Mantan Menteri Keuangan ini mengatakan, pemerintah Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan infrastruktur yang sangat besar. Bahkan infrastruktur jalan menjadi hambatan terbesar bagi swasta untuk menanamkan investasinya.
"Setelah keluar dari hotel ini, Anda langsung menemui kemacetan. Ini tidak saya temukan di Washington," sindirnya dalam acara ASEAN Minister's Investor Seminar di Hotel Shangri-La, Jakarta, Selasa (8/11/2011).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak ekonomi ASEAN tertinggal karena pembangunan infrastruktur yang tidak mendukung kebutuhan pertumbuhan dan konektivitas," ujar Sri Mulyani.
Misalnya Filipina, tambah Sri Mulyani, kualitas infrastruktur kota seperti jalan, pelabuhan, dan bandara diidentifikasikan sebagai penghambat investasi dan pertumbuhan. Selain itu, lebih dari 15% perusahaan manufaktur di Laos masih mengandalkan generator sehingga menyebabkan masih kekurangan daya pasokan listrik.
Untuk menutupi kebutuhan pembangunan infrastruktur yang luas dibutuhkan investasi baru di bidang Information Communication Technology (ICT), seperti untuk infrastruktur transportasi, pelabuhan udara dan pelabuhan laut, serta proses inovasi untuk meningkatkan rantai nilai dan konektivitas yang efisien.
"Peningkatan produktivitas dan kualitas infrastruktur di kawasan ini, tidak hanya meningkatkan industri manufaktur juga dapat memfasilitasi diversifikasi industri guna meningkatkan nilai tambah untuk meningkatkan ekspor," pungkasnya.
(nia/dnl)