Tekan Harga Beras, Bulog akan Sering Gelar Operasi Pasar

Tekan Harga Beras, Bulog akan Sering Gelar Operasi Pasar

- detikFinance
Selasa, 05 Jul 2011 09:08 WIB
Jakarta - Perum Bulog akan lakukan operasi pasar secara bebas, tak lagi dibatasi seperti biasanya. Hal ini dilakukan untuk menekan harga beras yang melambung tinggi.

Demikian disampaikan Dirut Bulog Sutarto Alimoeso saat ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Senin (4/7/2011) malam.

"Kalau kemarin kan kita batasi, sekarang tidak kita batasi. Operasi pasar akan kita lepas. Kemarin kan kita ingin coba hanya beberapa ton setiap hari, tapi sekarang kita tidak akan batasi lagi, kita akan lakukan operasi pasar," ujarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Operasi pasar ini, lanjut Sutarto, dilakukan terutama pada daerah bukan produsen beras dengan melihat pergerakan harga beras di tempat tersebut.

"Tergantung daerahnya, terutama daerah non produsen. Kita sempat berhenti, minggu lalu kita mulai lagi. Tadinya kita harapkan tidak terlalu besar, tapi karena ini harga tampaknya cenderung lebih naik lagi, ya kita lakukan lebih kencang," ujarnya.

Untuk melakukan operasi pasar tersebut, Sutarto menyatakan, pemerintah telah menyediakan sekitar 500 ribu ton ditambah dengan cadangan Bulog sebanyak 1,5 juta ton. Namun, yang akan dilepas sekitar 300 ribu ton.

"Pemerintah kan punya beras 388 ribu yang ada di Bulog. Kemudian tahun ini ditambah 150 ribu lagi, jadi ada 500 ribu. Itu yang dimiliki pemerintah, tapi Bulog sendiri kan juga punya. Bulog harus punya cadangan 1,5 juta ton. Bulog sekarang pengadaan beras premium dalam negeri sudah 183 ribu ton, kemudian beras premium impor kita juga masih punya. Komersialnya Bulog sekarang itu jumlahnya ada sekitar lebih dari 300 ribu ton, itu yang akan kita lepas keluar," jelasnya.

Diakuinya, untuk tahun ini penyerapan beras melalui operasi pasar lebih cepat dibandingkan tahun lalu. Dari Januari hingga saat ini, sebanyak 155 ribu ton beras telah disalurkan melalu program tersebut.

Sedangkan pada tahun lalu, hingga Desember, hanya 60 ribu ton beras yang disalurkan melalui operasi pasar dengan daerah serapan terbesar adalah DKI Jakarta.

"Paling banyak di Jakarta karena serapannya tinggi, disusul Sumatera Utara dan Riau, itu daerah-daerah minus," jelasnya.

Dengan adanya operasi pasar tersebut, Sutarto mengharapkan Bulog dapat menjaga harga beras sehingga tidak ikut terbawa tren kenaikan harga. Lebih jauh, diharapkan program ini justru dapat menurunkan harga makanan pokok tersebut. Namun, dia tidak menargetkan penurunan harga beras melalui program ini.

"Sekarang kan harganya sudah melewati, terutama untuk daerah-daerah non produsen, untuk itu kita Bulog diminta untuk menjaga stabilitas, tentunya menurunkan harga. Kalau ditanya targetnya berapa, yang penting tidak memberatkan masyarakat. Pemerintah tidak memberikan target uang tapi kita berusaha untuk turunkan dengan operasi pasar," pungkasnya.

(nia/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads