Total tenaga kerja yang diserap oleh 16 pabrik ini sedikitnya mencapai 121.285 orang dalam kurun waktu antara 2015-2019. Tentu saja lapangan kerja yang besar ini akan dinikmati pula oleh penduduk di sekitar pabrik.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Franky Sibarani menyatakan, bahwa pihaknya berencana menyebarkan informasi pembangunan pabrik-pabrik ini melalui surat kabar di daerah agar penduduk sekitar bisa mengetahui peluang kerja yang ada.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di samping itu, dengan banyaknya pekerja pabrik, ada multiplier effect terhadap perekonomian masyarakat di sekitar pabrik. "Industri padat karya berpotensi menciptakan multiplier effect yang menggerakan perekonomian sekitar, misalnya dengan tumbuhnya industri-industri pendukung lain," papar Franky.
Dia menambahkan, para pekerja pabrik tentu memiliki banyak kebutuhan. Artinya, ada potensi pasar bagi penduduk sekitar.
"Misalnya satu pabrik mempekerjakan 1.000 karyawan, jika setiap orang mengonsumsi 1 telur setiap hari maka dibutuhkan sekitar 1.000 telur per hari, itu mendorong industri peternakan di sekitar lokasi industri. Belum lagi usaha lain, apakah itu katering, ojek, penginapan, pasti banyak sekali dampaknya bagi pertumbuhan ekonomi," tuturnya.
Karena itu, pihaknya terus berupaya mendorong masuknya investasi-investasi baru di sektor-sektor industri yang sifatnya padat karya. Sebab, manfaat yang dirasakan oleh masyarakat lebih besar daripada industri padat modal yang tidak memerlukan banyak pekerja. Pertumbuhan ekonomi pun lebih merata bila banyak investasi di industri padat karya.
"Dengan investasi padat karya, kita dapat memberi manfaat nyata bagi masyarakat dan mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia," pungkasnya.
(rrd/rrd)