Tudingan itu dilontarkan Direktur Pemasaran Airbus John Leahy. Ia menyatakan, campur tangan pihak Gedung Putih ini telah menghancurkan persaingan bebas di sektor penerbangan.
"Hanya ada satu negara adikuasa di dunia ini, dan saya pikir itu bukanlah Prancis. Ini adalah Presiden Obama," ujar Leahy seperti dikutip dari Reuters, Jumat (2/12/2011).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami melihat adanya distorsi, tak usahlah bicara soal kebebasan bersaing jika AS melakukan hal seperti itu," tegas Leahy.
Bulan lalu, penandatanganan pembelian 230 pesawat Boeing oleh Lion Air dilakukan bersamaan dengan gelaran ASEAN Summit di Nusa Dua Bali pertengahan November lalu. Dalam acara itu, Presiden AS Barack Obama hadir langsung.
Pesanan 230 pesawat Boeing oleh Lion Air ini dinilai mampu membantu mengatasi masalah pengangguran di Amerika Serikat. Order dari maskapai Indonesia itu setidaknya mampu membantu menciptakan sekitar 110.000 lapangan kerja di AS dalam jangka panjang.
Direktur Operasi Lion Air Edward Sirait mengatakan pihaknya tidak ditekan dalam pembelian 230 pesawat Boeing.
"Saya tidak mau menanggapi kabar tersebut, kami dengan Boeing itu prosesnya normal. Kami melakukan proses bisnis dengan normal tidak ada kepentingan lain," jelas Edward.
Dikatakan Edward, hubungan Lion dengan Boeing merupakan hubungan yang murni bisnis. Jadi dia tidak mau menanggapi kabar-kabar yang menyatakan adanya paksaan dalam pembelian 230 pesawat yang merupakan pembelian terbesar dalam sejarah Boeing.
Pesawat Boeing yang dibeli Lion itu terdiri dari kombinasi jenis 201 unit 737 MAXs dan 29 unit 737-900 ERs. Kesepakatan itu juga termasuk hak untuk menambah pembelian 150 pesawat.
(dnl/qom)