Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mengatakan Indonesia perlu menggenjot produksi pohon suteranya karena memiliki keunggulan alam. Pengembangan pohon sutera bisa meningkatkan produksi kain sutera Indonesia.
"Kita kerjasama banyak dengan pengembangan sutera terutama ulat sutera itu yang kita lihat dari segi apakah perubahan musim apakah kita tertinggal jauh apa yang dikembangkan Tiongkok. Oleh karena itu saya menyambut baik, kita mendukung ini," katanya dalam acara Wokshop Peluang Pengembanag investasi Persutraan Nasional di kantor Kementerian Kehutanan, Jakarta, Selasa (3/5/2011)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita punya kemampuan untuk menenun, bahkan kita juara umum se-Asia. Tetapi kita punya kendala diproduktivitas telur, makanya kita kerjasama dengan pihak China yang luar biasa berhasil mengembangkan persuteraan di Tiongkok," katanya.
Zulkifli menambahkan China termasuk negara yang cukup besar berinvestasi di sektor kehutanan terutama di bidang pengembangan persuteraan.
"Secara keseluruhan saya tak tahu persis, tapi lebih dari yang saya dapat dari data terakhir lebih US$ 20 juta," katanya.
Menurutnya China mempunyai kemampuan mengembangkan telur dan tanaman murbei, sementara Indonesia memiliki keunggulan pada sumber daya alam. Sayangnya kata dia, pengembangan ulat sutera sangat minim dengan sentuhan riset dan pengembangan teknologi.
"Memang kita kurang mengembangkan R&D (research and development), makanya kita harus belajar sekarang dengan China," katanya.
Untuk itu, lanjut Zulkifli, pemerintah berencana akan mengembangkan kluster-kluster pengembangan ulat dan tenun sutera di beberapa daerah di Indonesia. Misalnya wilayah Wajo Sulawesi Selatan yang terkenal dengan tenun sutera, ada juga beberapa sentra sutera yaitu Jawa Tengah, Jawa Barat, Kalbar, NTB, Bali dan Sumbar.
"Kubu Raya, cocok untuk murbei dan ulat sutera di sana masyarakatnya sudah biasa menenun," ucap Zulkifli.
(nrs/hen)