Ini Peran BRI untuk UMKM Terdampak Pandemi di Perbatasan Aruk

Ini Peran BRI untuk UMKM Terdampak Pandemi di Perbatasan Aruk

Advertorial - detikFinance
Selasa, 29 Des 2020 00:00 WIB
adv bri
Foto: Dok. Abu Ubaidillah
Jakarta - Pos Lintas Batas Negara (PLBN) atau yang lebih dikenal dengan Border Aruk telah menjadi fasilitas yang meningkatkan pertumbuhan ekonomi bagi pelaku UMKM di perbatasan. Khususnya yang berada di Kecamatan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.

Namun sejak pandemi terjadi di Indonesia, 'pintu masuk' menuju Malaysia ini ditutup sehingga tidak ada lagi transaksi ekonomi baik ekspor maupun impor yang terjadi. Perputaran uang pun menurun, khususnya bagi pelaku-pelaku UMKM yang menggantungkan hidupnya di perbatasan.

Melihat perjuangan UMKM di perbatasan yang semakin sulit, Bank BRI pun memberikan sumbangsihnya, mulai dari program restrukturisasi kredit, program subsidi bunga, hingga terus mengucurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Kepala BRI Unit Kecamatan Galing yang juga mencakup Kecamatan Sajingan Besar menjelaskan selama pandemi restrukturisasi kredit BRI di dua kecamatan tersebut telah mencapai total Rp 11 miliar, dengan rincian disalurkan kepada 99 nasabah penerima KUR Rp 1,589 miliar dan 325 nasabah penerima Kupedes Rp 9,470 miliar.

"Restrukturisasi kredit COVID-19, jadi nasabah tiga bulan pertama hanya bayar bunga. Setelah itu bulan keempat mereka bayar pokok bunga, kalau yang tiga bulan pertama dialihkan ke bulan lain, kita bagi rata di sisa jangka waktunya jadi kan mereka nggak terasa berat," jelas Toni ketika dijumpai detikcom beberapa waktu lalu.

Toni mengatakan pemberian bantuan restrukturisasi kredit tersebut tidak menutup kemungkinan bisa diberikan lebih dari satu kali kepada nasabah yang sama. Pihaknya memiliki cara untuk menentukan apakah seorang nasabah berhak menerima restrukturisasi kredit kedua atau tidak.

"Istilahnya membaca dari mereka yang sudah kita restrukturisasi kredit, apa mereka masih kena imbas (pandemi), jika mereka masih kena imbas (pandemi), kita restrukturisasi kredit lagi," imbuhnya.

Kemudian ada pula program subsidi bunga yang menjadi senjata BRI untuk memulihkan ekonomi di perbatasan, khususnya UMKM yang menjadi motor penggerak ekonomi di sekitar Border Aruk. Toni menjelaskan subsidi bunga telah disalurkan kepada 375 debitur penerima KUR dan 420 debitur bukan penerima KUR.

Tak lupa BRI terus mengucurkan KUR untuk membantu nasabah-nasabah di sekitar perbatasan Aruk. Tujuan pengucuran KUR ini tak lain dan tak bukan adalah untuk memastikan UMKM-UMKM di wilayah yang berbatasan langsung dengan wilayah Kuching, Malaysia ini ekonominya tetap bergeliat.

"Dalam beberapa bulan terakhir ini kan kami lebih ditekankan untuk penyaluran kredit bunga kecil, kredit KUR dan kredit super mikro," jelas Toni.

Berbagai sumbangsih dari Bank BRI ini pun dirasakan langsung oleh masyarakat di sana. Salah satunya adalah Pedagang Sembako di Kecamatan Galing, Syahrial (49) yang mendapatkan restrukturisasi kredit dan subsidi bunga.

adv briFoto: Dok. Abu Ubaidillah Foto: adv bri

Pria tiga anak yang mengambil kredit sebesar Rp 130 juta dan telah berjalan angsuran 3 tahun ini merasa terbantu dengan adanya bantuan dari Bank BRI. Ia juga bersyukur dengan bantuan ini bisa digunakan untuk menambah modal usahanya yang terhimpit pandemi.

"Alhamdulillah, membantu, sangat membantu. Buat tambahan modal, ada juga bantuan dari Pemerintah, kebetulan istri dapat juga buat usaha tambahan," kata Syahrial.

Ia bercerita awalnya dapat informasi memperoleh keringanan angsuran dari BRI ketika ia hendak membayar angsuran pinjamannya yang berlangsung sejak tahun 2017. Setelah mendapat informasi tersebut ia pun melengkapi persyaratan dan akhirnya mendapat keringanan angsuran.

"Ada tawaran kemarin katanya 'Pak ada ini ringan diringankan program dari Pemerintah', jadi masuklah ini sampai diberi batas waktu sampai Februari nanti, yang bayar bunga saja," katanya.

Hal serupa juga dirasakan oleh Petani Karet di Kecamatan Sajingan Besar, Mus Mulyadi (45), ia mengaku pendapatannya turun seiring dengan ditutupnya Border Aruk dan lockdown Malaysia. Hal tersebut diperburuk dengan kondisi hujan yang belakangan terjadi sehingga ia kerap tak bisa memanen getah karet.

adv briFoto: Dok. Abu Ubaidillah Foto: adv bri

"Hasil panen karet biasa dijual di kita (ke tengkulak setempat), mereka biasa jual ke Biawak, Malaysia, tapi sekarang nggak bisa lagi, ditambah hujan jadi karetnya kecampur air, nggak bisa panen," keluhnya.

Pada awal pandemi ini ia memutuskan untuk mengajukan kredit ke Bank BRI senilai Rp 20 juta dengan jangka waktu 3 tahun. Uang tersebut ia gunakan untuk modal istrinya jualan sembako di depan rumah.

"Pertama kali ikut BRI saya pun nggak nyangka diterima, seminggu kemudian datanglah tim survei, saya bukan berharap sebenarnya, saya pinjam dulu itu tutupnya border pas pandemi. Saya sangat berterima kasih kepada Bank Bri sangat memudahkan," katanya. (adv/adv)