Sigit Djokosoetono merupakan generasi ketiga pendiri Blue Bird. Besar di keluarga pebisnis, Sigit bercerita bagaimana perjalanan karirnya hingga dipercaya menjadi Direktur Utama PT Blue Bird Tbk.
Dalam bincang Ask d'Boss detikcom, Sigit mengaku sejak muda memang senang dengan dunia permesinan. Makanya semasa kuliah, ia mengambil jurusan teknik mesin dan sudah tidak asing dengan dunia mekanika.
"Kalau namanya masih muda waktu itu cita citanya banyak ya namanya anak kecil gitu. Tapi, kalau dari awal memang saya senang dengan hal mekanika dengan hal teknis ya. Jadi memilih jurusan teknik mesin itu karena memang hobinya memang ya melihat sesuatu dari mesin dari fisik," katanya kepada detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sigit mengatakan tidak pernah ada paksaan dari Sang Ayah Chandra Suharto Djokosoetono yang mendirikan Blue Bird untuk meneruskan bisnis keluarga. Sigit bercerita ayahnya lebih mengarahkan dan memberikan kebebasan memilih terkait karir anak-anaknya.
"Kalau Blue Bird ini kan tidak ada namanya ditentukan dari awal putra mahkota ini. Semua berjalan masing-masing membantu. Pada saatnya diputuskan ditentukan baru diambil. Bahwa memang dituntut berkontribusi semaksimal mungkin, setelah itu dipilih," jelasnya.
Kurang lebih satu tahun memimpin perusahaan taksi terbesar di Indonesia, Sigit melakukan banyak terobosan dan upaya mempertahankan perusahaan. Tantangan yang Sigit alami sendiri di perusahaan cukup berat. Pasalnya, dia diangkat pada saat situasi pandemi COVID-19.
Seperti apa strategi Blue Bird bangkit dari hantaman badai pandemi? Berikut wawancara lengkapnya:
Pak Sigit sudah lama di Blue Bird, dan di 2021 kemarin akhirnya didapuk menjadi pimpinan tertinggi di Blue Bird. Apa rasanya? Ada yang beda dari pengalaman di Blue Bird sebelumnya?
Ya pertama sih saya bersyukur dipercaya oleh pemegang saham. Itu satu, saya ucapkan terima kasih sebenarnya, tanggung jawabnya jadi lebih besar. Jadi nggak bisa setengah-setengah bagiannya tentu, bagiannya jauh lebih kompleks. Tapi alhamdulillah pengalaman sebelumnya bukan baru di industri transportasi sedikit banyak sudah mengerti kira kira apa poin-poinnya, problemnya dan rencana-rencana yang akan dilakukan. Jadi bukan sesuatu hal yang belajar dari nol, jadi begitu memang dipercaya untuk memegang posisi direktur utama saya lakukan yang memang dulu sudah direncanakan itu ya, melanjutkan yang sebelumnya dan menyiapkan cara cara baru.
Untuk perusahaan tumbuh lagi ya?
Ya tentunya, apa lagi kan 2021 itu kita di antara mau selesai pandemi nggak. Jadi di saat itu juga jadi sesuatu yang sulit, dalam arti tantangannya besar, apakah ini mau bertahan atau ngegas atau maupun recovery bagaimana prosesnya bisa jadi di saat bersamaan harus melakukan beberapa langkah dan beberapa strategi bersamaan jalan dan tiba tiba harus bisa berubah sendiri tergantung kesempatannya gitu ya.
Pendidikan Pak Sigit kan teknik mesin dan administrasi bisnis ya? Apakah posisi saat ini sesuai dengan cita-citanya di masa muda? Apa memang sudah diniatkan akan meneruskan bisnis keluarga atau punya cita-cita sendiri?
Iya, kalau namanya masih muda waktu itu cita-citanya banyak ya namanya anak kecil gitu tapi. Kalau dari awal memang saya senang dengan hal mekanika dengan hal teknis ya. Jadi memilih jurusan teknik mesin itu karena memang hobinya memang ya melihat sesuatu dari mesin, dari fisik, dari segala macam yang berhubungan dengan teknis ya jadi ya. Kalau milih jurusan udah yakin gitu jurusannya, saat itu jurusannya mau ini gitu.
Lalu kalau ngambil bisnis administration itu saya rasa suatu hal yang perlu saya tambah dari sisi yang lainnya, karena kalau belajar engineering gitu ya. Itu nggak diajarin gimana caranya administratif gitu jadi akhirnya belajar manajemen dari ilmu yang lain. Jadi ya untuk menambah wawasan juga dan juga menambah ini ya cara kerja karena saya merasa kenapa pilihan teknis waktu itu ya. Melatih logika ya begitu karena dalam hal melakukan pekerjaan itu saya butuh logika yang lebih kuat gitu jadi akhirnya ya teknis itu membantu lah. Administrasi yang me-manage gitu.
Apakah dulu memang diarahkan oleh orang tua atau memang dilepas saja?
Lebih dikasih pilihan sih. Tapi kalau misalnya Ayah almarhum dulu, memang menunjukkan mau kerja di mana saja kalau memang akhirnya serius itu bukan kalau mau kerja di mana saja itu harus serius gitu. Jadi nggak bisa setengah-setengah gitu. Jadi memang itu yang dididik gitu ya kalau mau belajar teknik ya yang serius, kalau mau belajar komputer yang serius, mau belajar administrasi yang serius, itu pesannya. Karena belajar keras, kerja keras ilmunya itu untuk ya buat kamu sendiri gitu kasarnya, bukan buat yang lain nanti kamu pakai di mana aja ya itu urusan belakangan. Tapi tunjukkan kontribusi dan kerja keras.
Nah kalau nenek almarhum ibu Mutiara Djokosoetono lebih mengarahkan gitu kalau kasih pilihan dan wawasannya lebih visioner. Dalam arti kalau kamu pandai kalau kamu bekerja apakah kamu mau membantu keluarga atau kamu membantu orang lain itu pertanyaan yang susah gitu. Ya dua-duanya. Tapi bagaimana? Jadi itu memberikan gambaran dan wawasan serta harapan yang tersirat sebenarnya ya. Jadi hal itu juga men-triger saya untuk. Ya udah deh saya coba ikuti lihat apa yang memang bisa saya kontribusikan di awal waktu itu.
Kalau kenangan atau pesan dari beliau-beliau yang sampai sekarang masih bapak pegang gitu mungkin di kehidupan bapak atau untuk bisnis ada nggak yang sampai sekarang masih dipegang?
Ya hal ini ya kerja keras, jadi dua duanya pendiri Blue Bird itu sangat menunjukkan kerja kerasnya, lalu selalu apa yang memberikan pertanyaan yang menantang gitu 'kamu kerjakan apalagi, kamu mau lakukan apa saat bekerja'. Nah itu menuntut untuk selalu kita berpikir untuk apa melihat sesuatu yang baru gitu. Jadi hal yang sering disampaikan itu satu.
Kedua, adalah memang perasaan bersyukur ya begitu jadi karena saat itu juga kita alhamdulillah sudah mulai berkecukupan, tapi akhirnya juga selalu diingatkan kalau kamu mau apa melihat berusaha kamu lihat ke atas yang atas itu masih jauh lebih banyak maka tetap berusaha.
Tetapi jangan lupa perusahaan kita ini banyak mempekerjakan para pengemudi para karyawan yang lainnya kamu coba lihat ke bawah. Jadi kamu bisa bersyukur apa yang kamu capai. Itu merupakan pesan yang cukup dalam ya dan untuk bisa menjadi apa penyemangat gitu ya di saat yang bersamaan gitu, mau berkembang dan juga bersyukur.
Tapi pada waktu itu ada nggak omongan, 'oh nanti Pak Sigit yang akan meneruskan perusahaan', ada nggak?
Nggak ada. Kalau Blue Bird ini kan tidak ada namanya tidak ada ditentukan dari awal putra mahkota ini. Semua berjalan masing-masing membantu. Pada saatnya diputuskan ditentukan baru diambil. Bahwa memang dituntut berkontribusi semaksimal mungkin, setelah itu dipilih. Karena kepemimpinan itu harus disesuaikan pada masanya, apa dari awal memang dididik jadi memang kalau sudah siap semua kan datang pada waktunya.
Pada waktu itu diangkat menjadi Direktur Utama kan kondisinya pandemi, waktu bisnis transportasi penumpang menurun, bisa diceritakan nggak struggling di perusahaan seperti apa, cara yang dipakai bapak untuk perusahaan survive itu gimana?
Saat pandemi itu alhamdulillah kita mendapatkan berkah dari pengemudi, karyawan kita yang solid. Jadi beberapa itu memang dalam kondisi susah semuanya, perusahaan sudah, mereka juga susah. Tetapi kita punya keinginan dan visi yang sama. Kita ingin bertahan. Jadi cara bertahan kita diskusikan pertama, gimana caranya kita bisa nurunin cost tapi kamu biaya tetap bisa berjalan.
Nah hal-hal itu kita atur bersama dari bekerja shifting, dari merubah suatu pola kerja sekarang dulu ga butuh di tempat di sini akhirnya kita kerjakan tempat yang lain, gitu. Jadi kita lakukan itu sama-sama karena faktor keluarga yang cukup kental. Kedua kita juga blessing juga ya berkah juga karena kita memiliki nama yang cukup kuat sehingga walaupun kita kondisinya juga cukup berat saat itu kita juga masih mendapatkan customer customer, request yang memang spesifik kita bisa menjalankan order repatriasi. Itu juga karena berkat kebertahanan Blue Bird sebenarnya.
Kita fokus pada protokol kesehatan karena pelayanan kita yang sudah sedikit dapat sedikit untuk dalam bila banget gitu loh. Lumayan bisa nutup untuk biaya gitu ya untuk berjalan. Pada saat kita memang berkembang kita perlu melakukan strategi, bersama-sama melihat memperkuat pondasi yang kita jalankan sama juga kita pikirkan ke depannya itu bagaimana. Kita menurunkan konsep itu dalam suatu strategi yang kita bentuk 3 M ya, Multi-Channel, Multi-Product, Multi-Payment.
Jadi kita tahu proses digitalisasi setelah COVID ini akan menjadi jauh lebih cepat, kita tahu kita harus melakukan kolaborasi yang lebih kencang, kita tahu pada saat itu juga memperkuat pondasi kita. Jadi kita multi channel itu ada kolaborasi ada memperkuat pondasi. Lalu Multi-Payment itu juga kolaborasi lebih banyak kita tidak membuat sistem digital kita sendiri tapi apapun pembayarannya kita bisa connect.
Multi-Product, itu memperkuat pondasi kita itu termasuk juga kita bisa, produk kita bisa diakses oleh channel-channel yang lain. Jadi dalam memperkuat kolaborasi dan juga memperkuat pondasi kita. Karena kita yakin sekali pada saat pandemi, apa yang perlu kita perkuat? Salah satu adalah pelayanan karena kita sudah berjalan selama ini, 50 tahun lebih dengan kondisi pelayanan yang menjadi pola strategi utama Blue Bird untuk bertahan selama ini.
Pelayanan turunannya banyak, pelayanan dari operasional pelayanan pengemudi yang lainnya dan juga hal-hal yang dilihat oleh customer baik dari pelayanan barang tertinggal, pelayanan kendaraannya sendiri, perawatan itu kira-kira strategi yang kita jalankan saat yang bersamaan kita pikirkan digitalisasi ke depan. Tetapi jangan lupa pondasi yang sudah berjalan ini nggak boleh ditinggalkan begitu saja.
Simak juga Video: CNN Mulai Pangkas Karyawannya
Tetapi ketika perusahaan susah dan mungkin juga driver juga kalang kabut gitu, pada waktu itu sempat ada PHK nggak di Blue Bird?
Kita ada banyak pengurangan pekerjaan dengan shifting, perubahan ya jadi memang ada yang berkurang berubah karena memang juga mereka pulang, ada juga akhirnya berhenti karena kontraknya selesai.
Berapa banyak pada waktu itu yang di-PHK?
Ada 1000 lebih ya.
Tapi sekarang sudah recovery lagi?
Nah ini yang namanya kita juga membangun masa depan kita pada saat kita meng-create suatu bisnis barunya, kita juga belajar dari pandemi bahwa kita bisa lebih efisien. Jadi memang sudah mulai rekrut. Blue Bird sekarang dalam 6 bulan terakhir ini melakukan rekrutmen ya, dari rekrutmen IT, recruitment marketing, recruitment strategi, rekrutmen pool. Kita dalam 6 bulan terakhir sudah membuka kembali pool-pool kita sudah ditutup. Jadi kita sudah mempersiapkan untuk apa growing lagi.
Kalau pool-pool yang ditutup berapa banyak, Pak?
Ada hampir 11 pool
Sekarang direkrut lagi berapa banyak?
Kita ada 6 dan kita akan tambahkan lagi 11 itu akan dibuka kembali
Kuartal 3 tahun ini laba perusahaan tercatat naik 498% secara year-on-year. Tahun lalu kan masih rugi. Kalau bisa di breakdown, apa rahasia pertumbuhan laba setinggi itu?
Begini, kalau tahun lalu kita lihat itu berarti year on year sampai September 2021 kalau kita bandingkan dengan September 2022 itu 490% lebih. Kita sebenarnya Apa bagaimana caranya kita bisa di cover cukup cepat. Pada saat kita lakukan efisiensi pada saat kita lakukan pengurangan aset kita, kita benar-benar memikirkan aset mana yang harus kita pertahankan benar-benar jadi walaupun itu berat walaupun itu masih membebani perusahaan. Kita nggak hilang.
Misalnya pool, pool ada tetap ya kita nggak jual kita nggak butuh cashnya. Kita harus cari sumber yang lainnya untuk bisa bertahan. Kendaraan, oke kita memang lakukan penjualan terhadap kendaraan yang jauh lebih perlu dijual. Tapi yang sangat sangat tidak tahan tapi gara-gara itu apa kita pertahankan. Jadi recovery kita bisa lebih cepat dan itu ternyata cukup berhasil dan alhamdulillah kendaraan kita masih ada waktu proses recovery mulai baik. Kita nggak perlu nunggu 6 bulan lagi untuk membeli kendaraan, mobilnya ada.
Tapi ya selama 9 bulan 1 tahun terakhir itu ya cukup berdarah-darah. Itu juga salah satu strategi yang kita pelajari kalau mau motong, ya motong itu juga pikirkan masa depan itu PR yang paling susah mana yang bisa kita yakinkan mana yang perlu dipotong nggak ya, gitu.
Jadi dilema ya?
Jadi dilema, dipotong salah, nggak dipotong nanti kena, gitu ya. Direksi harus mengambil keputusan itu. Walaupun nggak dipotong, ditutupnya dari mana? Ya mulailah Cari bisnis baru untuk nutupin pondasi. Jadi jangan sampai kalau jual ya kalau di apa di efisiensi ya pondasinya juga diefisiensikan, akhirnya nanti nggak bisa dibangun lagi.
Gimana kalau capex atau belanja modal tahun depan, berapa yang disiapkan? Apa ada rencana penambahan modal dari publik?
Alhamdulillah kita belum ada rencana dia. Jadi kita funding dari publik belum. Ini kita memang tidak merencanakan itu. Karena funding kita masih cukup banyak dari internal cash, dan juga dari bank-bank yang sudah lama men-support kita, selama pandemi. Itu juga menjadi salah satu yang membantu restrukturisasi pembayaran, dan juga hal yang memang bisa menghematkan cashflow kita ya. Jadi kita fokus pada internal cash flow dan bank dulu.
Blue Bird ini kan sudah digitalisasi, tetapi pesaingnya juga banyak. Bagaimana cara Blue Bird bertahan dan mengembangkan terus digitalisasinya? Apakah terpikir merangkap bisnis lain?
Digitalisasi itu, jadi apa ya kalau dibilang jadi salah satu inti ke depannya Blue Bird. Karena kita mengerti setelah sebelum pandemi ini sebenarnya kita sudah mulai memproses itu, dan kita sudah berjalan kita sudah punya aplikasi kita juga sudah berjalan dengan sistem digitalisasi IoT di kendaraan, digitalisasi di back end juga berjalan.
Nah, setelah pandemi ini kita rekrut dan kita perkuat makanya tadi dalam rekrutmen kita memperkuat lini digital dan marketing. Digital marketing, development IT, strategy IT, dan yang lain pengembangan itu kita perkuat. Supaya lini digital Blue Bird lebih kuat di depannya untuk bisa tadi, mendorong 3 M, Multi-Channel, Multi-Product, Multi-Payment sehingga konektivitasnya lebih cepat, biaya bisa gampang.
Bisa dibayangkan kalau kita nanti mau menggabungkan suatu partner gitu kalau dulu kita butuh 6-18 bulan satu partner. Kalau ini 2 bulan cukup mau mau 5 partner dalam 2 bulan juga bisa kita sudah siapkan, siapkan platform-nya untuk berkembang skalanya sudah langsung masuk. Plus juga layanan-layanan yang bisa related, misalnya Blue Bird kirim, logistik kita. Nah itu juga menjadi pondasi yang masih kita kembangkan.
Supaya ini ke depannya, untuk mengirim barang untuk berhubungan dengan masalah urusan berat barang yang dikirim itu jadi lebih mudah. Jadi layanan yang kita pelajari tambahannya adalah logistiknya ya, bukan hanya kirim barang tapi kirim bukannya kirim orang tapi kirim barang.
Sekarang kan lagi tinggi-tingginya soal mobil listrik. Kalau nggak salah Blue Bird jadi salah satu yang pertama pengadaan mobil listrik. Nah, melihat peluang industri mobil listrik, kalau rencana tahun ini sudah berapa, dan mungkin rencana tahun depan mau menambah berapa armada di mobil listrik?
Kita mobil listrik itu sekarang sudah ada 60 lebih dan tahun depan kita ada rencana penambahan paling 50 selalu kita bertahap kita akan tambah lagi bisa sampai 100. Jadi total bisa sampai 200 ya tahun depan.
Ada tantangan nggak ketika harus menambah, tantangan untuk mencukup di mobil listrik itu pak. Sebenarnya ada nggak sih pak tantangannya di dalam negeri?
Oh ada, banyak. Itu pertama harganya cukup tinggi. Kedua kita harus pastikan titik-titik SPKLU ataupun charging-nya operasionalnya cukup. Jadi kayak misalnya kita ingin nambah, dalam suatu kota yang kita operasional itu belum tentu langsung bisa karena kita harus siapkan infrastrukturnya. Walaupun sama pemerintah juga sudah banyak yang mendorong untuk SPKLU, tapi ini kan masih belum cukup untuk operasional yang lebih luas. Kita memang pada saat tantangan pertama dari pembelian kendaraan yang capex-nya lebih tinggi kedua operasionalnya kita pastikan, lingkungan operasionalnya sehingga sampai menentukan berapa jarak kilometer untuk memang mereka perlu nanti charging lagi.
Makanya kalau misalnya sekarang baterainya sudah tinggal 40%, terus tiba-tiba dia mau jalan dari sini dari Mampang ke Bekasi, dia mungkin agak takut-takut gitu ya kalau bensinnya di tengah jalan gimana. Jadi informasi adanya charging station atau enggak hingga kita latih tantangan berikutnya adalah tantangan operasional. Kita melatih pengemudi untuk bisa mengatur waktunya kapan mengisi kapan nggak, kapan perlu isi dan nggak perlu isi. Pengalaman itu akhirnya yang menjadi pengalaman yang berharga buat pengemudi dan buat Blue Bird juga. Oh kalau sudah begini kita jalankan seperti ini saja, jadi nggak perlu charging karena ternyata cukup. Kan butuh bukan hanya teori tetapi juga butuh praktik bahwa pengemudi juga yakin gitu.
Untuk pengemudi ada pelatihan sendiri untuk mengendarai mobil listrik?
Ada, tentunya ada. Mereka harus tahu kapan tadi charging, gimana cara operasionalnya. Tapi umumnya mudah ya, karena mobil listrik itu kan semua sudah elektronik yang otomatis semuanya mereka tinggal memperhatikan mengenai masalah apa ukuran baterai, terus cara penggunaan supaya baterainya hemat. Kalau kalau mobil kan dulu ya tahulah ganti giginya kapan. Kalau baterai ini kan ganti giginya jarang tapi nggak gasnya nariknya dan segala macam gitu.
Jadi tahapan untuk membeli mobil listriknya bertahapnya akan seperti apa karena harga itu?
Nah, kita juga perlu memilih mobil listrik yang pas untuk apa untuk operasional di kendaraan kita. Kita punya layanan taksi, kita punya layanan Golden Bird. Tipe mobil berbeda-beda gitu, ada yang namanya dari apa kendaraannya sangat standar sampai kendaraan sangat luxury. Jadi dari sisi harga memang sekarang ini sekarang itu bisa 3 sampai 4 kali lipat lebih mahal dari harga standarnya. Kalau kita beli kendaraan taksi biasa ya. Jadi kita harus punya kemampuan untuk bisa me-utilisasi kendaraan itu jadi lebih baik karena harganya lebih tinggi.
Dana yang sudah disiapkan untuk pembelian mobil listrik tahun depan?
Dana kita siapkan dalam satu capex yang sama, kelompoknya. Misalnya dalam kendaraan, tahun ini saja kita capex rencana hampir 1,3 triliun atau 1,2 triliun lebih. Itu ada juga mobil listrik di dalamnya. Cuma karena mobil listriknya ada seratus, yang lainnya 4 ribuan jadi nggak terlalu terlihat. Kita tidak pisahkan khusus oh mobil listrik, kita siapkan keseluruhan. Kita lihat mana kebutuhannya.
Soal isu tahun depan ekonomi gelap. Apa sih bentuk efisiensi yang bapak di Blue Bird lakukan, targetnya seperti apa, melihat ekonomi tahun depan gelap?
Katanya gelap, tetapi belum tentu gelap. Tetapi melihat efisiensi, kita perlu melihat beberapa hal. Tadi, satu jangan sampai efisiensi yang kita lakukan satu jangan dipotong pondasinya itu satu apa yang perlu kita pertahankan. Kedua kita mau efisiensi kita efisiensi kita bisa ditingkatkan dengan cara bukan mengurangi orang kita bisa meningkatkan produktivitasnya jadi orang yang sama bisa menghasilkan lebih banyak. Terus mobil yang sama bisa menghasilkan lebih banyak bagi dia dari sisi nilai investasi lebih baik karena hasil lebih besar.
Ketiga tentunya digitalisasi bisa membantu produktivitas lebih baik di samping itu baru kita lihat apakah pengurangan orang, pengurangan aset itu diperlukan jadi aset kita yang ada itu ada modal yang sudah kita bentuk dari awal mencari sesuatu yang baru ataupun mengkritik satu baris lebih susah terkadang kita bisa terdapat terlena lebih baik ambil yang baru daripada memperbaiki yang lama. Kita melakukan itu persamaan nggak bisa tanya tiba-tiba efisiensi, ya sudah potong 1.200. Ya nggak juga gitu. Kita itu menjadi tujuan akhir kalau memang ternyata kita tidak bisa meningkatkan produktivitasnya.
Belakangan banyak perusahaan PHK dan segala macam, padahal belum tentu ekonomi tahun depan gelap. Tetapi menurut bapak sebagai pengusaha, ekonomi gelap akan seperti apa?
Saya lihat, mungkin saja ada ya. Karena dinamika ekonomi dan geopolitik ini kan sangat sangat kental sekarang bervariasi. Apalagi juga ada pemilihan presiden kemudian juga pemilihan Amerika tahun depan. Jadi faktor-faktor itu tentu harus jadi pertimbangan. Masalah gelap atau nggak, saya cukup yakin industri transportasi ini yang masih masuk dalam kebutuhan utama selama bukan masukan pandemi ya, transportasi ini seperti kaya makan.
Nggak mungkin mau apapun orang tetap harus makan, mau apapun transportasi orang tetap nggak bisa selamanya diam di satu tempat. Pasti harus bergerak, ekonomi harus bergerak, ada meeting dengan oran. Mau sebanyak-banyaknya orang pakai online meeting tetap harus ada distribusi barang kan nggak bisa barangnya dikirim tanpa, kendaraan gitu sehingga kita siapkan strategi strategi untuk mengatasi itu dengan Blue Bird juga siap kirim barang, masuk ke logistic. Dan hal-hal yang hubungan dengan kita pelajari sebelumnya di pandemi. Tetapi mudah-mudahan yang namanya gelap itu tahun depan tidak terjadi pandemi yang lain.
Apa arti Blue Bird untuk Pak Sigit?
Blue Bird itu dari sisi nama burung membawa kebahagiaan, Blue Bird itu punya visi, misi dan makna untuk berbagi kebahagiaan untuk membangun negeri. Jadi, buat saya ini Blue Bird sangat penting untuk bisa dipertahankan karena yang dibawa itu bukan suatu perusahaan, tetapi ya dibawa itu, pendidikan, salah satu pola hidup, pembelajaran.
Kita melihat Blue Bird ini mendidik puluhan ribu bahkan hampir ratusan ribu lebih kalau kita hitung dari awal sampai akhir ya. Gimana mendidik pengemudi untuk bisa memberikan pelayanan yang baik, jadi sesuatu yang bukan hanya berjalan untuk satu perusahaan jadi sesuatu yang memang saya lihat bisa membuat masyarakat itu bisa lebih baik lebih bahagia, dengan cara Blue Bird menjalankannya atau[pun mendidik orang orang yang menjadi pernah di Blue Bird dan yang masih di Blue Bird. Jadi, buat saya sangat penting ya, Blue Bird itu bukan hanya untuk saya pribadi, bukan bagi perusahaan sebenarnya untuk dipertahankan dan menjadi ikon yang ada di Indonesia.