Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, berbagi cerita tentang hasil penelitian atau solusi yang dinilai tidak layak secara ekonomi. Saat menjadi Direktur Utama PT KAI, Jonan sempat meminta PT Industri Kereta Api (INKA) untuk merenovasi toilet kereta.
Saat itu, kotoran di toilet langsung jatuh ke rel tanpa penampungan. Saat meminta ke INKA, insinyur di BUMN produsen kereta itu meminta waktu 6 bulan. Setelah 6 bulan, INKA menyebut biaya renovasi 1 toilet di dalam kereta mencapai Rp 500 juta.
"Biaya 1 toilet Rp 500 juta tahun 2009 akhir. Itu harganya sama dengan 2 Toyota Kijang. Saya bilang ke mereka, Anda sekolah atau tidak?," kata Jonan saat penyerahan penghargaan Adi Cipta Tata Wahana Nusantara Award di Kemenhub, Jakarta Pusat, Senin (30/11/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah dilakukan penganggaran dan pengkajian, akhirnya tim KAI berhasil merenovasi toilet agar kotoran tidak jatuh ke tanah. Ternyata, biaya untuk merenovasi hanya Rp 12 juta per 1 unit toilet.
"Diterapkan awal 2012, akhirnya bisa dibuat masal dengan jumlah sama namun harganya tahu berapa? hanya Rp 12 juta," ujarnya.
Yang unik, penemu solusi ini ialah alumni fakultas hukum, bukan lulusan sarjana teknik.
"HAKI atas nama KAI karena dibiayai KAI namun penemu bukan saya, tapi saudara Rono. Dia lulusan FH Brawijaya," sebutnya.
Ke depan, Jonan meminta hasil penelitian dan kajian di Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Perhubungan terkait transportasi harus bisa diterapkan dan masuk skala ekonomi.
"Penelitian di Balitbang, harus meneliti yang bisa diterapkan," tambahnya.
(feb/hns)