Artinya, HST JKT-BDG bisa beroperasi pada tahun 2019, karena pekerjaan konstruksi akan dimulai pada 21 Januari 2016.
Pekerjaan konstruksi untuk pembangunan prasarana kereta seperti rel hingga stasiun akan dilakukan oleh kontraktor China dan Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembangunan jaringan HST Beijing-Shanghai hanya memakan waktu 5 tahun, padahal panjang rel Beijing-Shanghai hampir 10 kali lipat dari panjang rel HST Jakarta-Bandung yang membentang 142 km.
"Saya bisa beri gambaran di China, pembangunan kereta cepat Shanghai-Beijing sepanjang 1.300 km selesai dalam waktu 5 tahun. Kalau Jakarta-Bandung hanya 142 km (Stasiun Halim-Stasiun Tegalluar), saya nilai mungkin," kata Xie, saat berbicang di kediamannya, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (19/1/2016).
Rencana dan target pembangunan ini, lanjut Xie, telah disampaikan kepada regulator transportasi Indonesia yakni Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Xie mengaku, tantangan pekerjaan atau proyek kereta cepat justru datang dari masalah perizinan, standar lingkungan hingga pembebasan lahan.
"Kita paham pembebasan lahan, izin, kemudian standar lingkungan sangat mennatang. Ini biaya yang harus dibayar dari kerja sama China dan Indonesia. Ini tantangan, tapi juga sangat berwarna bagi kerja sama kita," sebutnya.
PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) akan berperan untuk memimpin pekerjaan konstruksi, hingga pengoperasian kereta cepat Jakarta-Bandung. KCIC merupakan perusahaan patungan konsorsium Badan Usaha Milik Negara (BUMN) China dan Indonesia.
Sementara itu, Direktur Pengembangan TOD, KCIC, Dwi Windarto, optimistis pekerjaan konstruksi bisa selesai tepat waktu di 2019. Apalagi mitra kerja adalah China, yang dinilainya sangat cepat dan berpengalaman dalam membangun jalur kereta cepat.
Sebagai ilustrasi, pembangunan jalur kereta dengan metode konvensional bisa memakan waktu 1 minggu untuk 1 bentang (lajur) dengan panjang pekerjaan 30 meter. Dengan teknologi China, pekerjaan bisa dikerjakan 2 bentang sekaligus. Setiap 1 hari bisa menyelesaikan 30 meter rel untuk 1 bentang, sehingga totalnya 60 meter bisa diselesaikan karena jalur kereta dibangun dalam konsep double track.
"Di China bangun kereta cepat mulai 2008. Posisi sampai akhir 2015, mereka sudah bangun jalur kereta cepat 17.000 km. Itu cukup masif," tambah Dwi.
Selain itu, pembangunan infrastruktur prasarana seperti jalur kereta dibagi ke dalam 8 seksi paket. Paket tersebut nantinya dikerjakan secara berbarengan, sehingga bisa mempercepat masa konstruksi menjadi 3 tahun.
"Kerja bareng dalam 8 seksi. Istilahnya digeruduk," ujarnya.
(feb/drk)