'Terpinggirkan', Sepatu Made in Bunut Tetap Bertahan

'Terpinggirkan', Sepatu Made in Bunut Tetap Bertahan

- detikFinance
Sabtu, 28 Apr 2012 12:29 WIB
Asahan - Kerajinan alas kaki asli Indonesia tersebar luas. Tidak hanya Cibaduyut. Bunut salah satu wilayah di Kisaran, Kabupaten Asahan, juga masih menyisakan pengrajin alas kaki andal. Meski tidak ekspansif, masih ada pelanggan Bunut yang memesan sepatu atau sandal dari Batam dan Pekanbaru.

Salah satu pengrajin sepatu dan sandal Bunut yang ditemui detikFinance, Bedasari Siregar mengaku usahanya masih terus berjalan. Bahkan sudah beberapa generasi. Namun sayangnya, hasil karyanya tidak banyak berkembang.

Bedasari bersama pengrajin lain mengaku belum ada keberpihakan dari pemerintah setempat dalam memajukan industri alas kaki Kab. Asahan. Janji untuk memberi mesin sol dan mesin perekat kulit belum juga terealisir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita masih butuh mesin sol dan kulit agar hasil sepatu asli Bunut ini bisa lebih rapih," katanya saat ditemui di rumah yang sekaligus menjadi workshop dan etalase, Kisaran, Kab. Asahan, Sumatera Utara, Sabtu (28/4/2012).

"Kita pernah dapat bantuan dana Rp 5 juta untuk modal. Mana cukup? Mesin sol saja Rp 25 juta. Mesin kulit Rp 12 juta. Dari pada menambah untuk beli mesin, mending kita beli bahan (kulit) untuk memperbanyak produksi," tambah Bedasari.

Tidak banyak calon konsumen yang datang di toko Bedasari, atau tetangganya yang memiliki profesi serupa. Padahal letak toko sepatu dan sandal Bunut, cukup strategis. Persis di sepanjang jalur lintas Sumatera.

"Ya lumayan kalau untuk jual. Rata-rata per bulan bisa empat atau lima lusin. Yang beli banyak dari Batam, Pekanbaru. Mereka bisa untuk jual lagi. Kita bisa terima pesanan sesuai desain yang mereka mau. Termasuk mau merek apa. Biasanya kami tambahi tulisan kecil di bawah merek, produk Bunut," paparnya.

"Kita harap ada perhatian dari Pemerintah. Ini kan asli Bunut. Seperti di Cibaduyut, kita juga punya di Sumatera," ucapnya.

(wep/ang)

Hide Ads