Pada pertemuan itu, Dirut KAI, Ignasius Jonan menyampaikan keinginannya agar saat pengembangan KRL bandara tuntas, transportasi penunjang atau People Mover System (PMS) berkonsep monorel yang menghubungkan terminal 1, 2 dan 3 juga selesai dibangun.
Transportasi ini diperlukan supaya penumpang tidak merasa enggan memanfaatkan KRL bandara karena harus pindah dan antre menggunakan shuttle bus ketika monorel antar terminal belum ada.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, proses pengembangan KRL Bandara masih dalam tahap tender dan pembebasan lahan. Namun, ia optimis pada awal 2014 pengembangan KRL bandara telah tuntas.
Di tempat yang sama, Direktur Pengembangan Kebandarudaraan & Teknologi AP II, Salahudin Rafi mengatakan pada Maret 2014, pembangunan stasiun kereta Bandara Soetta untuk KRL tuntas dilakasanakan. Namun, untuk pembangunan monorel antar terminal, belum bisa selesai berbarengan saat stasiun bandara selesai dibangun.
"Stasiun bandara selesai Maret 2014 dan sudah selesai bareng sama KAI. Kalau People Mover System (PMS) gak bisa, paling tidak awal 2015 tuntas," kata Rafi.
Rafi beralasan, pengembangan integrated building Bandara Soetta yang termasuk di dalamnya monorel tidak bisa selesai cepat. Karena saat pengembangan harus ada relokasi operasional bandara sehingga hal itu menjadi kesulitan sendiri daripada mengembangkan infrastruktur bandara
baru.
Namun, pada masa transisi, sambil menunggu transportasi penghubung selesai dibangun, AP II akan menambah jumlah dan frekuensi shuttle bus yang disesuaikan dengan jarak antar kereta.
"Kita gunakan shuttle bus. Kita akan tambahan dan kita sesuaikan jumlah shuttle bus. Rute shuttle bus akan kita bedakan yang menuju ke terminal 1, 2 dan 3," cetusnya.
(feb/dru)