Biji-biji kopi arabica atau kopi yang tumbuh di dataran tinggi Lembang ini, menjadi camilan luwak atau dalam bahasa Sunda disebut 'careuh'. Biji kopi (Green bean) hasil fermentasi di perut luwak tersebut oleh Sugeng Pujiono dihargai mencapai Rp 3 juta/kg.
"Saya jual kopi luwak Rp 3 juta per kilogram kalau untuk bule-bule, lokal boleh dikasih kurang lah. Kalau dalam bentuk bubuk, harganya Rp 50.000 per 10 gram," jelas Sugeng, pemilik Kopi Luwak Cikole saat ditemui di lokasi usahanya, di daerah Lembang, Bandung, Kamis (9/7/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sugeng menjelaskan, prinsip kesejahteraan yang diterapkannya yaitu mulai dari ukuran kandang, kebersihan, makanan hingga kesehatan luwak. "Tiap ekor luwak menghuni kandang berukuran 2 x 4 meter. Pemberian biji kopi hanya 2 kali seminggu. Setiap harinya luwak diberi makan daging ayam, buah pepaya, atau pisang, telur 4 butir dan susu sapi murni," papar Sugeng.
Aspek kesehatan pun diperhatikan dengan pemberian obat cacing setiap bulan, dan vaksin rabies setiap setahun sekali. Sugeng mengaku, butuh biaya yang besar hanya untuk pakan. "Kopi saya beli dari petani hanya Rp 8.000/kg. Setelah jadi biji kopi luwak menjadi mahal, karena biayanya cukup besar untuk buat 110 ekor luwak saya sejahtera," kata Sugeng.
Jika dibandingkan dengan biji kopi luwak yang tidak ditangkar dengan perlakuan pakan seperti di Kopi Luwak Cikole, kopi luwak bisa hanya dihargai separuhnya. "Kalau pakai pakan biasa dan setiap hari luwaknya disuruh makan kopi ya harganya di pasaran Rp 1,5 juta-Rp 2 juta/kg," tambahnya.
(dnl/dnl)