Siasat Pertamina Jaga Kedaulatan Energi RI Lewat Kilang

Eksklusif Dirut Kilang Pertamina Internasional

Siasat Pertamina Jaga Kedaulatan Energi RI Lewat Kilang

Ilyas Fadilah - detikFinance
Senin, 29 Apr 2024 11:56 WIB
Dirut KPI Taufik Aditiyawarman.
Foto: Rista Rama Dhany/detikcom
Jakarta -

Keberadaan Kilang minyak cukup vital bagi suatu negara, khususnya menyangkut dengan ketahanan energi. Saat ini Indonesia memiliki enam kilang yang dikelola langsung oleh PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Kilang Pertamina Internasional (KIP).

Keenam kilang tersebut adalah Kilang Minyak Plaju, Sumatera Selatan, Kilang Minyak Putri Tujuh , Riau, Kilang Minyak Cilacap, Jawa Tengah, Kilang Minyak Balikpapan, Kalimantan Timur, Kilang Minyak Balongan, Jawa Barat, dan Kilang Minyak Kasim, Papua.

Salah satu kilang yang sedang dikembangkan Pertamina adalah proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, yang bakal membuat kilang ini jadi yang terbesar di Indonesia dengan kapasitas 360 barel per hari. Proyek ini merupakan yang terbesar sepanjang sejarah Pertamina.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sisi lain, publik banyak yang tidak tahu bahwa kilang minyak yang dikelola KIP tidak hanya memproduksi bahan bakar minyak (BBM) saja, namun juga memproduksi bahan pelumas hingga petrokimia bernilai tinggi. Untuk mendukung penyebaran informasi manfaat besar kilang minyak, detikcom menghadirkan wawancara khusus bersama Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman.

Kilang itu sendiri sebenarnya apa sih yang dikerjakan di kilang? Boleh dijelaskan sedikit nggak, KPI itu sebenarnya core business-nya apa dan apa yang dilakukan?

Baik, KPI atau Kilang Pertamina Internasional sebenarnya tugas utamanya adalah untuk mengolah minyak mentah menjadi produk utamanya BBM, mungkin ada produk tambahan seperti petrokimia dan LPG, artinya non-BBM. Jadi secara umum kilang-kilang kita termasuk Kilang Balikpapan ini, ada enam kilang yang beroperasi di Indonesia itu, yang mulai di Dumai, kemudian Plaju, kemudian di Balongan, kemudian Cilacap, Balikpapan, dan Kasim di Papua, itu total capacity kita terpasang 1.05 juta barel per hari saat ini, untuk mengolah minyak mentah menjadi produk BBM, yang mana produk BBM ada bensin, kemudian Solar, bahasa umumnya berikut turunannya lah ada Pertadex, kemudian Pertamax, Pertalite, nah itu porsinya kira-kira 800 ribu barel per hari.

ADVERTISEMENT

Selebihnya berarti kan dari 1,05 juta barel per hari itu ada yang diproduksikan menjadi LPG, ada juga yang menjadi bahan petrokimia, petrokimia hulu bukan petrokimia hilir, nah termasuk di Balikpapan ini. Kemudian tugasnya, kembali ke pertanyaan tadi, tugas kilang itu adalah manufacturing produk-produk tadi. Di mana peran untuk distribution sama sales itu ada di subholding lain yaitu (Pertamina) Patra Niaga, kira-kira itu. Kemudian feedstock-nya tadi yang crude oil yang untuk domestik kita ambil dari produk upstream, subholding upstream. Jadi semua produk upstream kita ambil namun kan karena kebutuhan domestik BBM juga besar dan kapasitas kilangnya juga besar ya ada crude yang harus kita impor untuk feedstock itu, secara umum seperti itu.

Posisi KPI ini sangat strategis sekali dalam konteks memastikan bahwa bahan bakar yang ada di republik ini terjamin ya, karena semua proses ada di sini?

Bener, jadi manufacturing BBM ya ada di kilang-kilang kita ini. Malah produk kilang pun nggak cukup untuk pemenuhan BBM dalam negeri sehingga Patra Niaga juga masih melakukan impor untuk produk yang gasoline lah. Karena diesel sama avtur kita sudah mandiri sejak 2019.

Tapi bagaimana pun juga biar itu kapasitasnya ditingkatkan terus sehingga memastikan bahwa kedaulatan energi itu ada di tangan Indonesia sendiri.

Betul makanya ini salah satu proyek yang sedang dilakukan di Balikpapan yaitu expansion ya melalui RDMP, kemudian juga ada Grass Root Refinery, itu tujuannya untuk meningkatkan kapasitas. RDMP itu Refinery Development Master Plan. Jadi artinya lebih ke arah expansion existing refinery. Kalau Grass Root Refinery itu yang kita punya PSN adalah GRF Tuban. Jadi Grass Root Refinery itu bedanya dengan RDMP, Grass Root Refinery adalah refinery yang terintegrasi dengan petrokimia industri. Jadi dari crude oil sebagian diambil menjadi BBM menjadi produk petrokimia.

Dari 6 kilang yang ada di Indonesia, ini yang paling besar?

Nantinya setelah revamp akan menjadi lebih besar. Saat ini yang terbesar Cilacap, 340 ribu barrel per hari. Kemudian Balikpapan kan 260 ribu barel per hari, Balongan 150 ribu per hari.

Nah RDMP menjadi proyek strategis nasional (PSN)?

Ini masuk PSN.

Sebelum bicara soal PSN, jadi peningkatan itu memberikan ruang berapa persen kenaikannya?

Jadi yang pertama RDMP Balongan yang sudah selesai kami lakukan itu meningkatkan kapasitas menjadi 150 ribu barel per hari dari 125 ribu barel per hari. Kalau di Balongan kan sudah bisa memproduksikan ultra low sulfur kualitasnya. Dampaknya adalah ultra low sulfur itu kandungan sulfur dalam BBM-nya 10 ppm (part per million), itu udah Euro 5 kategorinya. Standar udah paling atas sekarang, standar internasional. Nah ini nanti Balikpapan akan ada tambahan 100 ribu barel per hari kemudian juga ke Euro 5, ke 10 ppm juga nantinya. Sehingga pada ujungnya nanti kita akan memproduksikan BBM yang kualitas Euro 4 paling tidak atau Euro 5.

Atas alasan itulah kemudian ini ditetapkan sebagai PSN sejak tahun?

2018.

Maksudnya ini dikawal juga oleh pemerintah sehingga ini terlaksana dengan baik?

Betul, pemerintah close monitoring karena ini PSN, kita reporting ke government juga setiap bulan lah reguler soal progres-progres ini. Dan ini menjadi concern semua pihak, stakeholder. Malah beberapa PSN ini kan sering juga kunjungan, baik dari parlemen, kemudian dari kementerian juga sering ke sini karena mereka juga ingin adanya peningkatan kapasitas dan kualitas dari kilang untuk pemenuhan BBM tadi. Tadi nyambung tadi ini yang pekerjaan CDU (Crude Distillation Unit) revamping inilah yang sedang dilakukan. Revamp artinya diperbaharui.

Jadi barang ini sudah ada sebelumnya tapi ditingkatkan kapasitasnya?

Betul, ditingkatkan kapasitas sama ada tambahan unit, ini kan disebut Preflash Column, artinya untuk istilahnya pemanasan crude oil yang masuk.

Jadi ini teknis ya temen-temen, jadi yang ditambang di tambang-tambang minyaknya Pertamina itu adalah menghasilkan minyak mentah atau disebut crude oil. Nah crude oil itu nggak bisa langsung dipakai ya?

Nggak bisa langsung jadi BBM, nggak bisa. Jadi harus diproses dulu.

Prosesnya apa namanya?

Proses itu adalah ada crude distillation unit, nanti di sini ada CDU namanya. Crude Distillation Unit, berarti kan didestilasi lah istilahnya bahasa umumnya. Nah sebelum masuk CDU ada dipanasin dulu nih di Preflash Column.

Jadi untuk minyak mentah untuk jadi Solar, jadi Pertamax, jadi Pertalite, itu dipanaskan prosesnya?

Dipanaskan dulu kemudian masuk ke CDU dipisahin mana yang ringan, porsi ringan di atas, porsi berat bottom-nya di bawah. Nanti diproses lagi, kalau yang ringan ke processing di RFCC (Residual Fluid Catalytic Cracking) itu ada untuk bottom product ya untuk jadi produk-produk gasoline nanti di ujungnya.

Minyak mentah yang namanya crude oil itu masuk pertama kali ke sini?

Masuk ke sini dulu, ini namanya Preflash Column, kemudian Crude Distillation Unit. Yang Column, yang tinggi yang ini. Dari 200 ribu yang CDU 4 menjadi 300 ribu. Ada lagi satu lagi CDU 5, 60 ribu kapasitasnya.

Ini yang kemudian menjadi proyek utama sekarang?

Yang saat ini kita fasenya akan meningkatkan kapasitas dulu sampai dengan bulan Mei lah, insyaallah bulan Mei selesai pekerjaan ini, baru nanti bergeser ke RFCC di sebelah belakang.

Tadi bapak katakan 200 ribu menjadi 300 ribu, itu per apa?

Per barel per hari, kapasitas per hari.

Dan itu banyak sekali ya?

100 ribu kali 159 liter, nah kira-kira itu perbandingannya.

Ini melibatkan kerja dari siapa aja?

Ini yang kerja di sini join operation (JO) antara Hyundai, Rekind (PT Rekayasa Industri), sama PP (Pembangunan Perumahan) dikerjakan dari 2018. Efektifnya 2019, artinya kan mereka JO bekerja dan tentunya mereka didukung oleh sub kontraktor sub kontraktor lokal maupun regional lah, tapi major itu lokal.

Dan bulan Mei rencananya selesai?

Yang CDU revamping selesai bulan Mei.

Boleh jelaskan lagi pak, ini ada dua menara, saya orang awam jadi bilangnya dua tabung seperti menara yang menjulang, sebelah kiri dan sebelah kanan, bedanya apa?

Ini kan masih di CDU kompleks. Ada unit baru yang sebelah kanan itu adalah unit baru yang namanya Preflash Column untuk ngangetin dulu dan misahin yang fraksi ringan sama yang berat. Fraksi ringannya diolah tapi yang masuk ke CDU ini adalah yang middle ke bawah.

Kemudian diintegrasikan dengan eksisting unit yang CDU 4 ini eksisting, tapi kita modifikasi ditambah kapasitas, kemudian tray-tray di dalamnya ditambahin. Column itu di dalamnya ada tray, ada laci-laci gitu. Itu yang memisahkan minyak yang berat kemudian yang middle, yang di bottom-nya seperti apa. Nanti dari sini, baru yang bawahnya diolah ke RFCC itu yang unit baru.

Sebentar, jadi kolom ini nanti isinya itu adalah berbagai jenis minyak yang dibatasi oleh semacam laci-laci atau yang disebut Pak Dirut tadi tray. Yang atas biasanya yang paling ringan pak? Kualitasnya bisa dikatakan lebih baik?

Atas ringan itu gini, komposisi ringan itu biasanya kelas gasoline atau pun bensin lah. Avtur di bawah. Avtur, kerosene (minyak tanah), diesel, itu middle mau bawah. Yang di bawah adalah bottom, itu kan ada bottom product, biasanya non valuable, bukan komponennya BBM. Nah itu yang harus diolah lagi. Sebelumnya menjadi bottom product tapi mungkin bukan masuk ke dalam valuable product, komersial.

Atau pun kalau misalnya dikomersialkan nilainya rendah. Karena itu ada upaya untuk meningkatkan kualitas?

Nilainya rendah, (ada upaya) meningkatkan value dari bottom product supaya menambah marginnya kilang.

Supaya ada potensi komersialnya menjadi lebih tinggi lagi. Itu lah yang disebut proyek kedua yang namanya RFCC? Tapi intinya intinya dua ini (CDU) yang sebelah kiri yang lama, yang kemudian ditambahkan yang kanan yang baru, dan kemudian diintegrasikan?

Diintegrasikan dengan yang lama. Beroperasi bulan Mei on stream bisa. Menambah kapasitas 100 ribu barel per hari.

Sekarang RFCC, ini yang namanya RFCC. Itu apa RFCC?

Nanti RFCC kan Residual Residual Fluid Catalytic Cracking. Jadi residu-residu yang dari sini, dari CDU tadi itu diolah ke RFCC. Itu menjadi produk gasoline dan turunannya.

Yang tadi bapak katakan di sini (di CDU) itu tidak terlalu banyak nilainya sekarang diolah lagi ke sebelah sana sehingga nilainya meningkat di level setingkat gasoline.

Gasoline itu bensin, ada Pertalite, Pertamax, itu nanti kan dapat kualitas Euro 5, artinya udah 10 ppm sulfur content. Jadi itu lebih bagus.

RFCC ini sama seperti CDU? 2018 juga, bersamaan?

Bersamaan ini satu project yang dari RDMP ada preflash coloumn-nya di sini, kemudian scope-nya revamping-nya CDU, sama RFCC, ada juga nanti yang utility lah, ini kan processing unit-nya ini.

Ini (RFCC) berarti baru semua?

Ini baru semua, yang RFCC baru.

Selain di Balikpapan, di kilang lain?

Ini nanti menjadi RFCC terbesar di antara kilang kita, karena ini kapasitas 90 ribu barel per hari. Nah kita punya di Balongan 80 ribu dan Cilacap 60 ribu. Ini yang terbesar.

Sama seperti CDU juga, bulan Mei?

Ini Agustus nanti on stream. Mechanical completion mulai, mungkin on stream antara September-Oktober lah.

Boleh diceritakan RFCC ini proyek yang benar-benar baru.

RFCC adalah bagian dari proyek RDMP Balikpapan, itu bagian dari scope-nya RDMP Balikpapan, di mana tugas dari RFCC adalah mengolah residu dari hasil CDU tadi menjadi produk gasoline, kemudian ada petrokimianya Propylene, kemudian ada juga LPG.

Propylene itu adalah produk petrokimia buat apa?

Propylene adalah produk dari RFCC ini untuk kebutuhan bijih plastik. Nantinya Propylene yang dari dihasilkan dari Balikpapan, 225 ribu ton per tahun, kita akan bawa ke Balongan, karena di Balongan ada kilang untuk pengolahan Propylene menjadi Polypropylene, atau disebut juga bahasa dagangnya bijih plastik. Bijih plastik nanti diambil oleh perusahaan-perusahaan industri plastik.

Itu dari produk yang sebelumnya nilainya rendah sekali?

Rendah, jadi bottom product di sini (CDU) kemudian diolah lagi di RFCC menjadi salah satunya Propylene.

Ini murni baru semua bangunannya?

Ini baru semua.

Bisa diceritakan yang hijau ini apa?

Yang hijau adalah RFCC column, kemudian yang putih adalah Propylene Splitter, jadi kolom untuk menghasilkan Propylene. Kemudian ada juga yang ke sebelah sana untuk produk LPG.

Dan ini kalau dilihat konstruksinya lumayan serius ya?

Ini serius kompak ya, jadi konstruksinya sangat kompak, kemudian tingginya 110 meter yang Propylene Splitter yang putih. Kemudian beratnya hampir 1.000 ton. Ini mechanical completion-nya Agustus, jadi setelah CDU selesai, kemudian mereka menyelesaikan sisa pekerjaan, tapi programnya sudah hampir 92%.

Luasnya berapa?

Ini sekitar 300 hektare semua, kawasan kilang ini, ini termasuk dengan yang RDMP ini lah tambahannya.

300 hektare jumlah orang yang bekerja ada berapa?

Peak-nya ada 28.000. Itu majority untuk selama proyek ya untuk mengerjakan konstruksi dan saat ini di kisaran 23 ribu yang bekerja di lapangan.

Itu ngaturnya nggak mungkin Pakai WhatsApp kan ya?

Nggak mungkin.

Yang ngatur orang segitu banyak gimana?

Pengaturannya itu kan ada beberapa blok pekerjaan ya. Jadi blok pekerjaan yang di CDU, di OSBL itu ada di daerah utility, kemudian di processing. Processing juga dibagi-bagi lagi, kemudian mungkin ada yang di pipa konstruksi seperti itu di pipe rack. Itu ya nggak segerombolan di satu tempat, tapi dibagi-bagi per grup.

Nah itu terintegrasikan?

Terintegrasi oleh si JO, kemudian manajemennya, kemudian oleh KPB dan RU V di sini.

Begitu luas kegiatan operasi di Balikpapan ini. Berbagai kegiatan dilakukan dan berbeda-beda barangkali aim-nya dan tujuannya. Mengintegrasikannya gimana pak, proses sistem ini berjalan dan terkontrol?

Ya semua mulai dari masuknya crude sampai keluarnya produk itu semua ada diintegrasi di control room kita yang mengintegrasikan seluruh proses unit-unit ini.

Kita bisa ke sana pak?

Bisa, ayo kita jalan ke sana kita jelasin di sana.

Ini adalah wilayah control room di mana di sini semua sistem terintegrasi dan dilakukan pengecekan ya, kontrol juga pengawasan. Mulai dari yang sebelah kanan dulu ini apa?

Ini adalah control panel untuk preflash column yang tadi saya cerita ada pekerjaan di CDU unit, inilah control room-nya, di sini sekarang lagi proses pengintegrasian ke sistem eksisting. Karena kan nanti prosesnya disesuaikan, harus flowing.

Kemudian di sini adalah hydrocracking unit, HCU dari preflash column ke HCU unit, kemudian ada mungkin di sana adalah untuk CDU, empat, tapi ini masih yang eksisting sistem yang 200 ribu, nanti begitu udah naik 300 ribu itu juga harus di-set lagi.

Ini mereka jaga 24 jam?

Mereka kerja 24 jam, tapi ada shift, tiga shift kalau tidak salah, delapan jam-delapan jam.

Kontrol dilakukan di sini atau pengawasan aja pak?

Ini control process di sini. Nanti di sini kemudian mereka juga koordinasi dengan yang di lapangan, baik melalui radio, mereka akan selalu bawa radio.

Prosesnya nggak pernah berhenti ya?

Proses berhentinya hanya pada saat turnaround. Selebihnya jalan 24 jam, dan harapannya tidak ada jeda kan di kilang itu. Jadi berproduksi terus.Jadi ruangan ini control room untuk grup CDU, kemudian ada hydrocracking unit, tapi bukan RFCC. RFCC nanti ada di control room yang lain.

Bisa nggak sih ini dikatakan sebagai bagian penting dalam governance di kilang?

Betul, di kilang ya ini, aliran proses dari berapa jumlah crude oil yang mengalir, yang masuk ke kilang kita. Kemudian dari sini berapa produk yang dihasilkan. Berapa yang bergerak keluar. Nanti tambahan control room yang RFCC unit itu untuk tambahan pongontrolan produk yang baru seperti LPG kemudian Propylene sama gasoline yang Euro.

Kita lihat lagi ke sana, ini panjang loh agak lumayan keder lihatnya agak bingung, teknis sekali.

Makanya ada beberapa grup kan. Yang diawasi kan proses flow diagram di setiap unit proses yang setiap tim ini kan mengawasi proses spesifik, jadi ada yang tim di sini, kemudian tim di meja yang lain, ada unit proses yang berbeda.

Kita sudah lihat di control room, kita lihat diagram dan sistem kerja. Kita lihat juga Balikpapan itu kilangnya semasif apa, ada tempatnya?

Ada kita nanti akan lihat ke rooftop kantor yang tadi awal kita bergerak.

Jadi dari control room saya masih penasaran sama RFCC ini, karena ini kan masih baru ya di fasilitas kilang Balikpapan ini. Dalemnya kayak gimana sih, kita lihat dari luar aja tadi, nah ternyata dalamnya seperti ini, banguannya cukup kompleks juga. Ini yang kita lihat tadi dari luar ya?

Ini Propylene Splitter, 110 meter. Jadi ini dari sini dihasilkan Propylene, tadi yang petrokimia.

Ini sudah 90%-an?

Ya 92% lah tepatnya. Nah ini diharapkan, ditargetkan di bulan Agustus sudah mechanical completion, kemudian insyaallah sudah bisa berproduksi. Jadi dari sini, yang belakang itu untuk Propylene, kemudian yang ini untuk LPG, LPG Recovery Unit. Ini adalah bagian dari RFCC kompleks RU V Balikpapan, jadi bagian unit baru.

Dan ini adalah RFCC dengan kapasitas produksi terbesar?

Kapasitas terbesar di Indonesia nih kita miliki, 90 barel per hari untuk RFCC.

Ini saya lihat banyak sekali, serius sekali nanganin, spanduk soal keselamatan kerja. Dan ini merupakan komitmen KPI juga kayaknya ya?

Betul, karena memang safety juga itu di industri migas itu yang ultimate lah. Jadi kita mau berprestasi apapun tapi begitu ada fataliti itu akan menghilangkan yang bagus-bagusnya. Sehingga kita sangat concern terhadap safety, termasuk di project RDMP Balikpapan ini. Makanya campaign safety campaign salah satu implementasi safety campaign banyak spanduk-spanduk seperti itu.

Dan kalau kita lihat semuanya pakai seragam lapangan yang serius. Sepatu, helm, kacamata, ini juga bagian dari komitmen menjaga K3 itu. Kita akan bicara lebih banyak lagi soal keselamatan, soal SDM dan lain sebagainya di tempat kita terakhir nanti di rooftop. Tapi saya mau jelasin sama Anda detikkers, ini Splitter ini ini tingginya 110 meter?

Tinggi 110 meter. Berarti kalau ekuivalennya bisa 33 lantai kalau bagunan tuh, high-risk building.

Ini Kilang Balikpapan from bird eye view istilahnya, kelihatan semua nih. Jadi yang di sebelah sana (CDU) akan selesai Mei, yang ini (RFCC) Agustus.

Kemudian nanti di akhir tahun ada nafta block, itu artinya kan sudah paripurnanya lah proyek ini penyelesaiannya.

Kalau kita bicara soal kilang itu kan salah satu highlight, bahkan mungkin ya, mungkin salah satu ikon dari Kota Balikpapan, ada kilangnya. Nah sebenarnya kalau kita lihat di kilang ini tadi, bapak tadi bilang dalam sekali pekerjaan menampung sekitar 28 ribu. Bicara multiplier effect?

Itu sangat besar. Keberadaan kilang tentunya dari mulai pelaksanaan proyek, sampai dengan nanti beroperasi itu multiplier effect-nya sangat signifikan. Misalnya pada saat konstruksi aja, ini proyek kan skalanya PSN, investasinya hampir US$ 7,4 miliar dolar, TKDN 35%. Artinya TKDN 35% berarti kan kontribusi dalam negeri 35% dari investment, dari situ dulu.

Kemudian dari tenaga kerja yang terlibat 28 ribu pada saat peak-nya. Nah tenaga kerja ini kan datang tidak cukup dari Balikpapan saja, tapi ada yang dari Jawa, dari Sulawesi, dari Sumatera, nah tentunya mereka kan di sini pun perlu tempat tinggal. Perlu tempat tinggal kemudian bahan kebutuhan pokok, ini kan ke daerah pasti memberikan dampak.

Malah tahun lalu kalau tidak salah pemerintah Balikpapan memberi apresiasi ke RDMP ini memberikan dampak positif terhadap PAD Balikpapan, itu salah satu kontribusi nyata selama pelaksanaan proyek. Nanti setelah selesai, setelah beroperasi ini kan nambah kapasitas, berarti tenaga kerja yang bekerja di sini akan nambah. Tadi saya dapat laporan dari tim itu akan nambah hampir 1.200 orang. Ketika dua proyek ini beroperasi.

Belum yang tenaga-tenaga mitra kerja, itu sudah pasti banyak, karena kan untuk me-maintenance sebesar ini 300 hektare area ini bisa dibayangkan sebanyak apa tenaga kerja yang kita butuhkan. Belum skill set, teknologi baru yang masuk kita belajar lagi, nah untuk bisa nantinya kita leading kan di refinery itu.

Bicara soal keselamatan kerja yang kita lihat tadi spanduk-spanduknya, itu menunjukkan bagaimana komitmen Pertamina Kilang terhadap keselamatan kerja karyawannya ya?

Yang utama dalam kita mengoperasikan industri migas, termasuk di kilang ini, sejauh ini di RDMP project sudah hampir 56 juta jam kerja selamat. Jadi dari nihil celaka, nah itu kan prestasi yang luar biasa, 56 juta jam kerja ini. Karena dengan masifnya tenaga kerja, itu pun sudah memberikan kontribusi yang besar.

Aspek keselamatan kerja dalam kegiatan konstruksi, kemudian mobil yang masuk mungkin harus diesel, kemudian bagaimana mereka bekerja di lapangan, itu yang juga kita perhatikan, termasuk juga komitmen dari kita, dari kontraktor, kemudian dari para sub kontraktornya.

Tiga objektif dari PSN RDMP Balikpapan yang pertama kan jelas meningkatkan kapasitas. Dari 260 ribu barel per hari untuk memasak minyak mentah menjadi 360 ribu barel per hari. Kemudian dari segi kualitas, sebelumnya ini dari Kilang Balikpapan ini kualitas BBM Euro 2, itu bicara di 500 ppm sulfur. Nah nantinya setelah RDMP Balikpapan, menjadi Euro 5 hanya 10 ppm sulfur. Kenapa 10 ppm penting? 10 ppm ya untuk lower emission, kemudian untuk kesehatan juga, dampak terhadap kesehatan juga risikonya lebih kecil.

Yang ketiga tentunya kompleksitas daripada kilang ini meningkat. Kita biasa pakai namanya Nelson Complexity Index untuk mengukur kompleksitas dari kilang. Semakin besar Nelson Complexity Index, semakin kecil residu yang dihasilkan dari kilang. Artinya semua minyak mentah itu udah jadi produk yang bernilai.

Nah dari sini Kilang Balikpapan, dari sisi kompleksitasnya naik dari 3 menjadi 8. Nah sehingga tentunya dengan tambahan tadi RFCC itu menambah complexity index naik, sehingga residu itu semakin kecil.


Hide Ads