Perang Melawan Pewangi di Jepang

Jepang Dikepung \'Polusi \' Wangi (1)

Perang Melawan Pewangi di Jepang

- detikFinance
Senin, 16 Des 2013 11:12 WIB
Foto: Reuters
Jakarta - Pada tahun lalu Kementerian Lingkungan Jepang mengeluarkan saran yang unik bagi kaum perempuan, yang berkeringat saat keluar pada musim panas. “Perangi bau badan!” katanya. Kementerian itu lalu menganjurkan pemakaian pewangi pakaian sintentik.

Tapi lambat laun, di Jepang - negeri yang bau-bauan begitu nyaris tak kentara, wewangian dari pewangi sintetik itu telah menimbulkan “Perang melawan wangi”. Rupanya, makin banyak orang Jepang yang memprotes wewangian pakaian itu.

Padahal, sejumlah produk pewangi pakaian populer sekali pasca kampanya awal tahun tadi. Contoh saja merek Downy yang diproduksi oleh Procter & Gamble. Tapi akhir-akhir ini masyarakat mulai melawan popularitas itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kelompok bernama Chemical Sensitivity Support Center dan Society Demanding Fragrance Restraint rajin mengkampanyekan penolakan terhadap pewangi pakaian. Media massa menyebut fenomena anyar itu sebagai 'pelecehan bau'.

“Saran dari kementerian lingkungan telah membuat saya terngaga,” kata Machiko Tsuji, Kepala Kelompok Anti-Pestisida Tokyo dalam suratnya kepada Kementerian Lingkungan. "Tidakkah Anda tahu bahwa banyak orang mengalami masalah kesehatan gara-gara pelembut dan pewangi pakaian buatan pabrik?”

Kementerian itu kemudian membalas dengan menyatakan bahwa pihaknya mengeluarkan saran itu sebagai solusi, setelah melakukan survei. Lagi pula, kata mereka lagi, tak ada bukti yang mengaitkan pewangi pabrik dengan masalah kesehatan.

Pewangi-pewangi yang populer di dunia barat, mulai dari sabun sampai krim bercukur, sudah lama hadir di Jepang. Tapi khusus untuk parfum atau pewangi, kurang bagus penjualannya di negeri yang masyarakatnya kurang menyukai wewangian yang terlalu dominan.

Jepang adalah pasar terbesar kedua untuk produk kecantikan dan perawatan diri. Tapi untuk parfum dan pewangi, Jepang hanya berada di urutan ke-19. Begitu hasil riset pasar Euromonitor International.

“Seperti cara dupa, kami mendengarkan aroma dengan hati,” kata Masaaki Mitsui, kepala administrasi di Kuil Yakushiji di Nara. “Di barat, pewangi dipakai untuk menyembunyikan aroma yang buruk dan tak nyaman, bagi kami sangat berbeda.”

Maka tak heran kalau butuh empat dekade setelah pabrik pewangi diluncurkan di Amerika Serikat barulah Downy tersedia di pasar Jepang sejak 2002. Lalu ada Ultra Downy yang didistribusikan oleh Chuo Bussan International. P&G menyatakan wangi Downy kurang cocok di Jepang.

Tapi Ultra Downy malah populer. Penjualannya naik dua sampai tiga digit saban tahun, apalagi setelah di majalah wanita disebutkan bahwa sejumlah selebritas pria juga memakai produk itu.

Pembuat deterjen Jepang, Kao Corp dan Lion Corp pun mulai mempromosikan pewangi dan pelembut pakaiannya sendiri dengan nama Flair Fragrance Floral and Sweet dan Soflan Aroma Rich. Sedangkan NatureLab Co. menjual Laundrin.

Produksi dan impor pewangi dan sabun sendiri naik 22 persen dari 2008 ke 2012, menjadi 12.502 ton, menurut data Japan Flavor and Fragrance Materials Association. Dalam enam bulan tahun ini saja, penjualan pelembut pakaian naik dua kali lipat.


(DES/DES)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads