"Saya pikir tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari kalau hanya mengandalkan tanaman kopi, cengkeh yang kami tanam sebelumnya. Hanya panen sekali atau dua kali setahun. Saya coba belajar sendiri tanam sayur. Saya mau coba sendiri, kalau berhasil baru bisa jadi contoh. Sebab banyak tetangga saya yang kesulitannya sama," ungkap Lenny Marlina ditemui dalam acara 'Diskusi Nasional Menuju Satu Digit' yang diselenggarakan oleh Konsorsium Global Concern dan Kopel Indonesia di Mangga Besar, Jakarta Pusat, Senin (23/11/2015).
Ibu berusia 47 tahun ini berinisiatif mengumpulkan tetangganya para ibu runah tangga untuk membentuk kelompok tani perempuan di Dusun Kojadhewa, Desa Rukuramba, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tahun 2013, Lenny membentuk sebuah kelompok simpan pinjam. "Saya buat koperasi simpan pinjam. Modalnya sudah sampai Rp 5 miliar. Anggota kelompok ada kegiatan arisan kamar WC iurannya Rp 25.000 karena banyak yang belum punya WC. Saya juga coba budidaya lele bersama anggota," kata Lenny.
Hasilnya, dua orang anaknya telah selesai menempuh pendidikan perguruan tinggi. "Dua orang sudah lulus kuliah. Satu lulus S2 dan satu sudah selesaikan dokter spesialis," pungkas Lenny.
(ang/ang)