Selama kurang lebih 30 tahun, proyek pembangunan rel belum mampu menyentuh hingga ke pusat terminal peti kemas padahal kemacetan di luar pelabuhan sudah sangat menjadi-jadi.
Jaringan rel kereta api logistik/kontainer yang menghubungkan antara Pelabuhan Tanjung Priok dengan Pelabuhan Peti Kemas hingga Tempat Penampungan Khusus (TPK) Koja, Jakarta Utara telah ada. Rel ini telah lama mati dan tidak digunakan untuk pengangkutan kereta api logistik, namun masih terputus alias belum sampai ke dalam pelabuhan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan saat petinggi Kemenhub ditaruh menjadi Direktur Utama PT Pelindo II (Persero) pun susah mengatasi persoalan pengembangan rel masuk pelabuhan. Persoalan timbul karena terkait pembebasan lahan warga dan rute melalui Makam Mbah Priok.
Di tempat yang sama, Direktur Jenderal Perkeretaapian Hermanto Dwiatmoko menerangkan karena pengembangan jalur kereta pelabuhan tak kunjung kelar maka Kemenhub memiliki solusi.
Untuk mempercepat, Kemenhub hanya terlibat di dalam pembebasan lahan sedangkan KAI membangun infrastruktur kereta. Pembebasan lahan diproyeksikan tuntas dalam waktu 2-3 bulan ke depan.
"Dalam 2-3 bulan ke depan selesai (pembebasan lahan). Nanti baru dibangun Pak Jonan bangun 5-6 km, termasuk fasilitas-nya. Itu bisa selesai tahun 2016," jelas Hermanto.
KAI belum mau berkomentar terkait alokasi investasi yang akan diguyur untuk pengembangan rel pelabuhan. "Dana kurang paham," jelasnya.
Proyek ini akan dikerjakan oleh Kementerian Perhubungan, dengan dukungan BUMN PT Pelindo II dan PT PLN terutama soal penyedian lahan. Targetnya proses pembebasan lahan hingga konstruksi akan tuntas pada 2015. Target proyek bisa tuntas akhir 2014 tampaknya sulit terwujud karena proses pembebasan lahan.
(feb/hen)