"Ini bikinnya dari beton. Kok bisa ngapung? Karena di tengahnya ada rongganya," ujar Kepala Balitbang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Arie Setiadi Moerwanto, kepada detikFinance, Rabu (11/5/2016).
Konsep ini, kata dia, didapatkan dari teknologi yang digunakan sebuah kapal laut yang meski terbuat dari besi baja yang berat, namun tetap bisa terapung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ditambahkan Arie, untuk memastikan kualitas dan daya tahan beton yang digunakan, pihaknya memnggunakan campuran kimia khusus saat proses mencampuran material beton saat proses pencetakan.
Hal ini dilakukan agar kompartemen alias blok jembatan yang dibuat kokoh dan tidak mudah bocor. "Nanti di dalam rongga akan diisi dengan styrofoam. Selain untuk menambah daya apung juga mencegah potensi terjadinya kebocoran," tegas dia.
Infrastruktur unik ini merupakan hasil penelitian, rancang bangun yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian PUPR untuk memecahkan permasalahan kendala alam yang ada di lokasi.
Kendala tersebut adalah, adanya sedimentasi alias penumpukan lumpur yang memiliki kedalaman hingga 20 meter. Kondisi tersebut membuat pembangunan jembatan dengan teknologi tiang pancang menjadi hal yang nyaris mustahil dilakukan.
"Ke depan, jembatan ini akan dijadikan jembatan penghubung untuk daerah-daerah perintis yang tidak mungkin dilakukan pembangunan jembatan dengan tiang pancang. Diharapkan bisa membantu masyarakat," pungkas dia. (dna/wdl)