Lion Air-Boeing Finalisasi Rekor Pembelian 230 Pesawat US$ 22,4 Miliar

Lion Air-Boeing Finalisasi Rekor Pembelian 230 Pesawat US$ 22,4 Miliar

- detikFinance
Selasa, 14 Feb 2012 13:46 WIB
Singapura - Lion Air dan Boeing memfinalisasi pemesanan 230 pesawat komersial. Lion merasa senang karena akan menjadi maskapai pertama di Asia yang mencicipi jenis 737 MAX, sekaligus menjadi peluncuran konsumen global untuk jenis 737 MAX 9.

"Jenis 737 MAX adalah pilihan terbaik untuk Lion Air dan pesawat terbaik untuk melayani penumpang kami," jelas pendiri dan Presdir Lion Air, Rusdi Kirana.

Hal tersebut disampaikannya dalam siaran pers terkait pertemuan Singapore Airshow di Singapura, Selasa (14/2/2012).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami sangat senang menjadi maskapai pertama di Asia yang terbang dengan 737 MAX dan menjadi konsumen untuk peluncuran global jenis 737 MAX 9," tambah Rusdi.

Boeing dan Lion pertama kali mengumumkan kesepakatan pembelian pada November 2011 lalu. Lion sepakat memesan 230 pesawat senilai US$ 22,4 miliar. Kesepakatan tersebut juga termasuk hak untuk memesan 150 pesawat tambahan.

Nilai pesanan tersebut merupakan kesepakatan pemesanan pesawat komersial terbesar dalam sejarah Boeing baik dari sisi nilai maupun jumlah pesawat.

"Lion Air telah menjadi pemimpin di Indonesia sejak dari awal. Hari ini lebih banyak orang terbang di Asia dengan tarif yang lebih murah karena 737 dan sajarah pemesanan 737 MAX ini akan membantu menghubungkan lebih banyak orang di masa depan," jelas Dinesh Keskar, vice president penjualan pesawat komersial Boeing untuk Asia Pasifik dan India.

Transaksi pemesanan pesawat oleh Lion Air tersebut juga sempat dibumbui rumor-rumor tak sedap, termasuk adanya intervensi dari Presiden AS Barack Obama. Rival Boeing, Airbus yang mengungkapkan adanya intervensi Obama tersebut.

Meski tidak ada bantahan, yang pasti Presiden Obama secara langsung ikut menyaksikan penandatanganan kesepakatan yang sangat besar tersebut. Obama bahkan secara jelas menyatakan order dari Lion tersebut bisa membantu mengurangi jumlah pengangguran di AS yang kini menjadi masalah terbesar di negara adikuasa tersebut.
(qom/dnl)

Hide Ads