Ini Alasan Pengusaha Sebut Pajak Seperti Berburu di Kebun Binatang

Ini Alasan Pengusaha Sebut Pajak Seperti Berburu di Kebun Binatang

Hendra Kusuma - detikFinance
Kamis, 05 Okt 2017 15:12 WIB
Foto: Tim Infografis: Andhika Akbarayansyah
Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai, sistem teknologi dan informatika (IT) yang diterapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) saat ini sudah ketinggalan jaman, dibandingkan negara-negara maju lainnya. Ini juga yang menyebabkan Ditjen Pajak tidak optimal dan hanya seperti berburu di kebun binatang.

Hal itu diungkapkan Wakil Ketua Apindo Suryadi Sasmita yang sekaligus menjadi masukan pengusaha dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) terkait dengan RUU KUP dengan Komisi XI DPR, Jakarta, Kamis (5/10/2017).

"Kalau menurut saya yang terpenting untuk pajak adalah IT, IT kita sudah ketinggalan jauh," kata Suryadi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Dia menceritakan, sistem IT perpajakan Australia bisa menjadi salah satu referensi pemerintah dalam melakukan reformasi perpajakan. Menurut dia, sistem IT Australia bisa menutup ruang bagi masyarakatnya sendiri bahkan orang asing untuk menghindarkan pajak.

"Contoh di Australia, kalau belum bayar pajak sekalipun orang asing 8 tahun-10 tahun kembali ke Australia, itu langsung keluar namanya di imigrasi, sistem itu tidak bisa lari, jadi bisa ke cegat, kalau ini bisa berjalan otomatis terekam, kalau sekarang masih berburu di kebun binatang," jelas dia.


Oleh karena itu, salah satu kunci penerimaan pajak juga harus didukung oleh sistem IT yang kuat, yang mana tidak bisa memberikan celah serta mampu memotret seluruh transaksi yang dilakukan wajib pajaknya.

"Untuk meningkatkan penerimaan pajak kuncinya ada di IT, kalau IT sudah bagus pasti tidak bisa lari, misalnya WP kalau IT itu bagus, beli tiket langsung masuk ke pengeluaran kita, beli valas masuk, sehingga mudah sekali WP itu mengeluarkan untuk biaya hidupnya, misalnya Rp 10 miliar, tapi dilaporkan SPT Rp 1 miliar, kan itu ketahuan," tukas dia. (mkj/mkj)

Hide Ads