"Secara potensi, produksi air kita nomor 5 terbesar di dunia atau 3,9 triliun/tahun jadi cukup besar ya," ungkap Direktur Bina Penatagunaan Sumber Daya Air, Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PU Arie Setiadi di Hotel Four Seasons, Kuningan Jakarta, Selasa (18/02/2014).
Sebagai produsen air terbesar kelima di dunia, bukan berarti semua urusan selesai. Kebutuhan air di Indonesia setiap tahun bermasalah karena distribusi air yang tidak merata.
"Kita punya problem spasial dan temporal. Contoh di Jawa hanya punya air 4% dari potensial air di Indonesia. Jumlah penduduk 57% dan ini menjadi problem sendiri. Kita punya potensi air paling besar di Papua tetapi yang tinggal di sana sedikit dan infrastrukturnya sedikit," tuturnya.
Data Kementerian PU juga menunjukkan, Pulau Papua setiap tahun memproduksi 1,062 triliun meter kubik air, Pulau Jawa hanya 164 miliar meter kubik air, Pulau Sumatera 840 miliar meter kubik air, Pulau Kalimantan 1,3 triliun meter kubik air, Pulau Sulawesi 299,2 miliar meter kubik air, Maluku 176,7 miliar meter kubik air, dan Bali-Nusa Tenggara 49,6 miliar meter kubik air.
"Ini tantangan spasial dan mengembangkan Papua ini dan infrastruktur harus baik ke sana dan jangka panjang. Pembangunan di sana akan mengurangi beban di Jawa dan distribusi penduduk," katanya.
Masalah lainnya adalah puncak produksi air di Indonesia paling tinggi terjadi saat musim hujan.Sehingga pembangunan waduk sangat mendesak dilakukan agar dapat menyimpan air dan menggunakannya secara berkelanjutan.
"Masalah kedua adalah temporal. Kita punya air banyak sekali di musim penghujan. Artinya kita harus bangun tampungan air. Sekarang kita hanya punya cadangan air 60 meter kubik/kapita/tahun idealnya 1.200 meter kubik/kapita/tahun. Dari kita targetnya 200 meter kubik/kapita/tahun," jelasnya.
(wij/hen)