Direktur Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo) Joni Liano mengatakan, pemerintah mengklaim sapi lokal banyak namun karena berbagai masalah sapi lokal ini tidak jadi daging.
"Sapinya banyak kata pemerintah gitu, tapi banyak sapi lokal ini tidak jadi daging," kata Joni kepada detikFinance, Rabu (4/7/2012).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena buruknya tata niaga sapi lokal membuat sapi tidak terkirim ke daerah pembeli terutama di DKI Jakarta yang konsumsi dagingnya paling besar mencapai 70%, ini membuat banyak sapi yang tidak bisa dipotong," ucap Joni.
Selain itu, buruknya Rumah Pemotongan Hewan (RPH) juga memiliki peran besar, karena hasil potongan RPH yang tidak baik membuat standar dan mutu daging sapi kurang baik sehingga oleh pasar terutama ritel moderen ditolak.
"Kita dari asosiasi sudah sering ngomong ke pemerintah, kalau masalah ini tidak terselesaikan maka kita akan terus tergantung dengan daging impor," tegasnya.
Terkait harga daging yang terus menanjak naik khususnya menjelang bulan puasa, menurut Joni bukan dikarenakan adanya permainan mafia daging sapi.
"Naiknya harga daging sapi dipasaran ini dikarenakan faktor suplai dan demand saja, tidak ada mafia-mafiaan, karena pengusaha rugi menahan memotong sapi atau menimbun daging sapi, karena kalau sudah waktunya harus dijual ya harus, karena kalau tidak pengusahanya sendiri yang rugi," tukasnya.
(rrd/dnl)