Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Djarot Sulistio menyebutkan, ada beberapa negara yang saat ini getol menawarkan diri membantu Indonesia mengembangkan teknologi nuklir khususnya PLTN. Negara yang agresif ingin membantu Indonesia seperti Rusia, Tiongkok hingga Prancis.
"Mulai banyak vendor masuk tawarkan teknologi PLTN yakni Rusia, Tiongkok, Prancis. Kalau Amerika kalah agresif sama 3 negara tadi. Mereka punya perhitungan, jika Indonesia punya potensi PLTN," kata Djarot saat diskusi PLTN di Daerah Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Selasa (16/6/2015).
Dari negara yang berkomitmen membantu Indonesia, Djarot menyebut Rusia yang paling bersemangat. Bahkan BATAN dan Rusia telah menandatangani kerjasama, meskipun tidak mengikat, kerjasamanya untuk mempersiapkan sumber daya manusia (SDM).
"Rusia sangat ingin masuk ke Indonesia. Kita MoU (nota kesepahaman) dengan Rusia. Bukan mengikat tapi jaminan kerjasama untuk litbang dan bangun SDM," ujarnya.
Djarot menjelaskan, BATAN saat ini terus melakukan kajian terkait sumber daya manusia, edukasi, hingga lokasi pembangunan PLTN. Meski lembaga nuklir, BATAN tidak bisa memutuskan atau memberi izin pembangunan PLTN. Kunci utama dimulainya pembangunan PLTN skala besar berada di tangan Presiden sebagai kepala negara.
"Pemerintah perlu persetujuan presiden. Harus ada gong dari presiden, baru proses berikutnya (bangun PLTN)," sebutnya.
(feb/rrd)