Jakarta -
PT Jakarta Propertindo (JakPro) menjadi salah satu badan usaha milik daerah (BUMD) besar yang dimiliki Pemprov DKI Jakarta. Namun, kinerja keuangan JakPro dalam beberapa tahun terakhir cukup mengecewakan.
Terakhir kali JakPro mencatatkan untung bersih pada kinerja keuangannya adalah tahun 2018, setelahnya hingga kini kinerja keuangan JakPro selalu mencatatkan kerugian. Sederet penugasan proyek yang dilimpahkan ke JakPro disebut-sebut menjadi masalah utamanya.
Meski begitu, Direktur Utama JakPro Iwan Takwin mengklaim perbaikan besar mulai dilakukan pihaknya. Iwan yakin titik cerah kinerja perusahaannya mulai terlihat tahun ini. Optimalisasi aset-aset besar macam LRT Jakarta, Stadion Jakarta International Stadium (JIS), hingga Jakarta International Velodrome terus dilakukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Titik cerah sudah kelihatan. Karena saya kira teman-teman bisa melihat semua di Velodrome misalnya, kemudian JIS kita berhasil untuk U-17 itu, jadi sepertinya semua orang sudah mulai melirik itu," kata Iwan ketika berbincang bersama detikcom di kantornya, Thamrin City, Jakarta Pusat.
Iwan juga bercerita banyak soal pembangunan proyek LRT Jakarta Fase 1 B yang bakal menghubungkan kawasan Kelapa Gading ke Manggarai, hingga rencana besar menghidupkan JIS. Berikut ini kutipan wawancara lengkap Iwan Takwin dengan detikcom:
Apa kabar JakPro saat ini, apa saja yang sedang fokus dikerjakan perusahaan?
JakPro ini kan badan usaha BUMD DKI Jakarta, tentunya sebagai perusahaan secara korporasi kan harus ada aksi-aksi bisnis yang dilakukan untuk menjaga performa. Kedua, aksi ini yang harus diseimbangkan oleh JakPro dalam menjalankan agent of development bagi Pemprov DKI khususnya dan juga sebagai badan usaha. Dalam upaya itu tentunya tantangan dan dinamikanya beraneka ragam sehingga strategi yang dilakukan JakPro selain di awal menyiapkan SDM sendiri, talenta internal kita, dilakukan capacity building untuk meningkatkan kinerja bagi JakPro sendiri, dan juga strategi bisnis dari lesson learned sebelumnya yang kita dapatkan dan di-improve menjadi satu strategi bisnis. Harapannya, sampai dengan akhir tahun ini tentunya bisa mengangkat performa JakPro.
JakPro saat ini ada beberapa venue-venue kan, dan itu tidak kecil, jadi bagaimana bangkitkan kegiatan bisnis atau komersialisasi kemudian juga beberapa aset JakPro yang dulu mungkin idle gitu, didiamkan atau tidak diutilisasi, sekarang kita mulai. Kita mulai dari perencanaan konsepnya seperti apa, konsep bisnis seperti apa, bagaimana bermitra dengan investor yang mau masuk, kita buat SOP yang tentunya membuat calon mitra investor ini tertarik untuk bekerja sama dengan JakPro. Tentunya benefit-benefit apa saja yang didapatkan JakPro itu dikaji secara mendalam, sehingga saat jalankan bisnis ke depan kita tidak terulang lagi kesalahan sebelumnya dan JakPro jadi yakin dan firm untuk capai strategi bisnis.
Tadi disebutkan ada beberapa aset idle, boleh Anda jelaskan maksudnya seperti apa?
Jadi itu memang karena bisa jadi tidak didalaminya, bahwa bagaimana kondisi aset itu kemudian cocoknya seperti apa, kemudian bagaimana kita membuka komunikasi dengan pihak eksternal yang mungkin lebih ahli di bidang bisnis yang mungkin akan kita kembangkan. Itu sekarang kita buka, tentunya dari situ akan didapatkan insight-insight baru.
Kemudian, juga agar tidak terjadi kesalahan sebelumnya kita mematangkan SOP dan kemudian juga strategi bisnis yang ada di JakPro, sehingga dalam menetapkan satu utilisasi aset di tahun itu tidak akan salah langkah ke depannya. Jadi benar-benar bisnis yang kita lakukan tidak salah langkah ke depan, benar-benar bisnis yang kita lakukan sesuai dengan peruntukannya sehingga membangkitkan dan meng-create new revenue stream bagi JakPro.
Proyek apa yang jadi fokus utama JakPro saat ini?
Sebagai BUMD kan kami menjalankan tugas sebagai agent development, kami tak bisa lepas dari penugasan untuk men-support apa yang jadi program-program unggulan atau program strategis dari Pemprov apakah bentuknya itu penugasan atau kegiatan lain. Dalam menjalankan penugasan ini tentunya JakPro tidak hanya berpikir membangun tapi bagaimana sosialisasikan, bagaimana membentuk multiplier effect sebuah proyek kepada lingkungan sekitar, baik itu langsung maupun tidak langsung.
Sebagai contoh, JakPro saat ini sedang ditugaskan membangun sebuah fasilitas transportasi kereta LRT, JakPro dalam menjalankan itu tidak hanya berpikir itu dibangun sesuai target atau milestone, tapi dalam proses pembangunannya, sosialisasi dampak pembangunan itu bisa mengubah menjadi benefit bagi lingkungan sekitar. Nah itu terus dilakukan JakPro, tentunya juga bekerja sama dengan stakeholder yang lain juga yang terkait, atau mungkin komunitas yang ada, sehingga ketika infrastruktur publik ini selesai, orang-orang bisa ikuti prosesnya dan ketika mereka menggunakan ini rasa memilikinya akan lebih tinggi.
Kemudian, bekerja sama juga dengan pihak tertentu, misalnya kita sudah berencana untuk menciptakan integrasinya dengan fasilitas publik lainnya, seperti di Manggarai ada KCI, ada kereta bandara, ada juga nanti kereta ke luar kota, dan juga stasiun TransJakarta. Bahkan, di titik-titik fasilitas Pemprov lainnya. Kami matangkan itu semua sejak awal, sehingga ketika ini beroperasi masyarakat bukan hanya menikmati railway-nya saja tapi terhubung dengan fasilitas publik lainnya.
Bicara soal kinerja keuangan, JakPro terakhir mencatatkan keuntungan bersih pada tahun 2018, setelah itu tahun berikutnya tak pernah sekalipun mencetak keuntungan kembali sampai saat ini. Selama ini pun JakPro diberikan banyak penugasan, apakah karena penugasan yang banyak membuat JakPro tidak bisa untung?
Jadi begini, JakPro kan sebagai BUMD ini harus dan wajib mendukung proyek strategis DKI, di mana kalau bicara program strategis tentunya kembali lagi bicara ke fasilitas publik. Jadi apapun yang ditugaskan ke kami meyakini itu pasti gunanya untuk kemaslahatan publik.
Tentunya, kalau bicara ke segi bisnis, di situ lah tantangannya JakPro, bagaimana konversi fasilitas publik ini sehingga ada benefit dari sisi komersialnya. Bukan berarti kita memanfaatkan fasilitas publik ini. Itu memang menjadi tantangan, bagaimana itu bisa diubah menjadi smooth, sehingga fasilitas publik yang kita komersialkan ini kita jalankan strategi bisnisnya itu tidak mengurangi fungsinya, tapi JakPro bisa mendapatkan revenue dari situ. Memang kemarin juga ada COVID-19, 2019-2022 saya kira semua juga dihantam dengan adanya pandemi itu kan.
Alhamdulillah saat ini kita mulai bangkit, kalau dilihat kegiatan di venue-venue kita yang bisa kita bilang venue yang tadinya penugasan itu mulai aktif lagi. Bahkan per minggu sudah pasti ada kegiatan. Tinggal tim bisnis kami ini didorong untuk mempunyai strategi-strategi supaya aktivasi kegiatan komersial lebih berkembang lagi. Dengan begitu beban operasionalnya dan beban aset itu sendiri bisa ditutupi. Jadi sekarang kalau dari 2018 tadi ke sekarang ini kondisi JakPro seperti apa, ini yang kita upayakan.
Titik cerah itu sudah kelihatan. Karena saya kira teman-teman bisa melihat semua di Velodrome misalnya, kemudian JIS kita berhasil untuk U-17 itu, jadi sepertinya semua orang sudah mulai melirik itu. Ini kembali ke kami bagaimana elaborasi dan improvement-nya bisa berjalan dengan baik. Karena sebenarnya, dari semua itu fasilitasnya kan sudah ada, di TIM, di JIS, Velodrome ada, space ada, akses ada, tinggal bagaimana kita memaksimalkannya. Kita ingin bisa membangkitkan crowd pada fasilitas-fasilitas itu, di situ kuncinya mengumpulkan lebih banyak orang dan kita manage. Dengan begitu komersial lainnya bisnis lainnya bisa terbangkitkan dengan itu.
Alhamdulillah sekarang kami percaya sudah mulai bangkit. Kalau ditanya proyeksi kami di 2024, ada titik cerah di sana, karena kita bangkit. Performanya menurut saya by monthly itu apa yang kita targetkan sudah menyentuh target itu, bahkan ada suatu saat bisa dilewati targetnya. Dinamika memang masih ada, cuma sudah banyak target kecil yang tercapai. Dinamika sudah positif, harapannya 2024 dan seterusnya saya kira kami sudah bangkit. Kami juga siapkan ini bukan cuma untuk tim sekarang, namun siapapun ke depan yang jalankan JakPro ini memiliki pijakan yang baik, landasan kokoh untuk jalani semua itu.
Di 2023 ini bagaimana proyeksinya, apakah kinerja keuangan positif bisa dicapai?
Kalau kita bicara itu kami belum bisa prediksi. Cuma setidaknya kami bisa bilang growth-nya itu sudah tumbuh baik sekarang. Maka saya bilang target kita sudah tersentuh, baik yang monthly ataupun weekly. Target jarak pendek itu berhasil kita lewatin, strategi yang kita jalankan itu berdampak positif di lapangan. Harapannya target kita di tahun depan mencapai keseluruhan target kita bisa menjadi untung. Tentunya kita tak bisa lepas juga dari beban-beban aset itu, itu juga menjadi tantangan. Bagaimana seimbangkan itu, beban operasional dan maintenance bisa di-cover dengan revenue yang ada.
Dari banyak proyek yang dikerjakan dan dikelola, proyek mana yang mendulang banyak pendapat buat JakPro?
Kalau bicara korporasi seperti JakPro ini tidak bisa bergantung dan mengandalkan salah satu lini saja. Kita tidak bisa untuk men-state proyek ini paling untung nih. Malah sebenarnya semua venue itu bisa disambungkan, bisnis kan nggak monoton lagi. Kegiatan bisnis itu harus bisa bundling atau bersinergi. Misalnya, contoh kecil saja kita di LRT ada di dekat Velodrome, misal kita bikin event di situ kita bisa kasih promosi tertentu atau fasilitas tambahan bagi orang yang mau naik LRT ke Velodrome. Mungkin dia bisa dapat akses khusus atau diskon atau promo FNB dan lain sebagainya, jadi dua fasilitas JakPro ini tuh saling terintegrasi. Jadi jangan menganaktirikan, tapi suatu aset harus bisa meningkatkan bisnis aset lain, mem-bundling gitu kan.
Proyek LRT Jakarta sejauh ini seperti apa perkembangannya, selama ini seringkali LRT Jakarta disebut sepi penumpang. Di mata Anda sebetulnya seperti apa?
Jadi gini sebagai operator JakPro ini kan urban rail ya, ini tuh dari jalur yang kecil, sehingga kalau bisa dibilang survive kita teruji si operator LRT Jakarta anak usaha kita ini dengan kondisi jalur yang kecil itu. Kami justru melihat ini sangat tangguh dengan fasilitas sekecil itu, bagaimana dia kejar target ridership itu.
Misalnya target dari Dishub saja, dari 2.600 sekian, kami bisa capai 2.800 sekian. Ini kan ibaratnya kan bisa dipikir begini, segitu aja kita bisa achieve. Bagaimana kalau jalur kita panjang, jangkauan kita besar. Jadi gini kalau kita bicara railway, yang menentukan kalau kita bicara farebox itu kan jangkauannya, pelayanannya, jaringannya. Semakin luas pelayanan, semakin besar jaringannya, tentunya itu juga dari sisi operasional bisa ditutup gitu ya karena mereka bisa menarik penumpang lebih banyak dan melayani masyarakat lebih luas, sehingga farebox lebih besar untuk menutupi operasional itu.
Itu yang menjadi mindset-nya. Bagaimana kita JakPro dengan jalur cuma 5 kilometer ini, bisa upayakan target itu dengan strategi-strategi yang tidak terpikirkan gitu. Misalnya bikin event di tiap stasiun sehingga orang mau datang. Bekerja sama dengan mal-mal dekat situ, dengan fasilitas publik yang ada di sekitar situ sehingga orang mau naik. Kemudian mengundang komunitas atau sekolah-sekolah untuk naik, jadi ada edukasi dan menarik masyarakat untuk naik kereta itu. Jadi operator anak usaha kita ini terlatih survive dengan layanan minim itu mereka mampu membangkitkan farebox-nya itu.
Sampai Manggarai ini yang baru saja groundbreaking, kalau kajiannya kan bisa 70 ribu sampai 100 ribu penumpang per hari, karena kan Manggarai ini hub paling besar. Maka kami challenge sebagai holding ke LRT Jakarta ini tidak hanya duduk diam dan menunggu proyek ini selesai. Mereka harus ikut dari awal, apa yang jadi concern dan bagaimana potensi non farebox-nya apa yang perlu mereka lakukan agar bisa bangkit lagi non farebox-nya. Kami minta mereka itu jalan bareng sama tim konstruksinya. Bagaimana posisi titik-titik digital signage-nya, kalau mau integrasi wilayah istilahnya TOD-nya, mulai dicari semua. Misalnya, ini kan ada lewat Pasar Pramuka bagaimana itu integrasi ke LRT, ini sekarang mereka ikut, sehingga itu jadi matang ketika jadi. Bukan cuma farebox, non farebox-nya juga bisa berjalan.
Jadi bisa dibayangkan kalau kajian ridership-nya aja bisa 70-100 ribu per hari itu kan ibaratnya kita bisa bawa orang utara dan timur itu ke tengah sebanyak itu, dan Manggarai ini mereka yang di situ seperti KCI, kereta bandara ini juga mendapatkan potensi tambahan penumpang. Begitu juga sebaliknya bagi kami. Jadi bisa dibayangkan kita sampai Manggarai aja kajiannya begitu, bagaimana kalau ke tempat lain.
Target penumpang dari Dishub di 2023 bisa dicapai, dari target 2.600 penumpang LRT bisa mengangkut 2.800 penumpang per hari. Apakah ini bisa jadi argumen kuat kalau LRT itu tidak sepi?
Iya betul. Malah kalau kita bicara grafik penumpangnya, itu per harinya sudah membentuk suatu bentuk mobility commuter, jadi itu gambarnya seperti pelana kuda. Pagi dia naik, begitu di atas jam 9-10 dia turun dan konstan, kemudian sore naik lagi. Jadi kan itu indikasi kalau orang gunakan LRT kita ini rutin untuk kegiatan misalnya berangkat ke sekolah atau bekerja ke kantor. Ibaratnya sifat penumpang commuter-nya ini kan sudah jalan, karakter commuter itu kelihatan.
Weekend itu beda lagi bentuknya, dia naik dan konstan, jadi kelihatan orang tidak gunakan untuk kerja atau berangkat sekolah saja, begitu hari libur weekend mungkin karena daerah Kelapa Gading itu banyak kuliner dan mal dan lain-lain itu pagi itu di atas jam 10 naik dia kemudian konstan sampai malam grafik penumpangnya. Itu kan menunjukkan orang banyak yang jalan, mungkin keluarga naik kereta itu. Bisa dibayangkan kalau sampai Manggarai, ini orang dari Bogor misalnya naik commuter line sampai Manggarai, kemudian pindah ke LRT kita ke Kelapa Gading itu untuk wisata kuliner dan lain-lain.
Fokus pengerjaan saat ini apa saja setelah groundbreaking proyek lanjutan LRT ke Manggarai sebulan yang lalu?
Tentu tahapan konstruksi kan dari bawah ke atas, kemudian baru persiapan sistem railway-nya ya. Jadi, sekarang ini mereka mulai kerjakan pondasi. Tapi ada beberapa material besar itu sudah dikerjakan di workshop precast-nya, misalnya girder-nya. Itu akan ada 300 lebih segmen itu girder yang akan dipasang itu sudah mulai dikerjakan di workshop-nya. Jadi tantangannya ini bagaimana siapkan stockyard untuk simpan itu kemudian dibawa dan diinstal.
Targetnya LRT Jakarta akan terhubung dari Pegangsaan Dua ke Manggarai tahun 2026?
Iya sampai 2026. Bicara 2026 itu sudah termasuk begini, proyek railway itu kan tidak sama dengan bangunan gedung, kan kalau gedung dibuat simultan overlap dan lain-lain. Kan kalau kita ini railway setelah selesai civil work, konstruksi, dan arsitektur itu harus ada trial dilakukan sampai terbitnya izin operasi, tes beban dulu, keandalan sistem signaling, komunikasinya, persinyalannya. Jadi itu proses tersebut juga masuk ke dalam timeline pembangunannya.
Karena bicara fasilitas transportasi modern ini yang paling krusial itu, commissioning test-nya, integrasinya, dan tes keandalannya. Kalau infrastrukturnya kan ini kayak bikin jembatan aja standar kayaknya semua kontraktor bisa, tapi bagaimana memastikan commissioning test dan keandalan sistemnya ini butuh waktu besar. Kan harus ada trial and error juga. Kemudian fasilitas transportasi juga kan harus kondisi daruratnya juga harus di-try, misalnya tenaganya mati, mesinnya mati, bagaimana tindakan taktisnya untuk antisipasi masalah itu.
Kalau dari segi sarana perkeretaapian apakah masih akan menggunakan kereta dan teknologi yang saat ini ada, atau mungkin ada pembaharuan teknologi dan sarana baru?
Iya masih sama masih yang lama. Karena kan kalau bicara sarana kereta kan hubungannya ke signaling, power-nya, kemudian juga komunikasinya. Karena kan antar kereta harus ada komunikasi. Setiap kereta juga sumber power dan signaling-nya sudah ada yang eksisting sekarang. Kalau kita mau mengubah dan tiba-tiba berubah teknologi keretanya, sarananya itu akan butuh waktu yang lama lagi. Dengan kondisi jaringan sekarang, dan ditambah Manggarai 6 kilometer, jadi 11-12 kilometer, kalau untuk ubah teknologinya kami rasa belum relevan untuk dilakukan. Kayak di UK saja setelah 100 tahun baru diubah sistem signaling-nya.
Kami saat ini punya 8 rangkaian, ini yang akan digunakan hingga ke Manggarai juga nanti. Dari kajian teman-teman itu memang kalau sampai Manggarai headway-nya masih ter-cover. Jadi tak perlu nunggu waktu lama untuk menunggu kereta berikutnya, ini tetap 10 menit sampai Manggarai.
Waktu tempuh total LRT Jakarta dari Pegangsaan Dua ke Manggarai secara penuh berapa lama?
Kalau per stasiun kan 1 kilometer. Kalau sekarang dari Pegangsaan Dua ke Velodrome, 13-15 menit. Kurang lebih sama dari Velodrome ke Manggarai. Ya kami prediksi sekitar 20-25 menit sampai ke Manggarai. Kalau ditambah lagi jaringannya, atau ridership kita naik, maka headway kita perpendek. Kalau sudah sampai di sana kami baru butuh tambahan kereta karena waktu tunggu itu harus lebih singkat. Utamanya di peak hours, pagi dan sore. Begitu strategi operasinya.
Jalur LRT ke JIS kabarnya bagaimana, apakah tetap akan dilanjutkan?
Jadi kan kalau jalur dari LRT ini, kita sama-sama dengan Dishub itu sudah disusun masterplan-nya, bukan cuma ke JIS. Ke kawasan lain pun sebetulnya sudah ada rencananya. Ke Halim, Klender, Dukuh Atas, itu sudah terencana lah. Masterplan kita kan dasar pemikirannya adalah integrasi, jadi di mana titik-titik atau poin-poin yang memungkinkan bisa terintegrasi lebih masif di situ akan jadi prioritas pasti. Nanti kami tunggu kajiannya lagi mana yang akan jadi prioritas, kita tunggu juga dengan Pemprov. Nanti dilihat dulu sesuai kebutuhan. Ini belum ada target kapan JIS akan dibangun sejauh ini.
Apa saja tantangan pembangunan LRT dari Velodrome ke Manggarai, banyak proyek bermasalah di pembebasan lahan, apakah LRT Jakarta juga mengalami masalah serupa?
Kebetulan kami tidak ada pembebasan lahan karena semua kan kami di area publik ya, posisi tiangnya itu di median jalan. Mungkin tantangan kita itu lebih ke saat konstruksi itu mungkin akan memakan badan jalan, sehingga mungkin akan terjadi kemacetan. Kemudian rumah-rumah dekat konstruksi itu kan mungkin akan terganggu. Tantangan di fase ini, utamanya di kawasan setelah menyeberang dari Matraman itu kan arah Tambak dan Proklamasi itu kan bisa kita bilang areanya padat ya, padat penduduk, lalu lintasnya juga. Bagaimana kita bisa sosialisasikan proyek ini, konstruksinya berjalan dengan target dan orang-orang di sana juga bisa tetap nyaman. Kita sama Wali Kota dan kewilayahan di sana sudah minta bantuan bagaimana untuk sosialisasinya.
Tentunya pelaksanaan di lapangan juga kita kontrol ketat, bagaimana mereka melakukan metode-metode konstruksi, seminimal mungkin itu berdampak ke lingkungan sekitarnya. Misalnya seperti cara mengatur jam-jam produksinya dia, pekerjaan frekuensi tingginya sesuai dengan kondisi jalan begitu.
Penutupan atau pengalihan arus lalu lintas apakah bakal dilakukan juga mengingat posisi proyek sangat berdekatan dengan jalan utama?
Itu memang dimungkinkan, mungkin saat proyek sudah masuk ke instalasi alat berat, misalnya memasang girder atau bagaimana. Tapi mereka sudah mengerti kok, bagaimana pekerjaan berat itu dilakukan di saat-saat orang sudah tidur, sudah pulang kerja semua, jalanan sudah lengang. Mereka baru melakukan itu.
Soal tarifnya apakah sudah ada pembicaraan, saat ini tarif yang ditetapkan Rp 5.000 flat jauh dekat, apakah akan ada kenaikan atau sistem tarifnya berubah jadi progresif bila LRT sudah tersambung hingga Manggarai?
Nah itu kan kembali lagi kalau tarif kan ini ada unsur kebijakan ya. Kami butuh duduk bareng dulu dengan Pemprov, khususnya Dishub, bagaimana sih kelayakan dan keekonomian masyarakat dari tarifnya ini. Ya kita harus kaji bareng dengan Dishub sebagai dinas teknis kita. Kita kan mengkaji ini hanya bagaimana bangkitan ridership-nya sampai Manggarai, nah di situ akan menjadi bahan pertimbangan juga untuk menyusun tarifnya nanti. Misalnya, sampai Manggarai itu bisa sampai 70-100 ribu penumpang kan bisa dipikirkan Dishubnya beban subsidinya seperti apa nanti baru penentuan tarifnya. Sejauh ini belum dibahas oleh kami dan Dishub.
Beralih ke Stadion Jakarta International Stadium (JIS) yang juga menjadi proyek unggulan JakPro, kemarin baru selesai dipakai untuk gelaran Piala Dunia U-17, apakah penyelenggaraan gelaran internasional tersebut di JIS sudah sesuai harapan semua pihak?
Sejauh ini hasil komunikasi kami dengan penyelenggara, dalam hal ini, PSSI dan FIFA mereka itu semuanya berterima kasih. Berarti indikasinya ini kan mereka puas dengan JIS sebagai salah satu venue yang digunakan. Kemudian mereka juga merasa bahwa JIS ini memang stadion untuk bola. Semua happy dengan itu. Saya melihat ini menjadi kesempatan kita untuk bisa menjaga komunikasi intens dengan mereka, khususnya dengan FIFA, supaya apa? Supaya improvement dan penyempurnaan ke depan kita sebagai pemilik venue akan bertambah, jadi capacity building-nya pengelola makin bertambah karena kita dapat pintu komunikasi dengan FIFA.
Nah ketika JIS besok-besok mau dipakai untuk kegiatan internasional, match FIFA berikutnya misalnya ini akan lebih mudah. Karena kita sudah tahu kaidah-kaidah apa saja yang mesti kita siapkan. Ini yang di-improve sama teman-teman pengelola. Mereka juga menjadi bisa lebih memahami karakter bangunan ini. Ini kan perlu penanganan khusus bangunan sebesar ini, misalnya ketahanan terhadap iklim dan cuaca, itu teman-teman terus mempelajari itu sehingga bisa lebih klop dengan bangunan itu.
Apa strategi yang dilakukan JakPro untuk lebih banyak menambah pemasukan dari JIS. Sebagai stadion sepak bola di Jakarta apakah ada niatan JIS untuk menjadi stadion utama bagi klub sepak bola Persija yang memiliki jadwal pertandingan reguler?
Kami sudah ke arah situ. Kita sudah komunikasi intens dengan Persija, harapannya target kita tahun 2024, JIS itu sudah bisa digunakan untuk liga. Kami komunikasi dengan Persija, bukan cuma agar mereka bisa main di situ tapi kita ajak bersinergi supaya bisa melibatkan mereka untuk manage crowd-nya. Karena kan karakter penonton sepak bola sedikit berbeda nih. Itu mereka yang tahu bagaimana manage crowd itu, itu kita ajak dan bersinergi. Kami juga bicara dengan komunitas suporternya, Jakmania juga.
Harapannya sinergi lebih dalam lagi dengan klub bola ini kita bisa menjaga venue ini lebih baik dan lebih bagus lagi. Jadi orang datang ke JIS itu bisa merasakan mereka kembali ke rumah, mereka bisa menjaga sendiri dan ini bisa lebih bertahan fasilitas ini kalau lakukan hal positif seperti ini.
Target ini 2024 insyaallah, karena kami juga tidak mau JIS ini lepas dari fungsi utamanya sebagai stadion bola. Jadi bukan hanya FIFA dan PSSI saja, liga terbesar di Indonesia juga harus terjadi di stadion ini.
Ada strategi apa lagi dari JakPro untuk mengoptimalkan JIS, apakah akan ada rencana pengembangan kawasan integrasi di sekitar stadion juga?
Hal itu kami sudah ada kajian bagaimana mengelaborasi kawasan ini, as a kawasan, bukan cuma stadion aja. Rencananya kawasan olahraga terpadu, sehingga beban operasional venue ini bisa ditutup dari kegiatan komersial lainnya. Bukan hanya di dalam stadion saja, tapi sebagai kawasannya. Ini ada masterplan-nya, kita lakukan bertahap, Cuma kita tak bisa lepas dari Pemprov untuk melakukan ini dan itu, karena kan mereka pemilik lahannya. Tidak hanya kegiatan di tanahnya kita mau bangkitkan bisnisnya. Kita lakukan terus kajiannya. Ke depan di 2024 mungkin sudah bisa jalan. Jadi sportainment bisa jalan, multipurpose event bisa jalan, kegiatan komersial daily juga berjalan.
Biasanya stadion utama juga sering dipakai untuk konser, JIS bagaimana, apakah sudah ramai jadwal konser di JIS?
Ini sudah mulai jalan juga. Karena kita kan tidak bisa lepas kalau prinsip kami kan sportainment, sport and entertainment. Memang utamanya sport karena marwah stadion ini kita tak mau lepaskan. Nah di sela sport itu bisa kita kerjakan hal lain, harapannya bisa seimbang dan target komersial bisa tercapai. Apalagi setelah U-17, akses lebih matang, apa-apanya makin sempurna. Jadi semua kegiatan itu bisa di-manage lebih baik.
Ada konser besar apa dalam waktu terdekat ini?
Desember ini saja ada TWICE, girl band Korea. Kemudian akan ada juga Golden Disc Award di 2024. Itu adalah penghargaan Emmy Awards-nya K-Pop. Itu diselenggarakan di Indonesia. Jadi bisa dibilang artisnya pada datang. Target kita bukan orang sini saja jadinya yang nonton. Intinya di 2024 juga tim kita berkomunikasi dengan EO-EO besar, bagaimana kegiatan entertainment bisa lebih intens di tempat kita. Mungkin akan ada surprise artis besar nantinya. Jadi nanti stadion ini akan ramai. Venue kita ini jadi berkembang.