Well sebelum saya jelaskan apa itu mimpi saya akan ceritakan sedikit flashback sejarah Perencanaan Keuangan dan sedikit banyak berhubungan dengan karir saya sebagai Perencana Keuangan di Indonesia.
Sejak pertengahan tahun 1990an saya sudah menjadi seorang Junior Financial Planner di Amerika. Sampai puncak karir saya terakhir di Amerika Serikat yaitu menjadi Senior Financial Planner di perusahaan yang bernama American Express Financial Advisor (yes dulu perusahaan ini adalah anak perusahaan dari American Express yang terkenal dengan kartu kredit/debit dan travel check-nya, sekarang berganti nama menjadi Ameriprime).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pulang ke Jakarta di tahun 2000 saya sedikit menyesal karena waktu itu tidak 'menebus' laptop tersebut dikarenakan harganya yang sangat mahal yaitu sekitar US$ 6.000 di mana laptop serupa hanya dihargai sekitar US$ 3.500 saat itu, mahal kan?
Mengapa saya menyesal? Karena ternyata setiba di Jakarta menjadi seorang Perencana Keuangan Independen kemudian menjadi pilihan karir dan pekerjaan saya. Sementara tools perhitungan (kalkulator) lengkapnya ada didalam laptop tersebut.
Dengan bermodalkan memory yang ada di kepala saya saat itu di tahun 2002 mulailah saya membuat desain modul Perencana Keuangan awal beserta kalkulatornya dalam bentuk excel saat itu.
Sementara kelas dan workshop mulai berjalan sejak tahun 2003 dan mendapatkan respons positive hingga hari ini, saya terus memendam mimpi untuk suatu hari nanti akan membuat kembali software tersebut.
Baca juga: Untung-Rugi Dompet Digital (1) |
Berbagai cara telah dilakukan dan gagal total, beberapa kali inisiatif juga dilakukan dengan cara bekerja sama, tapi ujung-ujungnya berantakan dikarenakan tools perencana keuangan tersebut bukan saya pribadi yang langsung buat, tapi 'nebeng' ke pihak lain yang tentu saja belum tentu sevisi dan semisi yaitu memajukan profesi perencana keuangan di saat yang sama ikut mencerdaskan masyarakat dan bangsa.
Setelah berkali-kali gagal sampailah ditahun 2018 berjumpa dengan seorang kawan lama yang kebetulan berkecimpung dibidang IT. Lalu diskusi berlanjut dengan membuat rencana dan business plan.
Mimpi yang sudah hampir pudar karena waktu itu bersinar kembali. Persiapan tim dilakukan, pencarian calon investor awal (pre-seed) juga dilakukan secara bertahap (mulai dari tahun 2015), dan tibalah waktunya eksekusi.
Proses pembuatannyapun tidaklah mudah karena semua mengandalkan dari memory otak saya yang sudah lebih dari 20 tahun ini, ditambah dengan kontribusi tim saya yang menguasai konsep perencana keuangan yang disesuaikan dengan kondisi kekinian (baca: milenial).
Setelah proses yang melelahkan selama lebih dari 7 bulan, maka syukur alhamdulillah akhirnya lahirlah Moneesa sebuah aplikasi gaya hidup yang memadukan konsep gaya hidup kekinian dan konsep perencanaan keuangan.
Saya pribadi menyebutnya seperti kita mempunyai asisten pribadi sendiri (personal digital assistance). Nah, seperti apa Moneesa itu akan saya bahas di artikel berikutnya, tapi untuk sementara anda bisa download di google playstore.
Disclaimer: artikel ini merupakan kiriman dari mitra yang bekerja sama dengan detikcom. Redaksi detikcom tidak bertanggung jawab atas isi artikel yang dikirim oleh mitra. Tanggung jawab sepenuhnya ada di penulis artikel.
(ang/ang)