian.
Di tengah kondisi yang serba susah, industri pupuk justru melesat. Kinerjanya terus tumbuh dan siap pacu produktivitas di paruh kedua 2021 dengan kondisi industri yang diprediksi akan terus tumbuh
Dalam wawancara khusus detikcom, Direktur Keuangan dan Umum PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) Qomaruzzaman bicara panjang lebar mengenai kondisi industri pupuk saat ini. Pria kelahiran Solo, 19 Desember 1962 ini juga bicara mengenai strategi mengamankan pekerja di tengah pandemi COVID-19, salah satunya dengan upaya penyediaan rumah pengaman (safe house) yang memadai
Berikut petikan wawancara khusus dengan Direktur Keuangan dan Umum Pupuk Kaltim Qomaruzzaman:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi pupuk di Indonesia dari produksi dan kebutuhan seperti apa?
Untuk memenuhi kebutuhan pupuk di dalam negeri baik dari sisi produksi terutama distribusi pupuk, kini holding memberlakukan sentralisasi pengaturan wilayah distribusi untuk semua pabrik pupuk di dalam grup Pupuk Indonesia. Jika tahun 2020 kemarin kita berada di Jawa Timur, di Bali, di Nusa Tenggara, wilayah tanggung jawab distribusi tahun ini kebagian di wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.
Nah alhamdulillah, semua well-managed ya, artinya masa transisi telah terlewati yakni pada periode Januari sampai Maret. Kemudian April mulai efektif dengan area distribusi yang baru tersebut. Masa transisi sudah berhasil dilalui dan alhamdulillah kinerja secara keseluruhan baik sekali. Pupuk Kaltim juga berhasil mencapai target-target yang sudah direncanakan. Kami menjaga agar ketersediaan pupuk aman, termasuk semua lini di daerah-daerah, di masa transisi pun kita saling support antar perusahaan.
Ada perubahan distribusi itu bagaimana?
Betul ada perubahan tanggung jawab area distribusinya, yaitu tadi seperti Pupuk Kaltim yang tadinya berada di Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, termasuk Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara. Sekarang ini Pupuk Kaltim hanya di Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat
Nah kemudian Pupuk Kaltim juga memikul tanggung jawab, setelah terpenuhinya kebutuhan dalam negeri, kebutuhan ekspor dilimpahkan ke Pupuk Kaltim.
Kebutuhan pupuk di Kalimantan dan Sulawesi seberapa besar?
Cukup tinggi ya, mengingat besarnya kebutuhan pupuk untuk perkebunan-perkebunan di Kalimantan dan untuk pertanian pangan dan hortikultura di Sulawesi. Kami menjaga kelancaran produksi dan distribusi untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Jadi saya sampaikan bahwa realisasi produksi sampai 31 Juli kemarin total sudah mencapai 1,7 juta ton untuk amoniak, untuk ureanya 2 juta ton, dan NPK-nya sudah tercapai 124 ribu ton. Jadi kira-kira dari jumlah produksi itu kita distribusikan ke daerah, jadi kita perlu mengamankan jumlah stok yang ada di daerah dan mendistribusikan kepada para petani. Tanggung jawab kita harus menyediakan stok minimum untuk kebutuhan 2 minggu, namun kita sediakan lebih dari cukup, itu kira-kira kondisinya.
Sudah sesuai jalur sama target Pupuk Kaltim?
Iya sudah, Jadi dari target tahunan, kalau kita bagi sampai dengan Juli, kita sudah mencapai 100% dari target per sampai dengan Julinya. Cukup aman kondisinya.
Pandemi banyak memukul bisnis, bagaimana di industri pupuk?
Jadi kalau secara bisnis, bisnis lain memang kemungkinan ada penurunan. Khusus bisnis di bidang pangan, alhamdulillah karena namanya pangan, semua orang butuh makan. Sehingga dari sisi produksi dan sisi operasional itu sepertinya tidak ada gangguan. Alhamdulillah semuanya berjalan lancar karena dari sisi kebutuhan para petani tetap berjalan normal, kan petani tetap aja nanam, panen dan seterusnya.
Kami yang bertanggung jawab menyediakan pupuk dan produksi secara umum juga lancar. Distribusi ke daerah-daerah juga tidak ada gangguan, karena kan ini termasuk bidang bisnis khusus yang harus tetap beroperasi di tengah situasi pandemi. Jadi boleh dikatakan jalur distribusi tidak ada gangguan dan tidak ada pembatasan Dengan jalur distribusi yang ada, kita jalankan dengan baik sehingga kebutuhan petani bisa terpenuhi dengan baik juga. Jadi secara umum dalam situasi pandemi seperti ini khususnya bidang industri pangan, sepertinya tetap bisa berjalan dengan normal.
Awal-awal pandemi pada 2020 memang ada masalah tapi di pertengahan tahun sudah mulai kembali tumbuh normal kembali dan di tahun 2021 rasanya sudah normal secara bisnis di bidang pangan.
Strateginya seperti apa untuk mengamankan SDM?
Kami memiliki pabrik yang beroperasi 24 jam secara kontinu. Terdapat 5 pabrik amoniak dan urea dengan sistem pergudangan,yang berjalan 24 jam.
Strategi yang dilakukan, khususnya dalam menghadapi pandemi adalah penting mengamankan para karyawannya agar tetap sehat. Nah, bagaimana tetap sehat, kita membuat safe house. Jadi para operator tidak pulang ke rumah, melainkan dari tempat pekerjaan mereka pulang ke safe house. Hal itu terus berlanjut sampai akhirnya mereka akan pulang ke rumah, mereka perlu melakukan tes dulu. Jadi istilahnya kami memberikan fasilitas hotel di dalam komplek kita di Bontang sana yang dijadikan safe house.
Alhamdulillah operasi pabrik tetap berjalan normal sehingga segala kebutuhan mengenai pupuk ini bisa kita penuhi. Jadi produksi jumlah kuantumnya juga bisa tercapai dengan baik.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi pekerja untuk bisa off?
Kan kita 3 shift dengan 4 grup. Anggap kira-kira seminggu, kemudian off 3 hari, nanti masuk lagi. Nah, tapi pada saat kondisi kritis di mana waktu itu pandemi agak gawat ya, pada saat naik di awal tahun, misalnya waktu itu Tahun Baru kan naik, ya mereka nggak off, full bolak-balik selama sebulan nggak ada off-nya. 4 grup kita fasilitasi di safe house. Paling penting kita mengamankan para karyawan agar tidak terpapar oleh COVID-19, sehingga para karyawan bisa menjalankan operasional pabrik dengan normal.
Ada masalah bahan baku selama pandemi?
Kalau urea bahan bakunya dari amoniak. Amoniak asalnya dari gas alam. Kalau gas alam ini kan kontinu suplai dari sumber, di piping mengalir terus itu sepanjang pabriknya. Jadi sejauh ini tidak ada problem selama suplai gasnya lancar.
Bagaimana mengamankan distribusi di tengah pandemi?
Jadi sistem distribusi itu kan sebenarnya lebih banyak ke unsur transportasi. Transportasinya sendiri menggunakan kapal, karena lokasi Bontang harus mendistribusikan ke masing-masing daerah kabupaten Sulawesi menggunakan jalur kapal. Kita pun memastikan para pekerja kapal tidak terpapar COVID.
Misalnya, mau nyandar di dermaga kita, kita cek dulu mereka harus sehat, jadi pada saat berinterinteraksi dengan operator kita, itu pun juga semuanya harus dalam kondisi sehat. Kan ini kondisi yang diserang manusia, jadi penting saat berinteraksi orang ke orang itu dalam kondisi sehat semuanya.
Kemudian waktu mau mendarat dilakukan pengecekan juga.Pengetesan PCR pun menjadi satu kewajiban. Memastikan para pekerja di sistem distribusi sehat itu penting. Sepanjang itu aman, kemudian peralatannya, dalam hal ini kapal available, truknya available itu saya kira tidak ada masalah.
Untuk skenarionya setiap saat PCR, hampir setiap minggu karyawan dilakukan tes PCR. Kemudian di Bontang sendiri kita sampai beli alat tes laboratorium yang bisa memproses PCR agar hasil tesnya bisa selesai dalam waktu 1 hari. Di awal-awal pandemi waktu kita belum punya tes PCR, itu harus dikirim ke Balikpapan atau ke Jakarta terlebih dahulu sampai perlu menunggu hasilnya hingga seminggu.
Transisi wilayah distribusi ini ada kendala nggak?
Sebenarnya ada pengurangan wilayah distribusi dari area yang sebelumnya pernah kita kelola. Kita juga tidak mengambil area yang sebelumnya kita tidak kelola. Seperti misalnya Pusri menggantikan kita di Jawa Timur. Ada masa transisi yang membutuhkan penyesuaian antara sistem lama dan sistem baru.
Namun hal itu justru memudahkan karena kita hanya perlu fokus di Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, dan Sulawesi. Challenge nya hanya dari sisi pengaturan SDM yang memerlukan koordinasi lebih lanjut dengan anak perusahaan lain,
Kalau di kita hanya berkurang, kita hanya tinggal fokus di Kalimantan TImur, Kalimantan Utara dan Sulawesi. Itu akan lebih mudah. Challengingnya hanya orang, orang yang tadi di wilayah kita mau kita pindahin kemana Itu kita berkoordinasi dengan anak perusaan lain yang akan masuk, kita berkoordinasi agar bisa menggunakan eks orang kita.
Bersambung ke halaman selanjutnya.