Turunnya harga minyak, makin memperparah kondisi ekonomi negara produsen minyak ini. Di awal tahun, bahkan pemerintah dari Trinidad dan Tobago menawarkan penukaran minyak Venezuela dengan tisu toilet yang langka di negara tersebut.
Membeli gula, susu, dan terigu juga tidak mudah karena harganya mahal. Kondisi ini disebabkan, karena 70% barang kebutuhan masyarakat didapat dari impor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penderitaan ekonomi Venezuela disebabkan oleh lonjakan inflasi yang ekstrem, lalu anjloknya harga minyak.
Tahun lalu, inflasi di Venezuela melonjak 68%, dan sejumlah ekonom memprediksi inflasi akan mencapai triple digit di tahun ini. Kondisi tersebut membuat pemerintah bakal makin sulit mengimpor makanan
Presiden Venezuela, nicolas Maduro disebut tidak membantu. Dia melanjutkan program kesejahteraan yang dilakukan oleh presiden sebelumnya, Hugo Chavez.
Anjloknya harga minyak, yang jadi pemasukan utama negara ini, membuat Maduro didorong untuk menemui negara anggota OPEC dan meminta bantuan uang tunai.
Maduro memenjarakan politikus yang tidak setuju dengan kebijakannya. Lalu Maduro juga menciptakan system mata uang dengan 3 nilai tukar acuan. Dia juga menyalahkan pihak luar, seperti pemerintah AS, terkait lesunya perekonomian negara.
Namun Maduro membuat satu kebijakan baru yang disukai warganya, yaitu diperbolehkan membeli dolar. Meski nilainya dibatasi hanya US$ 300 per hari. Dari jumlah ini, US$ 200 boleh dipegang secara tunai, namun US$ 100 harus ditaruh di rekening bank.
Situasi ekonomi Venezuela yang berat ini, membuat banyak pihak meragukan negara ini bisa membayar utang jatuh tempo US$ 5 miliar di Oktober. Venezuela terancam berstatus gagal bayar utang.
(dnl/dnl)