Wakil Menteri Keuangan Any Ratnawati menjelaskan turunnya debt to GDP ratio Indonesia didorong oleh dampak krisis global yang mengakibatkan harga beberapa komoditas turun.
"Implikasi krisis Eropa dan Amerika tidak hanya volume, tapi juga terlihat penurunan harga produk dunia. Kita lihat inflasi kita sudah mengalami deflasi karena turunnya harga emas dunia, karena turunnya harga yang lainnya," kata Any di sela Economic Outlook 2012 di Jakarta, Kamis (3/11/2011).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Posisi utang negara-negara Yunani dan Eropa rata-rata debt to GDP diatas 100%. Kita berharap Indonesia debt to GDP Ratio akan menurun hingga angka 24 persen, kalau inflasi rendah, suku bunga rendah, bunga utang bisa kita koreksi, Maka kita akan penghematan Rp 900 miliar," jelasnya
Penghematan Rp 900 miliar, tambah Any, didorong oleh perubahan asumsi makro untuk yield (imbal hasil) Surat Perbendaharaan Negara (SPN) menjadi 6,40%.
Lebih jauh Any mengungkapkan penurunan ekonomi dunia akan terus terjadi sehingga Indonesia tetap harus waspada. "Namun fundamental kita kuat, tidak perlu khawatir namun tetap waspada," tambah Any.
Berdasarkan data kementerian keuangan, total utang pemerintah Indonesia hingga September 2011 mencapai Rp 1.754,91 triliun. Dalam sebulan jumlah utang itu naik Rp 10,57 triliun dibanding posisi Agustus 2011 yang sebesar Rp Rp 1.744,34 triliun.Berikut catatan utang pemerintah pusat dan rasionya terhadap PDB sejak tahun 2000:
- Tahun 2000: Rp 1.234,28 triliun (89%)
- Tahun 2001: Rp 1.273,18 triliun (77%)
- Tahun 2002: Rp 1.225,15 triliun (67%)
- Tahun 2003: Rp 1.232,5 triliun (61%)
- Tahun 2004: Rp 1.299,5 triliun (57%)
- Tahun 2005: Rp 1.313,5 triliun (47%)
- Tahun 2006: Rp 1.302,16 triliun (39%)
- Tahun 2007: Rp 1.389,41 triliun (35%)
- Tahun 2008: Rp 1.636,74 triliun (33%)
- Tahun 2009: Rp 1.590,66 triliun (28%)
- Tahun 2010: Rp 1.676,15 triliun (26%)
- September 2011: Rp 1.754,91 triliun (27,3%).