PT Freeport Indonesia siap menggelontorkan dana US$ 15 miliar atau sekitar Rp 205 triliun (kurs Rp 13.700), untuk pengembangan tambang bawah tanah (underground) di Papua. Dana sebanyak itu akan membuat tambang Freeport di Papua menjadi yang terbesar dan tercanggih di dunia.
Saat ini Freeport sedang dalam proses penggalian tambang bawah tanah yang letaknya di bawah tambang terbuka (open pit) mereka yakni Grasberg. Tambang Grasberg diperkirakan berhenti produksi pada 2017, karena cadangan emas, tembaga, hingga perak telah habis.
Vice President Corporate Communications Freeport Indonesia, Riza Pratama mengklaim, tambang ini akan menjadi tambang terbesar dan tercanggih di dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di bawah tambang terbuka Grasberg, Freeport mengembangkan 5 tambang bawah tanah, yaitu Grasberg Block Cave, Kucing Liar, Big Gossan, DMLZ, dan DOZ.
"Khusus DMLZ, pengoperasian tambang akan menggunakan automation (romote control), yang mengendalikan alat tambang dari ruang kontrol, tujuannya untuk menghindari kecelakaan pekerja tambang," ungkap Riza.
Sekedar informasi, suhu udara cukup dingin mencapai 15-16 derajat celcius di tambang bawah tanah Freeport yang saat ini sedang dikembangkan. Dalam pengembangan kelima tambang ini, Freeport menggali terowongan sepanjang 450 km, dan bentuknya bertingkat-tingkat dan melingkar. Bila diluruskan, jarak terowongan tersebut kira-kira sama dengan Jakarta ke Surakarta/Solo (Jawa Tengah).
Tapi sayangnya, ada kegelisahan bagi manajemen Freeport. Perusahaan asal Amerika Serikat ini belum mendapatkan kepastian perpanjangan operasi dari pemerintah. Karena kontrak mereka akan berakhir pada 2021, sementara pengembangan tambang bawah tanah ini memakan waktu yang cukup lama, yakni baru beroperasi pada 2022.
Ilustrasinya, Freeport menggelontorkan dana Rp 205 triliun untuk pengembangan tambang bawah tanah yang beroperasi optimal pada 2022. Tapi kontrak mereka berakhir 2021, artinya belum sempat menikmati produksi tapi kontraknya keburu habis.
Atas alasan itu, Freeport meminta permohonan perpanjangan operasi lebih cepat, agar ada kepastian hukum.
"Tambang bawah tanah yang sedang dikembangkan, nanti pada 2022 baru mencapai optimal produksi. Makanya kami perlu izin perpanjangan segera," ungkap Riza.
(rrd/hns)