Pupuk merupakan komoditas penting untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Namun, pasokan pupuk belakangan menghadapi tantangan karena adanya pandemi COVID-19 dan perang Rusia-Ukraina.
Pandemi dan perang memberikan dampak langsung ke pasokan pupuk. Hal itu terjadi karena banyak pabrik dan pelabuhan tutup.
Kepada Tim Blak-blakan detikcom, Direktur Utama PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) Rahmad Pribadi bicara mengenai kondisi pasokan pupuk terkini. Dia juga bicara panjang lebar mengenai upaya perusahaan mengamankan pasokan pupuk di Tanah Air.
Tak hanya itu, Rahmad juga bicara mengenai isu kelangkaan pupuk yang sering kali muncul di kalangan petani.
Di sisi lain, Rahmad juga mengungkap rahasia kinerja moncer perusahaan di tengah pandemi dan perang. Sebagaimana diketahui, Pupuk Kaltim mencatat laba bersih Rp 14,5 triliun di tahun 2022.
Berikut petikan wawancara lengkap Tim Blak-blakan detikcom dengan Rahmad Pribadi:
Apakah perang Ukraina dan Rusia mempengaruhi pasokan pupuk?
Jadi memang problematika terhadap global supply chain, hampir seluruh komoditi sebetulnya, tapi pupuk termasuk di dalamnya itu dimulai sejak COVID di bulan Maret 2020 itu mulai terjadi kesulitan karena banyak pabrik yang tutup atau pelabuhan yang tutup.
Kemudian di tahun 2022 ada perang Ukraina yang berdampak pada langsung dua hal, satu harga gas, yang kedua jalur distribusi dari penghasil pupuk yang terbesar yaitu Belarusia ke port yang di atas, karena melewati satu negara ditutup, sehingga ada disrupsi di situ. Disrupsi itu mengakibatkan volatilitas harga yang cukup signifikan.
Di periode 2022 setelah terjadi perang Ukraina, naiknya cukup tajam, terutama untuk yang pupuk nitrogen base seperti urea, amonium nitrat dan seterusnya, itu naik cukup tajam. Tapi yang cukup mengejutkan sebetulnya, kita belakangan baru sadar bahwa ternyata dampak pandemi COVID pada harga pupuk itu jauh lebih signifikan dibandingkan perang, karena perang cukup regional, pandemi itu global. Jadi sekarang begitu pandemi itu selesai, harga itu turun.
Memang kalau ngomong kecepatan naik harga, perang Ukraina itu naiknya cepat, tapi kalau diakumulasikan mulai bulan Maret 2020 hingga sekarang, barangkali kenaikan akibat pandemi COVID jauh lebih tinggi dibandingkan kenaikan karena perang Ukraina dengan Rusia. Sekarang selama 3 bulan ini sudah mulai turun.
Apakah kemudian dengan begitu kita bisa mengatakan bahwa pasokan aman, petani nggak perlu khawatir?
Saya rasa pasokan aman, meskipun perang Ukraina-Rusia komoditas fertilizer itu dikecualikan. Jadi tidak kena sanksi, jadi tetap barang-barang dari Rusia boleh keluar, hanya tadi yang saya cerita Belarusia dan Rusia itu penghasil potas kalau dikombinasi berdua itu 40-an persen from global supply. Jadi untuk potas sempat terjadi shortage, tapi sekarang sudah balik normal.
Bisa diceritakan sedikit soal Pupuk Kaltim, konon kabarnya Pupuk Kaltim memberikan kontribusi paling besar dari ketersediaan pupuk di Indonesia? Dan juga perlu dikonfirmasi untungnya paling gede?
Alhamdulillah memang Pupuk Kaltim keuntungannya mendominasi lah kontribusinya cukup signifikan di grup Pupuk Indonesia. Jadi di Indonesia itu ada 5 pabrik pupuk, mulai dari yang ada di Aceh hingga kami yang ada di Kalimantan Timur, itu semua tergabung dalam holding company yang namanya Pupuk Indonesia.
Pupuk Kaltim fokus pada produksi amonia dan urea. Ada teman-teman lain yang berfokus jenis pupuk yang lain. Kalau bicara kapasitas produksi urea kita yang paling besar, dan kapasitas yang paling besar ini bukan hanya berbicara di antara grup tapi kapasitas yang terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara.
Kalau untuk amonia kita terbesar di Asia Tenggara, di Asia Pasifik kita nomor 3 terbesar. Untuk urea kita terbesar di Asia Tenggara, nomor 6 di Asia Pasifik. Memang kontribusi kita pada fertilizer di Indonesia cukup signifikan dan itu tentu ter-translet pada kontribusi kita pada grup Pupuk Indonesia, juga kita punya kontribusi cukup signifikan tapi yang cukup membanggakan menurut saya sebagai orang Indonesia kita punya pabrik berskala internasional, ada di Bontang, yang mungkin orang melihatnya kota kecil, tapi ini perusahaan berskala internasional.
Dan, posisi pada global supply chain atau regional supply chain itu cukup signifikan, kalau Pupuk Kaltim ini bergoyang yang terdampak tidak hanya Indonesia, Filipina terdampak, India terdampak, Australia terdampak karena posisi kita cukup signifikan di region Asia Pasifik. Itu sesuai kalau Pak Jokowi kan gimana Indonesia menjadi bagian yang sangat penting pada global supply chain dalam berbagai macam komoditi. Di pupuk saya sampaikan kita sudah pada posisi ini.
Kalau istilahnya TKDN berapa persen masih diimpor sama Pupuk Kaltim?
Pupuk Kaltim impor kecil sekali, karena bahan baku terbesar kita itu adalah gas alam, gas alamnya dari sekitar Bontang, sekitar Kalimantan Timur. Jadi kecil sekali impor karena fokus kita pada urea, yang diimpor itu biasanya untuk membikin NPK. Kita punya pabrik NPK kapasitasnya 350 ribu ton, kalau bicara angka-angka kapasitas, NPK kita itu bisa masuk golongan kecillah kapasitasnya.
NPK itu untuk?
NPK itu pupuk majemuk, pupuk kan butuh 3 jenis makanan, N, P, dan K. Nitrogen, fosfat sama kalium. Nah itu pupuk yang sudah siap komposisinya untuk komoditas tertentu.
Itu yang pupuk sapu jagat?
Kalau NPK itu begini kita bisa bikinin sesuai dengan mau dipakai untuk apa.
Itu porsinya nggak besar?
Nggak besar, yang besar urea dan amonia karena memang fokus kita di situ.
Porsi impornya sedikit berarti produksi menggunakan TKDN, produk dalam negeri besar dan itu ekspor? Berapa persen yang diekspor?
Yang kita ekspor itu 50%, cukup besar, jadi kita menghasilkan devisa cukup besar, dan keberadaan di Asia Pasifik cukup signifikan. Kita di tahun 2022, top destination ekspor kita Australia. Sebelumnya belum, tapi di tahun 2022 Australia menduduki peringkat pertama, karena di tahun 2022 kita dapat sertifikasi dari pemerintah Australia semacam bio security certification, jadi barang-barang yang diproduksi oleh Pupuk Kaltim, dan diekspor melalui port-nya Pupuk Kaltim itu sampai Australia tidak perlu di karantina lagi.
Jadi naiknya cukup signifikan, dan Australia ini cukup strategis buat Indonesia karena Indonesia juga banyak mengimpor banyak sekali agrikultur komoditi, secara tidak langsung menyeimbangkan.
Kita impor banyak daging, mereka kita kasih pupuk?
Dan tanpa pupuk mereka nggak bisa produksi gandum dan seterusnya jadi trade balance-nya imbang, tapi kita juga di satu sisi mendukung sektor agrikultur dia, jadi dia bisa menopang kebutuhan pangan di Indonesia.
Performance dari sisi finansial bagaimana?
Tahun 2022 kita bisa membukukan keuntungan bersih setelah pajak itu Rp 14,5 triliun. Itu lebih dari dua kali lipat kalau dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Itu karena apa?
Jadi sebenarnya ada dua faktor utama, satu adalah tentu harga komoditas yang meningkat. Kedua adalah efisiensi. Biaya produksi kita selama pandemi itu lebih murah dibandingkan sebelum pandemi. Jadi kita mengerem sekali, ternyata banyak room improvement yang baru terbuka setelah pandemi. Kita ditantang supaya bisa berpikir out of the box, kreatif, termasuk digitalisasi. Digitalisasi di Pupuk Kaltim ini cukup masif. Kita sama pemerintah karena level of digitalization itu dinobatkan sebagai national lighthouse untuk industri 4.0.
Itu artinya apa?
Jadi mercusuar atau acuan bagi industri di Indonesia yang ingin menerapkan industri 4.0.
Apa yang digitalisasi di pupuk?
Dari semua aspek sebetulnya, tapi aspek produksi menjadi hal yang sangat signifikan. Pabrik pupuk itu sebuah proses yang sangat technology intensive dan capital intensive. Jadi teknologinya cukup maju, pabrik kita ini bisa kita operasikan dari panel untuk mengendalikan segitu banyak dan itu termonitor melalui command center kita. Jadi kita bisa bener-bener monitor. Jadi cukup canggih, dari sisi produksi itu digitalisasi cukup masif.
Tapi di sisi lain, logistik kita juga lakukan digitalisasi, jadi transparansi dari distribusi kita itu bisa kelihatan melalui aplikasi yang kita create sendiri.
Penghasilan 2022 naik berapa persen?
Laba bersih dari 2021 Rp 6 triliun (menjadi) Rp 14,5 triliun.
Lebih dari 100%?
Lebih, lebih.
Dan itu karena efisiensi?
Karena efisiensi, dan juga nggak bisa dipungkiri ada kenaikan harga. Tapi gini, semua mengalami kenaikan harga tapi tidak semua perusahaan bisa memanfaatkan peluang itu.
Efisiensi memberikan potongan terhadap biaya berapa besar?
Selama pandemi ini biaya kita hanya 70%.
Berarti efisien 30%?
Iya.
Dan jadi pembelajaran?
Jadi acuan kita, nggak bisa lebih lagi ini menjadi patokan kita hari ini.
Ini adalah capital dan techno intensive, berarti SDM di mana posisinya di Pupuk Kaltim?
SDM sangat penting, saya selalu cerita kalau orang bicara industri saya selalu menyampaikan industri itu bukan sekadar koleksi dari bangunan dan alat peralatan, bukan. Industri itu adalah sebuah budaya, kenapa budaya karena ada orang di belakangnya dan orang-orang itulah yang memunculkan inovasi-inovasi. Jadi core dari sebuah industri bukan pada alat peralatan, mesin, bangunan, tapi pada orangnya, orangnya ini yang betul-betul harus kita manage dengan baik.
Alhamdulillah di Pupuk Kaltim ini 70% milenial dan hampir seperempat talent dari wanita. Kalau lokal cukup besar mungkin mendominasi.
70% milenial?
Iya.
Perempuannya ada?
Seperempatnya.
Lokalnya, separuhnya ada? 70% juga?
Ya mungkin sekitar segitu ya, karena kita memang itu ketika membangun industri dengan cara pandang budaya maka pembangunan kita adalah industri yang humanis, industri yang inklusif. Kita kalau bangun industri nggak mau jadi bangun industri tapi di tempat terisolasi tapi nggak mau tahu sekitarnya. Keberhasilan industri kita itu kalau memberikan dampak manfaat bagi masyarakat sekitar. Dan alhamdulillah Pupuk Kaltim bisa melakukan itu semua.
(acd/eds)