Bahkan tahun depan disebut sebagai tahap awal persiapan pemindahan ibu kota setelah kajiannya dirampungkan tahun ini oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dan Kementerian Keuangan.
Jakarta akan dijadikan pusat bisnis sama seperti New York, yang digantikan peran ibu kotanya dengan Washington DC di Amerika Serikat (AS). Sedangkan Palangka Raya akan menjadi kota yang tumbuh menjadi wajah baru pusat pemerintahan.
Meski sama-sama beriklim tropis, namun Jakarta memiliki suhu yang lebih panas dibanding Palangka Raya. Berdasarkan informasi yang dihimpun oleh detikFinance, Rabu (5/7/2017), Jakarta memiliki rata-rata suhu maksimal hingga 32 derajat celcius, lebih panas dibanding Palangka Raya yang suhunya berkisar 27 derajat celcius.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jakarta dan Palangka Raya juga memiliki sejumlah sungai yang mengairi wilayahnya. Namun di Palangka Raya terdapat Sungai Kapuas yang menjadi sungai terpanjang di Indonesia.
Dari segi kepadatan penduduk, kota Palangka Raya jelas sangat jauh berbeda dengan Jakarta. Hal ini pula yang mendorong kuat berpindahnya ibu kota dari Jakarta. Kepadatan penduduk yang di luar kapasitas membuat pemisahan pusat pemerintahan dan ekonomi harus dibedakan agar tak terjadi ketimpangan dan inefisiensi.
Dari luas wilayah, Palangka Raya yang mencapai 2.400 km persegi, hanya 50 km persegi yang saat ini wilayahnya terbangun. Jadi, secara wilayah kota masih luas sekali untuk dibangun.
Beberapa pengamat juga menyebutkan, Jakarta saat ini sudah terlalu padat dan berat dengan pembangunan sehingga pertumbuhan perlu didistribusikan ke daerah lainnya.
Rencana pemindahan ibu kota saat ini pun terlihat lebih tepat lantaran fakta-fakta di atas telah didukung dengan berkembangnya Kota Palangka Raya sebagai kota yang baik infrastrukturnya sehingga bisa dilakukan pembangunan pusat pemerintahan yang memadai.
Beberapa yang menjadi kriteria dalam analisis lokasi ibu kota baru, termasuk soal faktor bencana, lingkungan, pertahanan keamanan, politik, ekonomi, dan keuangan pun mendukung kuat wacana pemindahan ibu kota. (wdl/wdl)