Dunia penerbangan dalam negeri dihebohkan maskapai Lion Air dengan delay (keterlambatan) penerbangan massal akhir pekan lalu. Tak hanya itu, kompensasi para penumpang juga terpaksa ditalangi oleh operator bandara.
Lion Air mengaku tidak punya uang tunai pada waktu terjadi delay massal jelang Hari Raya Imlek pekan lalu. Sehingga, maskapai berlogo singa merah itu terpaksa meminjam uang kepada PT Angkasa Pura (AP) II.
Sebanyak Rp 526 juta digunakan untuk membayar kompensasi penumpang. Setiap penumpang dapat kompensasi Rp 300.000 dan pembayaran penukaran tiket kembali (refund).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemilik Lion Grup, yaitu kakak-beradik Kusnan dan Rusdi Kirana masuk daftar orang terkaya di Indonesia urutan ke-16 versi Majalah Forbes. Harta kekayaannya mencapai US$ 1,7 miliar (Rp 20,4 triliun).
Hartaya setara Eka Tjandranegara, Martua Sitorus, Eddy Katuari, dan Murdaya Poo. Harta ini mereka kumpulkan dalam jangka waktu lama dari hasil jerih payah sendiri.
Rusdi memulai usaha Lion Air dengan satu pesawat pada 1998 silam. Seiring berjalannya waktu, bisnis Lion Group semakin berkembang.
Lion Group juga terkenal dengan aksi borong pesawat pada 2011 dan 2013 lalu. Setelah memborong 230 Boeing di 2011, Lion Air kembali memesan 200 pesawat dari Airbus.
Pesawat-pesawat ini akan didatangkan secara bertahap. Selain digunakan Lion Air, pesawat-pesawat baru tersebut juga digunakan oleh anak usahanya, Batik Air.
Maskapai penerbangan dalam negeri ini juga berambisi jadi operator bandara, tak hanya menjadi operator pesawat terbang.
Tak tanggung-tanggung, Lion tak hanya ingin mengelola bandara yang sudah ada tapi juga berniat membangun bandara baru di Lebak, Banten, yang luasnya empat kali lebih besar dari Bandara Soekarno-Hatta.
(ang/dnl)