Mandiri Capital di awal kan fokusnya fintech, makin ke sini makin melebar dan variatif. Bicara fintech, katanya investor makin selektif. Bagaimana kaca mata dari Mandiri Capital?
Saya jawabnya dari dua sisi ya. Semua perusahaan financial ke depannya akan being empowered by technology. Jadi all financial companies are gonna be fintech company.
Jawaban selanjutnya, sekarang ini kan kita sedang menghadapi tantangan yang luar biasa. Jadi saya mau melebar sedikit, bukan hanya di fintech tapi industry as a whole.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekarang ini justru mulai, startup ini menyehatkan diri. Dalam arti begini, at the end of the day, tech companies essentially their business. Business at the end of the day harus apa sih? Bisnis harus bisa solve a problem, with the begin of market. Kalau solving of problem satu kecamatan, atau satu RT kurang gigit gitu ya. Solution-nya yang di-provide oleh perusahaan tersebut harus ada business model yang tepat, harus bisa mendapatkan revenue. Kan ujungnya gitu. Setelah itu tentu harus become profitable, agar bisa self sustain. Jadi perusahaan harus punya pathwork profitability.
Unfortunately, karena dulu hype ya, dulu growth at any cost startup ini. Jadi water cooler talk-nya bukan lagi 'quarter lalu Ebitda lu berapa? Fundraising advance lu yang lalu di valuation berapa?'. Kan water cooler talk-nya kemarin seperti itu. Sekarang sudah mulai mengarah ke startup ini menjalankan sesuai bisnis yaitu mencari profitability. Jadi mereka sekarang growth-nya itu yang memiliki positive impact towards the bottom line. Agar bisa mengejar profitability, jadi punya pathwork profitability. Nggak lagi growth at any cost.
Jadi model bisnisnya berubah?
Nggak model bisnis dong, kan ini sudah mulai memikirkan growth yang menguntungkan. Kalau dulu kan growth at any cost yang saya katakan, buka atau expand ke daerah sini, untung nggak untung yang penting kita punya eksistensi. Kalau sekarang kan nggak.
Sekarang mereka mulai melihat, OK saya mau buka growth di sini, nggak untung kita tutup, kita coba di daerah lain. Atau nggak, kita mau launch produk ini, produk ini nggak untung kita coba launching produk lain. Jadi bukan masalah business model berubah, namun sudah mulai orientasinya towards profitability.
Ini berlaku ke semua startup di semua sektor?
Sudah mulai, harus. Mau nggak mau, you have to bear in mind. Startup are essentially business. Business need to create profit to be self sustain.
Berarti selama ini memang disadari oleh investor business model startup kurang sehat?
Bukan, ini kan namanya evolution, kan evolving ya. Di awal startup namanya something new, mereka disrupting, mem-provide alternative solution mereka harus quickly trial, quickly growth, sekarang kan sudah terbukti, startup-startup yang ada memang bring value to our lives, jadi udah harus memikirkan profitability. Not only bringing value to our lives, but bringing a lot of value to businesses juga, sehingga udah mulai sekarang. Let's start making profits.
Jadi alasan resesi dan tekanan ekonomi kurang tepat jadi alasan kenapa startup harus berbenah?
Kan itu katalisnya, salah satu katalis, tapi memang soon or later pasti. Kita kan sudah mengalami cycle seperti ini beberapa kali. Contohnya di akhir 1990 awal 2000 dotcom booming. Coba lihat perusahaan-perusahaan yang berhasil keluar dari dotcom bust kemarin, sekarang jadi perusahaan-perusahaan raksasa semua. Kita ngomong Google, Amazon, dan lain sebagainya. Jadi at the end of the day this always happen. Ini ada something new, we tried out, sampai kita bisa create profit.
Kalau kemarin ini this slow down, ya it's a catalyst aja. Money is no longer cheap, sehingga investor mulai menuntut 'Hey get your self in shaped lah' kasarnya gitu. Get your act together, let's start creating profitable business, lets start having a pathwork profitability setidaknya.
Jadi orientasinya berubah ya untuk mencapai kinerja yang diinginkan?
Tetap growth, jadi bukan kita ngomong berubah bagaimana, tapi tetap growth. Yang tadi saya katakan, growth yang memiliki positive impact towards the bottom line, bukan growth at any cost lagi.
Impact ke masyarakat ada nggak? Misalnya startup yang tadinya identik bakar uang bakal berubah?
Itu kembali ke jawaban saya barusan, dulu growth at any cost, sekarang growth yang memiliki positive impact towards the bottom line. Bakar uang dan lain sebagainya, having discounts atau apapun, itu asal forward looking-nya nanti akan bisa memiliki positive impact, yaitu akan mendapat customer yang loyal dan lain sebagainya mungkin sah-sah aja, tapi nggak semena-mena. Kita lihatin sustainable business yang ada di Indonesia, conventional business yang ada aja sesekali ada kok discounts. Tapi kan mereka orientasinya profitability.
Jadi kembali ke jawaban tadi, growth yang have positive impact towards the bottom line. Itu sah, asalkan nanti ke depannya, long term-nya, mid term-nya ada positive impact.
Jadi berkurang ya (aksi bakar duit)?
Kemungkinan akan berkurang, namun bukan berarti berhenti. Yang penting, kan kembali lagi ke statement saya tadi, bukan lagi growth at any cost.
Kalau memang dirasakan perlu memberi diskon agar bisa menjaring customer dan mendapatkan loyal customer ya sah-sah aja. Tapi kalau cuma sekadar mendapat customer dan menaikkan transaction sementara, itu tidak sah. Kan nggak ada long term effect-nya, harus ada mid long term effect-nya. Minimum dari setiap customer yang di-acquire balik modal lah. Jadi customer life time value vs customer acquisition cost harus positif dong.
Apa yang menjadi alasan startup berbondong-bondong melakukan PHK sebelum akhir 2022?
PHK kan memang hal yang tidak kita inginkan. Sebenarnya kalau saya bisa jelaskan sedikit dan luruskan sedikit, PHK selalu opsi terakhir. Tentu dari para startups ini opsi yang utama untuk melakukan cost efficiency ya mereka slowing down their growth. Mereka tidak lagi growth at any cost, artinya buka area yang tidak menguntungkan dan sebagainya. Itu effort-effort mereka di awal. Dari sisi produk mereka tidak lagi main asal luncurkan produk, mereka lebih berhitung. Lebih cost conscious (sadar biaya).
Of course karena mereka harus bisa bertahan, pada saat current climate seperti ini dan mereka dituntut memiliki pathwork profitability, ya ada dampak negatifnya yaitu PHK tadi.
Ya kami harapkan tentu dari para investor, ini sementara. Kenapa, karena perusahaan mulai belajar untuk menjadi profitable, setelah mereka profitable mereka bisa grow, mereka bisa rekrut lagi, bisa buka lowongan lagi.
Kalau perusahaan masih kecil nggak mikirin untuk grow kan habis perusahaan itu. Tapi kalau mereka menyehatkan diri, mereka bisa grow, mungkin awalnya punya 10 pegawai, terus mereka profit, terus mereka reinvest their profit, bisa jadi 100 pegawai, reinvest lagi jadi 10 ribu pegawai. Itu kan menciptakan lapangan kerja terus kan. Kita lihat aja dulu Amazon ada berapa pegawai sih.
Apakah ada alasan khusus kenapa sepertinya efisiensi seperti PHK dilakukan sebelum 2023?
Bukan alasan khusus, ini kembali soal pathwork profitability. Sudah dituntut untuk ada pathwork profitability, dan perusahaan-perusahaan ini, startup-startup ini harus bisa melalui climate yang ada sekarang ini. Of course you have to adapt your self with the current climate, climate lagi slow down ya mau nggak mau mereka harus melakukan cost efficiency sehingga mereka bisa melewati ini dan bisa menjadi lebih kuat.
Harapan kami, what doesn't kill you makes you stronger. Mudah-mudahan mereka menjadi lebih kuat, malahan nanti begitu the sun rises again mereka bisa lebih besar, mereka start recruiting again.
Jadi ini bukan exit strategy mumpung lagi momen resesi?
Mungkin ini sudah terjawab di penjelasan saya yang barusan ya. Untuk melewati slow down ini mereka harus cost efficient, kalau mereka tidak cost efficient bagaimana mereka bisa survive. Jadi of course the slow down plays a part in it ya, bukan alasan yang diciptakan, tapi memang mereka harus get through the slow down.
Kita ambil contoh lain, global financial crisis, 2008-2009 banyak terjadi layoff di dunia finance, pada akhirnya setelah mereka sehat they start recruiting again, and now they are bigger. They are in a much healthier position, they become really big and once they recovered from the crisis, malahan mereka mulai recruiting lagi. Jadi this is a part of life. This is part of the cycle of the economy yang menuntut transformasi.