Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan meski barang-barang pangan cenderung turun sehingga memicu deflasi di April, namun terjadi kenaikan harga di kelompok non pangan.
Terutama pada tarif angkutan udara dengan inflasi 0,04%, karena kenaikan harga 6,5%. Mengingat aktivitas para peserta Pemilu dari daerah ke daerah lain.
"Perubahan harga ini adalah contoh dari kegiatan kampanye. Terus juga adanya long weekend dan kenaikan airport tax. Terbesar di Sibolga 35% dan Sorong 16%," ungkap Suryamin di kantornya, Jakarta, Jumat (2/5/2014)
Kemudian adalah tarif sewa rumah dengan andil inflasi 0,02% dengan kenaikan harga 0,36%. Inflasi tertinggi di Lhokseumawe dengan 4% dan Batam dan Jakarta masing-masing 1%.
"Jadi setelah ada pergerakan lewat transportasi, mereka kan menginap. Nah itu tidak semua di hotel, ada juga yang di tempat kos-kosan," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadiwibowo menambahkan kenaikan harga juga terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sehingga menyumbang inflasi mencapai 0,45%.
"Makanan jadi juga naik. Seperti nasi rames juga di sana. Pasti makan banyak kan. Rokok juga naik, jadi makin banyak kampanye itu makin banyak yang ngerokok. Harganya juga naik," papar Sasmito.
Selain karena kampanye, beberapa harga barang yang naik di antaranya adalah daging ayam ras dan minyak goreng.
Daging ayam ras dengan andil inflasi 0,02%. Harga naik 1,19%. Karena kenaikan harga di tingkat peternak. Terbesar di Balikpapan 22% dan Banyuwangi 18%.
Minyak goreng dengan andil 0,02%. Harganya naik 1,98%. Karena kenaikan minyak sawit mentah (CPO) internasional. Terbesar di Pangkal pinang dan Tangerang.
(mkl/hen)