"Kita yang paling duluan umumkan PHK, sejak November tahun lalu, sudah terasa," kata Ketua Umum Asosiai Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat kepada detikFinance, Jumat (25/9/2015).
Ade mengatakan, kondisi saat ini sudah masuk tahap titik terendah dalam sektor industri TPT. Semua aspek seperti produksi, penjualan domestik, dan ekspor mengalami penurunan. Bahkan dalam satu bulan terakhir, PHK sudah makin banyak terjadi dari 1.800 anggota API, hingga ada puluhan ribu kena PHK.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan, saat ini penjualan TPT di dalam negeri rata-rata sudah turun 50%. Sedangkan ekspor mengalami penurunan namun relatif lebih rendah. Penyebab turunnya bisnis TPT ini karena ekonomi global yang lesu, daya beli turun, dan kurs dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah yang terus menguat.
Semuanya berdampak pada karyawan yang dirumahkan hingga PHK. Sektor TPT merupakan industri padat karya yang banyak menyerap tenaga kerja, sehingga bila ada masalah pada penjualan maka rentan pada efisiensi pekerja.
Catatan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), pada Oktober 2014 sudah ada 8 pabrik pemintalan benang yang memutuskan menghentikan produksi, tersebar di wilayah Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, dan Jawa Tengah.
Sebanyak 8 pabrik tersebut memiliki tenaga kerja hingga 20.000 orang. Saat ini status para tenaga kerja ada yang sudah kena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atau hanya dirumahkan. Lokasinya 1 pabrik di Tangerang (Banten), 2 pabrik di Bandung (Jawa Barat), 2 pabrik di Surabaya (Jawa Timur), 2 pabrik di Jawa Tengah mencakup Sragen dan Pekalongan, dan 1 pabrik di Pandaan (Jawa Timur).
API juga mencatat pada Mei 2015, di Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat terdapat 60 industri tekstil yang merumahkan ribuan karyawannya selama 3 bulan pertama di 2015. Langkah ini akibat dampak turunnya penjualan para pabrikan tekstil, hingga rata-rata mencapai 50%.
Rata-rata satu industri tekstil di Majalaya mampu menyerap ratusan tenaga kerja. Ade menghitung, dengan rata-rata 100 orang yang dirumahkan, maka dari 60 pabrik, ada 6.000-an orang yang telah dirumahkan.
Menurut Ade, pada waktu itu penyebab utama fenomena ini terjadi karena daya beli masyarakat yang melemah sebagai bentuk melemahnya ekonomi Indonesia di awal tahun. Dengan adanya tindakan merumahkan karyawan oleh para pabrik tekstil, maka berdampak pada makin anjloknya daya beli.
(hen/dnl)