Sementara harga daging sapi melambung, di sisi lain daya beli masyarakat sedang menurun akibat rendahnya pertumbuhan ekonomi. Akibatnya, masyarakat mengurangi konsumsi daging sapi.
"Penurunan penjualan daging sapi di kalangan pedagang mencapai 30-40%. Ini juga karena daya beli masyarakat yang juga rendah akibat pertumbuhan ekonomi kita yang juga rendah. Saat daya beli masyarakat rendah, di sisi lain harga daging sapi stabil tinggi maka omzet pedagang pasar ikut anjlok," kata Ketua KDS Jakarta Raya, Sarman Simanjorang, melalui pesan singkat kepada detikFinance, Minggu (9/8/2015).
Berdasarkan perhitungannya, tahun ini kebutuhan daging sapi nasional naik 8,5% dibanding tahun lalu menjadi sekitar 640 ribu ton. Kebutuhan di DKI Jakarta sendiri mencapai 60 ton per hari.
Namun, pemerintah malah mengurangi impor sapi. Akibatnya, terjadi kekurangan pasokan daging sapi di pasar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, data produksi dan konsumsi daging sapi pemerintah harus dihitung ulang karena tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Gara-gara data yang tak valid, kebijakan yang diambil menjadi salah.
"Selama ini kita sudah sampaikan ke pemerintah agar benar-benar menghitung sejauh mana daging lokal mampu mensuplai kebutuhan pasar dengan data yang akurat dan secara fisik dipastikan sebagai stok yang siap mensuplai pasar," tandasnya.
Lebih lanjut, pihaknya mendesak pemerintah segera sigap mengambil langkah untuk menstabilkan harga daging sapi yang sudah di luar kewajaran ini.
"Pemerintah harus segera mengambil langkah-langkah taktis dan strategis untuk mengembalikan harga daging sapi di kisaran Rp 90.000-100.000/kg," pungkasnya.
Seperti diketahui, harga daging sapi di pasar-pasar tradisional di Jakarta tak kunjung turun meski sudah memasuki pekan ketiga pasca lebaran. Rata-rata harga daging sapi di pasar mencapai Rp 120.000/kg, padahal saat lebaran lalu masih Rp 110.000/kg, dan Rp 90.000/kg dalam kondisi normal.
Lonjakan harga daging sapi terjadi pasca dikuranginya impor sapi bakalan pada kuartal III 2015. Tercatat pada kuartal I 2015 diterbitkan izin impor sapi bakalan sebanyak 100.000 ekor, 250.000 ekor pada kuartal II, dan 50.000 ekor pada kuartal III.
Pengurangan impor ini dilakukan karena Kementerian Pertanian mengklaim bahwa stok di dalam negeri masih melimpah, sehingga akan merugikan peternak sapi di dalam negeri apabila dibuka impor lebih dari 50.000 ekor sapi.
Mahalnya harga daging sapi ini membuat para pedagang resah dan akhirnya memutuskan untuk melakukan pemogokan pada hari ini sebagai aksi protes. Pasalnya, harga daging sapi yang terlampau mahal membuat omzet para pedagang turun.
(ang/ang)