Perusahaan perunggasan (peternak) terpukul dengan harga ini sebab harus menelan kerugian Rp 5.000-7.000/kg. Mereka akan memusnahkan 6 juta ekor ayam bibit atau Parent Stock (PS) sehingga kerugian bisa ditekan. Para peternak harus menanggung kerugian miliaran rupiah dengan kondisi harga ayam yang jatuh.
"Harga daging ayam di peternak saat ini kisaran Rp 12.000-13.000/kg. Bahkan ada yang Rp 10.000/kg. Sementara HPP nya Rp 17.000/kg. Bisa dibayangkan kerugian peternak Rp 5.000-7.000/kg dikali berapa juta ekor per minggu," ungkap Ketua Umum Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) Krissantono, dihubungi detikFinance, Selasa (14/9/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peternak menyebut kerugian miliaran harus dialami per minggunya. Dalam keadaan seperti saat ini, harga jual daging ayam rugi Rp 5.000/ekor dari harga pokok produksi (HPP) Rp 17.000/ekor. Dengan surplus mencapai 18 juta ekor maka kerugian akibat surplus ayam sedikitnya mencapai Rp 90 miliar/minggu.
Langkah mengurangi PS konsekuensinya dapat menjadi kerugian tersendiri bagi peternak. Namun bagi peternak, hitungannya akan lebih rugi jika kondisi surplus atau suplai berlebih ini dibiarkan.
"Akan lebih rugi kalau ngga diafkirkan dikurangi pasokannya karena harga bisa terus jatuh. Per ekor rugi jual Rp 5.000-7.000/ekor. Sebulan itu rugi miliaran," jelas Kris.
Parent Stock (PS) merupakan induk (ayam betina) yang menetaskan HE (hatching egg) menjadi DOC (day old chick). PS memiliki masa produktif mulai usia 20 minggu sampai 80 minggu. Setelahnya, PS memasuki masa tidak produktif dan diafkirkan (dipotong).
Namun pada saat tertentu seperti produksi berlebih pengusaha dengan skala usaha komersil kerap menempuh langkah pengafkiran lebih awal pada saat usia unggas masih produktif. Dengan mengafkirkan PS lebih dini, maka anakan atau DOC yang ditetaskan dari HE (hatching egg) bisa ikut berkurang jumlahnya, sehingga suplai berkurang dan harapannya harga bisa naik.
(hen/hen)