Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan, cita-cita pemerintah membangun PLTN sudah dimulai puluhan tahun yang lalu, di mana pada 1954 dibentuk Panitia Negara Penyelidikan Radioaktivitet.
"Kemudian pada 1965 dioperasikan reaktor nuklir pertama di Indonesia di Bandung, kapasitas awalya 250 KW tapi sekarang sudah ditingkatkan menjadi 2 megawatt (MW)," kata Djarot kepada detikFinance, Senin (11/5/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setelah di Yogyakarta, kemudian pada 1987 dibangun reaktor nuklir paling besar yang dimiliki Indonesia di Serpong (Tangerang Selatan) dengan kapasitas 30 MW," ungkap Djarot.
Namun kata Djarot, ketiga reaktor nuklir tersebut tidak menghasilkan listrik, fungsinya hanya sebatas penelitian. Bila ingin menghasilkan listrik, reaktor tersebut perlu ada pengembangan infrastruktur lainnya.
"Tapi, kalaupun ketiga reaktor tersebut dijadikan PLTN sudah tidak ekonomis lagi, karena suhunya rendah, kalau PLTN butuh suhu yang tinggi," katanya.
Reaktor nuklir tersebut khususnya yang ada di Serpong, lebih difungsikan untuk membuat radioisotop untuk pengobatan kanker.
"Itu salah satu manfaat dari nuklir bagi banyak orang. Nuklir jangan dianggap berbahaya, membuhuh, tapi nuklir dapat bermanfaat dari hal yang kecil sampai yang besar bagi manusia," tutup Djarot.
(rrd/dnl)