6 Produsen Ponsel Bangun Pabrik di RI, Salah Satunya Samsung

6 Produsen Ponsel Bangun Pabrik di RI, Salah Satunya Samsung

- detikFinance
Kamis, 11 Des 2014 10:22 WIB
Jakarta - Pemerintah Indonesia terus mendorong agar produsen telepon selular (ponsel) bisa membangun pabrik di Indonesia. Hasilnya, ada 6 perusahaan baik domestik maupun luar negeri yang telah membangun dan berkomitmen untuk segera mendirikan pabrik di Indonesia.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Partogi Pangaribuan menyebutkan bahwa 6 perusahaan tersebut telah memilih lokasi pabrik yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

"Sudah ada 6 perusahaan. Ada yang telah membangun pabrik di Indonesia, ada juga yang sudah berkomitmen dalam waktu dekat akan membangun pabrik di Indonesia," kata Partogi di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (10/12/2014) malam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut adalah produsen ponsel yang sudah dan akan membangun pabrik di Indonesia:

  1. PT Hartono Istana Teknologi yang membangun pabrik untuk merek Polytron di Kudus, Jawa Tengah.
  2. PT Arga Mas Lestari yang membangun pabrik untuk merek Advan di Semarang, Jawa Tengah.
  3. Mito Mobile yang membangun pabrik untuk merek Mito di Tangerang, Jawa Barat.
  4. PT Samsung Electronics Indonesia yang membangun pabrik untuk merek Samsung di Cikarang, Jawa Barat.
  5. PT Aries Indo Global yang membangun pabrik untuk merek Evercoss di Semarang, Jawa Tengah.
  6. PT Sat Nusapersada yang membangun pabrik untuk merek Ivo di Batam, Kepulauan Riau.
Partogi menerangkan, hal ini merupakan hasil dari ketegasan pemerintah dalam menerapkan Undang-undang No 82/2012 yang menyebutkan bahwa importir harus membangun pabrik di tahun ke-3 setelah menerima izin Importir Terdaftar (IT) dari Kementerian Perdagangan.

"Jadi kita tegas. Kalau mau masukkan barang ke Indonesia, harus bangun pabrik juga. Supaya Indonesia nggak cuma jadi pasar," tegasnya.

Penerapan UU ini, lanjut Partogi, juga berbuah pencabutan izin IT terhadap 24 perusahaan importir ponsel yang tak merealisasikan kegiatan impornya selama 6 bulan berturut-turut. Ia menjelaskan, salah satu alasan mengapa para importir ini tidak melakukan kegiatan impor meskipun telah memperoleh IT adalah tidak punya komitmen yang kuat untuk membangun pabrik di Indonesia.

"Ada yang mungkin merasa tidak punya keuangan yang cukup, karena kami mensyaratkan importir harus membangun pabrik setelah 3 tahun melakukan impor. Mungkin banyak yang mundur karena merasa nggak sanggup," tutur dia.

Saat ini, ada 100 pemegang IT untuk produk ponsel, komputer genggam (handheld computer), dan komputer tablet. Dengan pencabutan tersebut, maka hanya tinggal tersisa 76 perusahaan pemegang IT.

Partogi mengharapkan komitmen pembangunan pabrik di Indonesia ini bisa ditiru oleh perusahaan lainnya. Bila merasa tidak sanggup bisa menyusul untuk mundur.

"Kami tidak mem-black list. Tapi kalau setelah dihitung-hitung merasa tidak sanggup, bisa mundur. Nanti IT-nya akan kami cabut," katanya.

(dna/hds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads