Kendati demikian, Head of Global Liquidity and Cash Management (GLCM) PT Bank HSBC Indonesia Herani Hermawan mengatakan peningkatan dalam penggunaan perbankan digital merupakan indikasi kebutuhan nasabah korporasi dalam memanfaatkan teknologi.
"Pandemi telah mendorong klien kami yang sebelumnya lebih konservatif dalam mengadopsi fitur digital menjadi lebih terbuka dan beradaptasi dengan model operasional baru," ungkap Herani dalam keterangan tertulis.
Hal ini juga diungkapkan dalam salah satu survei terbaru 'HSBC Navigator: Building Back Better' yang menunjukkan hampir dua pertiga atau 64% bisnis di Indonesia sangat setuju dalam menghadapi tantangan bisnis dapat memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kinerja. Angka ini cukup tinggi dibanding negara-negara lain yang berada di angka 44%.
Menjawab hal tersebut, PT Bank HSBC Indonesia (HSBC Indonesia) memperkenalkan beberapa layanan digital yang merupakan penyempurnaan layanan kepada nasabah korporasi, terutama di sisi pengelolaan cash management, yang meliputi digital account receivables tools (DART), Receivables Management System (RMS) dan Omni Collect.
Keseluruhan sistem tersebut membantu nasabah untuk mengalihkan proses manual menjadi elektronik. Tak hanya itu saja, GLCM HSBC juga memperkenalkan beberapa kemudahan tambahan yang bisa ditemui di layanan digitalnya, antara lain Liquidity Management Dashboard (LMD) yang tersedia melalui internet banking HSBCnet.
Terdapat juga penyediaan soft token untuk mengakses HSBCnet dengan aplikasi di ponsel tanpa memerlukan alat terpisah serta aplikasi ponsel untuk HSBCnet. Dengan demikian, nasabah korporasi dapat menikmati kemudahan dan kenyamanan akses internet banking melalui ponsel untuk mengelola keuangan perusahaan kapan saja dan di mana saja.
"Ini adalah bukti bahwa kami bertumbuh dari keinginan kami memberikan layanan nasabah yang sesuai dengan kebutuhan. Kami senantiasa berinvestasi dalam teknologi digital untuk menyederhanakan proses dan perbankan bagi mereka, terutama selama masa-masa sulit, saat teknologi dan digitalisasi memainkan peran lebih penting dari sebelumnya," tutur Herani.
Beberapa pelanggan pun telah menikmati layanan dari HSBC ini, salah satunya dari PT Reckitt Benckiser Indonesia, Amanda Rendyaswara yang mengatakan perusahaannya selalu mencari solusi teknologi untuk merampingkan proses, terutama di salah satu area piutang penagihan dari pelanggan. Ini dilakukan karena proses tersebut akan berdampak pada ketepatan waktu kontrol kredit yang diberikan pelanggan untuk mendukung pertumbuhan bisnis sembari memitigasi risiko penagihan.
"Mengingat hubungan yang terjalin lama dengan HSBC Indonesia, kami percaya bahwa solusi baru HSBC-DART sangat membantu kami dalam hal pengelolaan data. Kini kami menerima laporan lengkap dalam waktu singkat. Dari segi internal, proses dan pemantauan status piutang kami kini menjadi sangat efisien. Sementara, distributor rekanan kami menerima langsung invoice tersebut. Ini sangat membantu kami dalam hal efektivitas dan efisiensi," jelas Amanda.
Dengan beberapa fitur digital baru ini, selain pengalaman yang lebih baik dalam otomasi proses bagi nasabah, HSBC juga membantu pertumbuhan bisnis, mengurangi biaya operasional, mempercepat pengelolaan arus kas dan mengurangi faktor kesalahan manual. (adv/adv)