"3 minggu lalu saya panen gandum Indonesia. Ditanam di Malino, Sulsel. 7 hektar nanam selama 3 bulan. Ini adalah gandum hasil mutasi melalui proses di Batan (Badan Tenaga Nuklir Nasional) dan sudah disesuaikan dengan iklim Indonesia, makanya kita namakan gandum Indonesia," ujar Ketua Komite Tetap Kebijakan Publik Kadin, Utama Kajo dalam diskusi Indonesia Global for Justice di Restoran Dapur Selera, Jl. Dr Soepomo, Jaksel, Jumat (19/9/2014).
Gandum biasanya tumbuh di negara 4 musim namun setelah melalui proses radiasi dengan sinar Gama di Batan, maka gandum ini bisa tumbuh di Indonesia yang hanya memiliki 2 musim. Meski melalui proses radiasi, gandum Indonesia disebut Utama aman untuk dikonsumsi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada beberapa varietas gandum yang telah dicoba ditanam di Indonesia. Hasilnya pun berbeda-beda, menurut Utama ada yang bisa menghasilkan 2 ton per hektar, dan yang paling bagus adalah 7 ton per hektar sekali panen. Meski begitu gandum Indonesia ini paling bagus ditaman di luar Pulau Jawa.
"Lahan untuk gandum baiknya di luar Jawa. Setelah diteliti lahan di Jawa yang baru siap ditanam gandum baru 3.000 hektar. Sedang kita siapkan sentra-sentra penghasil gandum," jelas Utama.
Sentra-sentra gandum yang dimaksud Utama tidak hanya sekedar dari hasil panen gandum, melainkan juga produksi dan pengolahannya
"Nanti di sentra-sentra itu ada unit pengolahan gandum. Di situ nanti akan ada misal Gandum Sulsel, tepung Gandum Sulsel, Gandum Palu dan Tepung Gandum Palu. Hasilnya dijual lokal saja supaya tidak impor," sambungnya.
Indonesia tercatat mengimpor gandum sekitar 7 juta ton dalam setahun yang diolah menjadi biskuit, mi instan, tepung terigu dan lainnya. Untuk menguranginya maka perlu upaya diversifikasi pangan.
"Yang paling potensial itu sagu, sorgum, dan singkong. Itu siap kita. Makanya diharapkan negara hadir supaya ada inovasi-inovasi supaya seperti roti yang dibuat dari Singkong lebih enak dari gandum. Inovasi itu penting," pungkas Utama.
Upaya menanam gandum di Tanah Air sudah berkali-kali dilakukan. Misalnya pada 2011, gandum asal Slovakia telah ditanam di daerah Sumatera Barat (Sumbar). Gandum ini tidak ditanam dalam jumlah banyak namun hanya sebagai percobaan. Penanaman telah dilakukan Maret 2011 lalu di 20 tempat di Sumatera Barat, termasuk di Bukittinggi.
Percobaan penanaman gandum di Indonesia juga dilakukan oleh Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo), yang telah melakukan pengembangan gandum tropis selama 10 tahun terakhir. Pakar pangan dari India, Nagarajan pada tahun 1999 telah memperkenalkan varietas gandum tropis di Indonesia.
Lokasi penelitian pengembangan gandum tropis misalnya di dataran menengah seperti Karanglo Tawangmangu Karanganyar Jawa Tengah dan dataran tinggi Kopeng Salaran dan Piji Salatiga Jawa Tengah.
Hasilnya diketahui tanaman gandum tropis bisa diserang hama kutu daun, ulat pemakan malai, ulat penggerak batang, ulat tanah, dan orong-orong. Sementara tanaman gandum bisa diserang penyakit tanaman yaitu bercak jerawat hitam, penyakit layu, dan kudis malai.
Penanaman gandum di Indonesia sudah dimulai pada awal abad 20 secara terbatas di Jawa yaitu di Pengalengan, Dieng, Tengger, dan Amanumbang. Luas tanaman gandum di Indonesia tak pernah berkembang dan tak pernah melampaui luas lahan 2.000 hektar per tahun, saat ini bahkan saja tersisa beberapa hektar saja.
(ear/hen)